Siapa
sebenarnya mahasiswa ? pertanyaan yang harus kita ajukan sebagai refleksi
tehadap kondisi objektif yang ada pada dunia kemahasiswaan khususnya di Kota
Palangka Raya. Walau saya sudah tidak mahasiswa lagi namun keinginan untuk
melanjutkan kestudy yang lebih lanjut itu masih saya simpan rapat pada harapan
untuk masa depan. Setahu saya mahasiswa itu hanya ada di Indonesia dan dinegara
lain mahasiswa disebut dengan student/ pelajar,
tulisan ini tidak akan membicarakan tentang mengapa harus mahasiswa bukan
pelajar, namun tulisan ini dimuat untuk bahan refleksi atas semua kejadian
pengalaman yang telah terjadi selama saya menjadi seorang mahasiswa, terakhir
kali setahun yang lalu. Seperti tulisan status facebook saya pada malam ini
tentang “ Mengapa mahasiswa jauh dari rutinitasnya, diskusi ilmiah, penelitian
ilmiah, engan masuk organisasi, kurang peka dengan keadaan sosial, terkesan
mencari aman dari hal-hal yang sebenarnya tidak adil, apakah benar mahasiswa
itu apatis, lebih banyak mengandrungi hedonisme”.
Mengajak
untuk membuat mahasiswa sesuai dengan khitohnya/garis gerak, memang tidak mudah
ditengah arus “kenyamanan” ini semakin masif. Bangsa ini mempunyai sejarah
panjang mengenai mahasiswa serta peranya, kisah heroik-heroik ini mudah sekali
untuk diakses atau dapat dibaca kembali naskahnya dari tahun yang satu ke tahun
yang lain lewat bantuan google. Namun entah tidak menarik atau kurang tertarik
dengan imbuhan berbagai macam alasan, sehingga kisah heroik itu hanya menjadi
sejarah yang kian hampa tanpa makna.
Kembali
kekontek pertanyaan tulisan facebook saya, mengapa mahasiswa asing dengan dunia
keilmiahanya karena dasar serta bangunan itu tidak ada, walau ada sangat rapuh
sekali, mahasiswa sering diskusi ilmiah pada saat presentase makalahnya atau
sekedar membuat saja atas nama tugas dari Dosen. Namun ruang lingkup diskusi
ilmiah disini tidak dilaksanakan secara berkelanjutkan dan tanpa dilandasi
dengan sikap kritis sebagai seorang mahasiswa. Kontek diskusi disini lebih
dekat dengan kenyataan bahwa hanya sekedar untuk memenuhi kewajiban tugas. Dari pengalaman pribadi dan
hasil diskusi yang pernah dilakukan
sebagian besar tugas makalah, paper dan segala macamnya kebanyakan tidak
didiskusikan dan ujung pena dosenlah yang akan menilai karya seorang mahasiswa
itu layak atau tidak. Berarti tesisnya adalah sistem ajar kampus atau Universitas
yang membuat mahasiswa asing dengan diskusi ilmiahnya.
Penelitian
ilmiah adalah penyelidikan tentang kondisi objektif/realitas sosial dengan
objek yang berbeda-beda untuk mendapatkan suatu deskripsi/gambaran umum dalam
ranah sosial dan sedangkan dalam ranah ilmu esakta lebih mengarah kepada
pengamatan terhadap gerak mekanik atau pengembangan dari ilmu tersebut. Objek
penelitian ilmiah yaitu manusia dan alam yang ada disekitar, sedangkan
tujuannya merubah keadaan kearah yang lebih maju/baik. Mahasiswa melakukan
penelitian ilmiah hanya pada masa pembuatan tugas akhir dengan waktu ± 6 (enam)
bulan. Setelah mahasiswa itu lulus hasil kajiannya pun terkadang hanya menjadi
panjangan di lemari bedampingan dengan buku-buku yang tersusun rapi. Tentunya
dari sini dapat dilihat bagaimana mahasiswa akan banyak melakukan penelitian
ilmiah jika kesadaran itu hanya berupa paksaan dari pihak kampus untuk
mendapatkan gelar sarjana. Namun apakah kesadaran menentukan keadaan atau keadaan
menentukan kesadaran, maka seharusnya keandaan menentukan kesadaran dimana
keadaan yang sedimikan rupa, yang saya nilai sebagai langkah kemunduran
produktifnya mahasiswa disebabkan oleh keadaan yang ada internal diri mahasiswa
itu sendiri dan keadaan eksternalnya. Bagi mereka yang sadar mempunyai tangung
jawab tentang mereka yang belum sadar atas kondisi objektif yang ada sekarang,
banyak sekali manfaat dari penelitian ilimiah tