Rabu, 03 Oktober 2012

Sahabatku !




Di pertemukan dalam kegiataan kemahasiswaan islam, mentoring kegiatan tahunan penyambutan mahasiswa baru atas adanya kerja sama LDK JS UNPAR dengan kordinator mata kuliah umum agama islam. Tak terasa empat tahun silam ditahun 2006. Kegiataan mentoring yang berbasiskan islam ini menemukan ku dengan sahabat yang bernama alma ma arif anak mate-matika berasal dari kota sampit. Manusia yang sangat luar biasa dan menjadi cerita saat aku pulang, saat aku kumpul dengan keluarga. 

Kami bertemu dan akhirnya menjadi sahabat saat program mentoring selesai dengan melanjutkan kegaiatan pengajian seminggu sekali dikenal dengan halaqoh. Kami menjadi Daris bersama beberapa orang lainnya, akhi Ridho / Julianson Etue (mate-matika) , akhi Fajrin (fisika), akhi Zuhri Maulana ( mate-matika) dan akhi Dwi (kimia) dan aku dari fakultas hukum Universitas Palangka Raya. mereka mempunyai karakter masing - masing yang membuat ku banyak mengalami dinamika. namun semua itu, hanya  Alma Arif yang  membuat ku selalu teringat sosoknya yang kuat serta mempunyai istiqomah sangat luar biasa. Dia kuliah tanpa di biayayai oleh keluarganya dan secara otomatis dia harus menghidupi dirinya sendiri, tempat tinggalnya berpindah ( padahal dia bukan suku nomaden ), dari musolha yang satu kemusulha yang lain bahkan setahuku dia pernah tinggal dibawah tribun stadion mini Unpar. 

Alma Arif adalah sosok yang sangat humanisme walaupun dia hanya punya uang sedikit dan untuk keperluanya sendiri namun jika ada temannya yang mau hutang sama dia pasti dikasihnya walau dia tak makan saat itu juga. Dengan berbekal semangat yang sangat tinggi sesuai bacaan buku yang selalu dia beli tentang enteprieunersip dan leadersip dia mampu menerjemahkan tulisan dibuku itu dikehidupan nyata. Ulet dan apa adanya, demi bertahan hidup sampai - sampai dia tidak perduli dengan penampilannya, yang penting syar'i ucapnya bukan masalah keren atau apa. 

Pada suatu hari aku kebingungan untuk mencari pekerjaan karena aku juga dari golongan yang kurang mampu dari segi finansial, lalu aku bertanya kepada alma, rif sapaan akrabku ada gawian ngak, setelah halaqoh shaskiyah islam selesai dimesjid shalahudin unpar. “Bujuran ikam mau” katanya, “ada aja namun ikam liat dulu kerjaannya menjaga fotocopy di jalan mendawai namun handak pindah didekat universitas muhamdiyah”, “terus ikam kayapa” kataku, akh tenang saja kalau kamu memang perlu aku ada tawaran lain yaitu kerja ikut jualan sate warung tenda dijalan yos sudarso. 

Akhirnya aku pun kerja di fotocopian yg dimaksud walau tak lama, namun kawan ku satu ini harus kerja ekstra keras, dia harus berkerja dari mulai habis magrib sampai larut malam sedangkan besok pagi dia harus kuliah, mate-matika pula. Ada kejadian yang harus ku mengelus dada saat aku lewat mau kekampus kulihat  dia sedang tertidur sambil duduk. Aku bisa membanyangkan dari larut malam berkerja dan setahuku dia setelah pulang kerja langsung adzan subuh dan paginya harus masuk kuliah dan itu diulang-ulang setiap hari. namun semua itu tidak membuatnya mengeluh, selama aku berteman dengan dia tidak pernah satu katapun dia mengeluh masalah apapun itu termasuk masalah asmara. 

Pada suatu saat menurut teman - teman Arif naksir dengan seorang akhwat aktivis KAMMI, lalu dengan semangatnya dia ingin memberi perhatian dengan sang pujaan hati itu, dia membeli boneka dan menyerahkanya langsung dikampus, namun apa yang terjadi pemberian sahabatku ini tak diterima alias langsung ditolak waktu itu juga, sekali lagi memang inilah suatu kisah yang sahabatku harus dialami. Sudah payah mengumpulkan uang untuk menyenangkan pujaan hatinya namun itu berujung pada bak sampah. Namun itu tak membuatnya putus asa, hidup harus tetap dijalani dan membuat yakin pada pindirian untuk karirnya tanpa mengenal kata cinta. 

Pada suatu saat aku dia sama - sama mencari pekerjaan dengan alasan kerjaan yang didapat belum mencukupi keperluan masing-masing, si Arif mendapatkan job menabas rumput diperkarangan pak Hasibuan (ALM) kaum musulha Almabarokah dan kami pun menyanggupi walau belum melihat tempat yang mau ditabas, dengan alasan mendesak kami pun berniat berhutang kepada pak hasibuan walaupun kerjaan belum dikerjakan namun alhamdulilah pak hasibuan mau berbaik hati kepada kami. Kerjaan belum selesai namun uang sudah habis namun sebagai orang bertanggung jawab kami berdua harus menyelesaikan pekerjaan kami walau hanya bisa sabtu minggu. Dengan bermodal bensin satu liter dan motor astrea yang sok belakangnya ini mati kami berangkat dengan membawa bekal air dibotol aqua. Terik matahari tak membuat kami lelah, tangan yang melepuh karena parang yang tidak ada gagangnya, gagangnya hanya berbalut karet bekas sepeda motor kami harus tetap bekerja, sambil bercerita dan bercanda, jauh dari keramaian karena masuk kedalam jauh dari jalan raya. 

Ternyata temanku ini waktu itu lagi menjabat ketua FUSI (Forum Ukuwah study islam) difakultas FKIP UNPAR dan sedang menjalankan program kerja bedah buku, masih kuingat judul bukunnya yaitu Demokrasi Tersandra karya Anis Matla tapi alhamdulilah kegiatan itu sukses dan pengarang buku bisa datang kekota Palangka Raya. Namun ada kisah yang menarik saat pengarang bukumau balik kejakarta tiket pesawat bermasalah karena nama yang tertulis disitu bukan nama sang pengarang buku namun nama kawanku ini alma ma Arif, aku tidak melihat kejadian itu namun dari tutur kawan - kawanku kejadian itu membuat Arif terduduk lemas dan matanya berkaca - kaca dan aku tahu mengapa terjadi seperti itu oleh tidak ada dana lagi, organisasi Arif tak seperti organisasi yang lain yang bisa meminta bantuan dari para alumnus yang sudah sukses, hanya bermodal ketulusan niat saja. Namun setelah adanya nego dengan pihak bandara akhirnya nama itu tidak menjadi soal dan akhirnya sipengarang bukupun bisa pulang kejakarta.

Ini kisahku walau tata bahasanya tidak teratur, namun hanya ingin berbagi atas kisah ini, mungkin  sebagian kawan - kawan pasti mengenal siapa dia, Arif sahabatku saat duka dan bahagia.....sukses Rif.

Sahabatmu @Sang Penggoda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar