1.
Sejarah
Desa
Pada awal Mantangai merupakan salah
satu kampong yang masyarakatnya hidup di sebuah sungai yang sampai saat ini
disebut sungai mantangai, menurut informasi dari beberapa sumber kampong
mantangai diperkirakan telah ada sejak tahun 1817, pada saat itu tergabung
menjadi satu kesatuan adminstratife dengan kampong Pulau Kaladan dan Kalumpang, yang dipimpin oleh seorang
kepala kampong bernama ………..dan wakilnya bernama Tulis dengan gelar “Singa”. Kemudian sekitar tahun 1932-1945 terjadi
pemisahan wilayah untuk membentuk desa-desa baru, Desa itu meliputi Desa
Mantangai Hulu, Desa Mantangai Hilir dan Desa Mantangai Tengah dan beberapa
desa lainnya.
Pemisahan dipimpin oleh Enus Dehen
dengan masa jabatan sampai tahun 1993, kemudian diganti oleh Batutu Haryuni
pada tahun 1994, di tahun 1996 Proyek PLG Sejuta Hektar dilaksanakan, proyek
ini sendiri bertujuan menjadikan Kalimantan Tengah sebagai sumber penghasil
beras namun proyek ini gagal, salah satu kegiatan proyek PLG Sejuta Hektar
adalah dengan melakukan pembukaan lahan, pembutan saluran-saluran besar (cannal)
dan melakukan pembabatan hutan. Seiring dengan proyek PLG tersebut mulai bermunculan
investor dari luar bertujuan membeli kayu, maka didirikanlah bansaw, sirkel dan
sawmill seperti PT. Sumber Alam dan PT. Sumber Usaha pada tahun 1997 untuk
mengolah kayu-kayu hasil limbah tersebut.
Dampak terhadap lingkungan sangat
menyedihkan, dimana terjadinya perambahan besar-besaran terhadap hutan dan
beberapa jenis komoditi kayu yang memiliki nilai ekonomis tinggi, seperti ramin.meranti,jelotong
dan beberapa jenis kayu lainya dapat dibilang tingkat perekonomian masyarakat
dapat dikategorikan sejahtera pada saat itu.namun semenjak dikeluarkannya
peraturan pemerintah tentang penertiban illegal logging oleh pemerintah pusat pada
tahun 2000 masyarakat spontan berhenti melakukan pekerjaan sebagai pencari
kayu, melihat situasi dan kondisi pada saat itu masyarakat Desa diwilayah
Kecamatan Mantangai pada umumnya dan khususnya Desa Mantangai Hulu banyak
kembali beralih profesi ke semula kebidang pertanian dan perkebunan. Dari
situlah berawal banyak masyarakat Desa Mantangai Hulu kembali berusaha bertani
berladang dan menyadap karet serta mencari ikan untuk menutupi kebutuhan
sehari-hari keluarga.
2. Fisiografi
………………………………………………
………………………………………………………………
……………………………………………………………………….
…………………………………….
3. Wilayah
Adminitrasi
Keberada Desa Mantangai Hulu dipinggir daerah aliran
sungai Kapuas, kemudian pusat wilayah desa Berjarak 2 km dari kecamatan
mantangai, 92 km dari wilayah Kabupaten Kapuas serta 139 km dari kota provinsi
Kalimantan Tengah. Untuk mencapai desa ini dapat dilakukan melalui jalur sungai
dan jalur darat. Untuk melalui jalur sungai dapat menggunakan transportasi
reguler yang setiap hari melintasi desa ini seperti klotok.longboat, jika
melalui jalur darat dapat dicapai dengan sepeda motor maupun mobil bila kondisi
jalan kering atau biasanya pada musim kemarau.
Meskipun demikian jalur sungai masih
lebih banyak dipakai oleh masyarakat desa Mantangai Hulu baik untuk angkutan
orang maupun barang. Keberadaan desa sendiri adalah suatu desa dibagian dari
pembagian wilayah ibu kota kecamatan diantaranya desa Mantangai Tengah, desa
Mantangai Hilir. Desa Mantangai Hulu memiliki luas wilayah kurang lebih 21.100
km2, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Timur
: Desa Mantangai Tengah
Sebelah Barat
: Kecamatan Kahayan Hilir
Sebelah Utara
: Desa Kalumpang
Sebelah
Selatan : Desa Mantangai Tengah
4.
Demografi.
Jumlah penduduk Desa Mantangai Hulu
hingga bulan Juli tahun 2012 sebanyak 2.482 jiwa, terdiri dari penduduk laki –
laki 1.247 jiwa atau berkisar (50,6%) dan perempuan 1.235 jiwa atau berkisar
(49,4%) dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 563 KK dan tersebar di 4 RT,
dibanding dengan luas wilahnya maka tingkat kepadatan penduduk relatif masih
jarang yaitu antara 6 – 7 jiwa perkilo meter kuadrat dan dari 2.482 jiwa
penduduk. Suku pendatang ini terutama terjadi pada saat Desa Mantangai Hulu
masih ramai dengan usaha perkayuan seperti perusahan mengakatip jaya group,
jayanti jaya group pada tahun 1985 – 1990. Dari segi kesejahteraan penduduk
desa Mantangai Hulu tergolong belum sejahtera, hal ini terindikasi dari data
kemiskinan pada tahun 2011 jumlah keluarga pra sejahtera dan sejahtera satu
tercata sebanyak 183 KK atau berkisar 30,6 persen sedangkan ditahun 2010,
kondisi kesejahteraan keluarga masih tetap sama sebagai mana tercatat dari
jumlah penerima program raskin yang mencapai 183 KK atau sekitar 30,6 persen
dari jumlah kepala keluarga yang ada.
5.
Keadaan
Sosial dan Budaya
a. Upacara
Adat
Kepercayaan masyrakat Desa Mantangai
Hulu masih sangat kental dengan budaya nenek moyang mereka, itu sering kita
temukan kalau setiap akhir tahun masyarakat masih melakukan
1. Acara Balian (membayar hajatan)
2. Mamapas Lewu (membersihkan
perkampungan dari kuasa roh jahat)
3. Mampakanan Sahut Lewu (memberikan
sesajen kepada roh yg dianggap bisa memberikan rejeki)
4. Manyanggar (membersikan perkampunan
dari kuasa roh jahat)
5. Mamanggul (melaksanakan acara adat
sebelum melakukan pesta penikahan).
b.
Kerjasama
dan Solidaritas
Dikehidupan lingkungan masyarakat Desa
Mantangai Hulu sifat gotong royong sangatlah masih kuat itu terlihat setiap ada
kegiatan yang beberbentu seperti :
1. Melakukan penanaman padi ( handep
hapakat manugal tana )
2. Membersihkan lingkungan desa (handep
hapakat mamparasi lewu)
3. Membersikan sungai tempat bertani (handep
hapakat mamparasi sungei kaleka satiar malan)
4. Memadamkan
apibila terjadi kebakaran lahan dan rumah warga (handep hapakat mambeleb apui).
5. Membantu
keluarga yang melakukan acara hajatan (Handep Hapakat pakanan sahut).
6. Membantu warga yang kena musibah (
handep hapakat maharaggu pampatei).
7. Melakukan pertemuan Kampung (handep
hapakat mamumpung arep)
c. Perselisiahan
Desa Mantangai Hulu jarang terjadi
konflik walaupun ada itu hanya terjadi konflik rumah tangga dan kenakalan
remaja.sedangkan konflik lain, seperti konflik sumber daya alam, agama, dan suku
tidak ada terjadi hal ini disebabkan oleh :
1. Hubungan antar masyarakat masih
kuat.
2. Masyarakat menghargai perbedaan agama
3. Masyarakat menghargai perbedaan suku
4. Sebagian besar masyarakatnya masih
memiliki hubungan keluarga
6.
Keadaan
Ekonomi
a.
Mata Pencaharian Masyarakat
Sebagaimana
di desa – desa lainnya di daerah Mantangai, pada mulanya kegiatan perekonomian
masyarakat di desa Mantangai Hulu didominasi oleh usaha dibidang perkayuan.
Banyak masyarakat menggantungkan sumber penghasilan dari mencari kayu hutan.
Kondisi tersebut juga telah menumbuhkan usaha industri kayu gergajian (bansaw/sirkel)
milik masyarakat dari Desa Mantangai Tengah, serta mampu menyerap tenaga kerja
/ karyawan yang cukup banyak. Sehingga sebelum tahun 2000 hampir 80 %
masyarakat menggantungkan hidupnya dari usaha perkayuan ini. Namun sejak
ketatnya penertiban illegal logging oleh pemerintah mulai tahun 2005, maka
usaha perkayuan tersebut sudah tidak dapat diandalkan lagi.
Kini,
masyarakat kembali pada usaha pokok semula yaitu berladang dan menyadap karet,
serta melakukan pekerjaan sampingan untuk menambah pendapatan. Sehingga sejak
saat ini pertanian kembali menjadi usaha pokok sebagian besar masyarakat Desa
Mantangai Hulu. Pekerjaan berladang merupakan pekerjaan yang banyak dilakukan
Masyarakat Desa Mantangai Hulu. Usaha perladangan di daerah ini merupakan
perladangan menetap. Pada saat proyek PLG dilakukan tahun 2005, Desa Mantangai
Hulu merupakan salah satu kawasan yang termasuk untuk percetakan sawah
baru ( dibagian atas
/ belakang desa ). Sehingga sekarang masyarakat sudah sangat
sulit untuk mencari lahan baru kalau dengan sistem ladang berpindah. Rata rata
lahan yang dikelola masyarakat seluas 2 Ha dengan Frekwensi 1 kali tanam
setahun, mereka biasanya memperoleh hasil panen rata rata 1,5 – 2,0 ton / Ha.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup lainnya sebagian besar masyarakat Desa Mantangai
Hulu bergantung pada usaha menyadap karet.
Terdapat
sekitar 198 KK memiliki kebun karet dan 62 % kebun karet tersebut sudah dapat
disadap. Potensi hasil karet di Desa Mantangai Hulu sangat rendah, yaitu 1- 1,5
ton/ Ha dengan produtivitas 20 – 25 kg perhari / Ha. Apabila dihitung dalam
nilai rupiah dengan harga karet ditahun 2011 - 2012 sebesar Rp.6,000/kg maka
penghasilan masyarakat dari kebun karet tersebut antara Rp.120.000 – Rp.
150.000 itu pun penyadapannya hanya dilakukan pada saat musim kemarau yaitu pada Bulan Juli dan Agustus.
Selain
kebun karet, masyarakat Desa Mantangai Hulu juga memiliki kebun rotan. Kebun
rotan yang terdapat Desa Mantangai Hulu ada beberapa jenis rotan seperti rotan
sigi. Potensi rotan di Desa Mantangai Hulu tidak diketahui tidak ada data ,
namun biasanya dipanen 1 kali dalam 3 tahun dan hampir 40 % rotan tersebut
dimanfaatkan untuk membuat kerajinan anyaman rotan seperti tikar,tas,topi dan
beberapa jenis lainnya, sedangkan 60 % rotan dijual dalam bentuk rotan basah
kepada pengumpul dari luar desa. Pekerjaaan sampingan lain yang dilakukan oleh
masyarakat Desa Mantangai Hulu adalah mencari ikan , pekerjaan ini biasanya
dilakukan msasih mengunakan alat sederhana seperti buwu, tampirai, pangilar,
rengge, banjur. Bila hasil tangkapan cukup banyak biasanya mereka jual dipasar
dengan harga Rp.15.000 – Rp. 25.000 / kg dan ikan asinnya Rp.20.000 – Rp 40.000
/ kg.
Bagi
masyarakat yang tidak memiliki lahan dan kebun serta usaha menetap lainnya,
banyak memilih bekerja diluar Desa. Umumnya mereka bekerja sebagai karyawan dan
buruh pada perusahaan perkebunan sawit yang ada di daerah Kabupaten Kapuas,
Pulang Pisau, Pangkalan Bun. Sementara itu pekerjaan sebagai buruh di industri
kayu bansaw sudah mulai menurun, karena bansaw banyak yang tutup akibat
kesulitan bahan baku (kayu). Bagi masyarakat pendatang pada
umumnya di Desa Mantangai Hulu lebih banyak melakukan usaha dibidang
perdagangan (warung/kios) karena mereka ini memiliki modal dan memiliki
jiwa bisnis serta ketrampilan yang memadai.
b.
Pengelolaan Sumber Alam
Masyarakat Mantangai Hulu masih
menggantungkan hidupnya dari sumber daya alam. Karena dari sumber daya alam
itulah, masyarakat memperoleh pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
Sumber daya alam tersebut berupa kulit gemor, damar, rotan, biji jelutung,binatang
buruan sungai/rawa dll. Ada beberapa pengelolaan SDA desa Mantangai Hulu yaitu
:
·
Pengelolaan
dan Pemanfaatan Hutan
Luasan Kawasan hutan di Desa Mantangai
Hulu di wilayah blok E berkurang, hal ini disebabkan pembukaan lahan pada waktu
proyek eks PLG diwilayah A. Kawasan hutan yang ada sekarang adalah kawasan
hutan sekunder atau hutan kerangas dengan kayu – kayu yang tidak besar. Lahan pertanian
merupakan sumber daya alam yang sangat potensial, menurut pengalaman masyarakat
berbagai jenis tanaman dan ternak dapat tumbuh / hidup baik didaerah ini.
Bahkan dari hasil lahan pertanian inilah masyarakat memperoleh pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya. Sejak masyarakat Desa Mantangai Hulu
meninggalkan pekerjaan usaha kayu, mereka kembali mengelola lahan untuk
mengembangkan usaha pertanian lahan untuk kegiatan ini biasanya hanya terdapat
disepanjang 1-7 km dari daerah pemukiman masyarakat.
·
Pengelolaan
Lahan Ladang
Usaha perladangan yang dilakukan oleh
masyarakat di Desa Mantangai Hulu adalah ladang menetap. Lahan yang digunakan
untuk ladang tersebut merupakan lahan hutan sekunder, umumnya mereka banyak
memilih berladang di kawasan sekitar pemukiman (1-7 km dari kawasan
pemukiman masyarakat) karena kondisi lahan relatif subur dan jangkauan juga
relative dekat. Sebelum adanya proyek PLG , sistem perladangan masih berupa
ladang berpindah karena masih cukup tersedianya lahan untuk membuka lahan baru.
Kegiatan pertanian padi gunung (berladang) di Desa Mantangai Hulu dilakukan
secara berkelompok, pembagian kelompok didasari oleh lokasi atau tempat bertani
yang dibatasi terusan atau handel dan sungai. Setiap handel atau sungai
mempunyai kepala handel yang bertanggung jawab mengatur anggotanya.Pada saat
musim tanam tiba masyarakat serentak melakukan penyiapan lahan padi lokal.
Pembukaan lahan masih dilakukan dengan sistem tebas bakar yang dilakukan pada
musim kemarau (Agustus – September), selama kurang lebih 1 bulan mereka
bekerja menebas rumput yang ada dilahan dengan peralatan sederhana seperti
parang, kemampuan masyarakat mengelola lahan hanya 1 – 2 Ha / kepala keluarga. Pada
saat penyiapan lahan peranan kepala handel sangat besar yaitu dalam penentuan jadwal
pembakaran lahan, jadwal pembakaran lahan yang sudah disepakati kemudian
diumumkan , serta aturan yang mengharuskan semua anggota untuk membayar denda
jika api menjalar dan membakar kebun atau lahan milik orang lain. Membakar
lahan (manusul) dilakukan secara gotong royong (handep
hapakat) untuk menghindari api tidak menjalar dan untuk itu pula mereka
melakukan penjagaan terhadap api dan membuat sekat bakar (tatas/parit).
Penggunaan api bagi masyarakat Desa Mantangai Hulu dalam kegiatan berladang
masih sangat penting. Menurut masyarakat dengan membakar maka pekerjaan
persiapan lahan menjadi mudah dan hemat serta tanah menjadi subur tanpa ada
diberikan pupuk lagi. Tata cara penyiapan lahan pertanian yang diwariskan dari
leluhur menebas (mandirik), mengeringkan hasil tebasan (mangekei),
membakar (manusul), penanaman (manugal) penyiangan
(mambawau), menyemprot hama dan penyakit (manyamprot),
panen / mengetam (manggetem). Penanaman biasanya dilakukan
menjelang awal penghujan ( Oktober – Nopember ) dengan cara sistem
tugal dan jenis padi yang ditanam berupa jenis padi lokal seperti manyahi,
garagai, tambangan, kawung, hamuntai, kalanis, munday, dan pulut. Pekerjaan
manugal dilakukan secara gotong royong ( handep ) oleh masyarakat
peladang di desa Mantangai Hulu secara bergiliran. Sejak penanaman hingga
menjelang panen, tanaman tanaman padi dibiarkan tumbuh secara alami tanpa ada
pemberian pupuk akan tetapi hanya dilakukan penyemprotan dengan menggunakan
pestisida alami bila tanaman diserang hama dan penyakit, masyarakat juga melakukan
penyiangan rumput – rumputan yang tumbuh disekitar tanaman dengan menggunakan
parang atau cangkul. Dengan perlakuan pengelolaan yang dilakukan demikian, tampaknya
hasil panen padi masyarakat masih belum optimal, pada tahun 2011 produktivitas padi
di Desa Mantangai Hulu hanya 1 – 1,5 ton / Ha. Jika dibandingkan dengan potensi
hasil untuk padi sawah yang bisa mencapai 3 – 4 ton / Ha bila dikelola dengan
sistem pertanian modern.
·
Pengelolaan
Kebun Karet
Usaha yang dominan terdapat di Desa
Mantangai Hulu adalah perkebunan karet dengan potensi 1 – 1,5 ton / hari,
tanaman karet di Desa Mantangai Hulu seluruhnya adalah karet lokal. Kebun jenis
karet lokal sudah sejak lama diusahakan bahkan turun temurun sehingga rata –
rata umur kebun karet jenis lokal ini mencapai 20 – 25 tahun. Kondisi kebun pun
secara umum relative kurang terpelihara karena jarak tanam yang tidak teratur
dan rapat. Getah hasil sadapan dibekukan dengan menggunakan cuka menjadi slab (
tampang gita ) setiap bulan membutuhkan 1 – 1,5 liter cuka. Hasil kebun karet biasanya
dijual kepada tengkulak lokal atau luar.
·
Pengelolaan
Kebun Rotan.
Rotan hanya sebagian dari hasil hutan
dan ada juga hasil perkebunan.jenis rotan hasil perkebunan sering disebut
dengan nama rotan taman.luas kebun rotan tidak diketahui secara pasti, namun
rotan yang ada hanya tinggal sedikit karena sering terbakar. Hasil perkebunan
rotan masyarakat biasanya dijual dalam bentuk basah dengan harga Rp 1.300.000 -
Rp 1.800.000 per / ton. Masyarakat kurang berminat untuk mengembangkan usaha
kebun rotan, karena hasilnya dianggap kurang menguntungkan.
·
Pemanfaatan
Sungai.
Sungai merupakan merupakan sumberdaya
yang perannya sangat penting bagi kehidupan masyarakat setempat, banyak manfaat
penting yang dirasakan meliputi ;
-
Sebagai
sarana transportasi
Masyarakat Desa Mantangai Hulu sekarang
ini dapat setiap hari melakukan perjalanan baik ke ibukota kecamatan (
Mantangai ) ataupun ke kabupaten ( Kuala Kapuas ), bahkan ke ibukota provinsi (
Palangka Raya). Hal ini karena tersedianya jasa transportasi yang setiap hari
melewati desa ini hingga ke Mandomai dan ke Kuala Kapuas. Jasa transportasi
yang ada berupa Longboat, kemudian disamping itu juga sungai sebagai sarana
untuk pergi kekebun dan ladang.
-
Sumber
air dan MCK
Lingkungan pemukiman penduduk
masyarakat Desa Mantangai Hulu berada diJalur Sungai Kapuas, terutama sekali
kebutuhan air yang perlu digunakan sebagai kebutuhan hidup sehari - hari
seperti; untuk air minum, MCK, serta mencari ikan, namun sayang airnya sekarang
keadaannya sudah banyak tercemar oleh kadar mercory dan detergen yang semakin
banyak dan merambat ke seluruh jalur disepanjang sungai Kapuas karena penambang
emas dari Kapuas Tengah & Hulu.
-
Tempat
mencari ikan
Selain sebagai sarana transportasi,
sungai atau handel juga tempat menangkap ikan dengan menggunakan alat
tradisional seperti rengge, buwu, tampirai, pangilar, dan banjur. Kegiatan mencari
ikan merupakan kegiatan.
7.
Transportasi
·
Kendaraan Umum
Masyarakat Desa Mantangai Hulu sekarang
ini dapat setiap hari melakukan perjalanan baik ke ibukota kecamatan
(Mantangai) ataupun ke kabupaten (Kuala Kapuas), bahkan ke ibukota provinsi
(Palangka Raya). Hal ini karena tersedianya jasa transportasi yang setiap hari
melewati desa ini hingga ke Mandomai dan ke Kuala Kapuas jasa transportasi yang
ada berupa : Longboat, Angkutan Mobil Roda Empat. Longboat dan seedboat yang
secara reguler / rutin 1 kali sehari melintasi Desa Mantangai Hulu umumnya
banyak digunakan oleh masyarakat untuk berpergian kekuala kapuas sebagai daerah
transit dengan biaya Rp.35,000,00 per orang masyarakat dengan mudah melanjutkan
perjalanan baik tujuan palangka raya maupun banjarmasin.Bepergian dengan
menggunakan mobil roda empat (taxi), dapat Dengan dengan waktu
tempuh kurang lebih 4 jam ke Kabupaten Kapuas, 7 s/d 8 jam ke Kota Provinsi Palangka Raya dan 5 jam
ke banjarmasin.tiap hari digunakan apabila kondisi jalan Mantangai-Kapuas dalam
keadaan kering (umumnya pada musim kemarau).
·
Kenderaan
Pribadi
bagi masyrakat yang mempunyai kederaan
roda dua (sepeda motor), juga menjadi sarana trasportasi yang
efektif untuk mencapai wilayah kabupaten dengan waktu tempuh kurang lebih
menggunakan kenderaan umum.
Serikat Tani “ Manggantang Tarung”
Nama
Serikat : “Manggatang Tarung”
Latar Belakang : serikat tani manggatang tarung dibentuk pada
tanggal….desember 2010 dengan maksud tulus murni untuk berperan aktif dalam
pembangunan pedesaan serta khusus dibidang pemberdayaan, menyadari bahwa
lingkungan yang lestari menjadi tanggung jawab segenap lapisan masyarakat
disekitarnya. Maka, serikat tani maggatang tarung menyatakan diri sebagai satu
perkumpulan kelompok yang mewadahi pern serta masyarakat diwilayah kecamatan
mantangai dalam upaya meningkatkan kesejahteraan melalui kegiatan dibidang
pertanian, perkebunan yang berkelanjutan serta meningkatkan tanggungjawab dan
peran serta masyarakat dalam menjaga /memelihara yang rusak akibat eks proyek
pengembangan lahan gambut 1 juta hektar (PLG) yang mengakibatkan kebakaran
dengan upaya mengoptimalisasikan lahan secara berkelanjutan.
Pengurus dan keanggotaan : serikat
tani manggatang tarung terdiri dari pengurus dan anggota dari anggota kelompok
binaan dari warga masyarakat mantangai yang memiliki lahan garapan dengan suka
rela bersedia menjadi anggota serikat tani.
Visi : meningkatkan ekonomi masyarakat dengan
memanfaatkan lahan melalui pengetahuan local dan kapasitas kelompok.
Misi : 1. meningkatkan hasil produksi dan membangun
jaringan
2.
pengelolaan lahan secara berkelanjutan
3.
peningkatan pengetahuan anggota kelompok
Tujuan :
untuk melakukan budidaya dibidang pertanian meliputi tanaman pangan dan
holtikultur serta dibidang perkebunan melalui pengembangan karet secara
berkelanjutan, sehingga menjadi sumber penghasilan dalam pemenuhan kebutuhan.
Salam
Buat bang Norhadie, Pak Sarianto, Pak Basri, Bro Dirman Nidji, Ibu Siti semoga tetap
berkarya dengan tas rotannya. Tetap pada garis massa menuju Perubahan dengan
kekuatan kolektif. Dari sahabat Aryo NW.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar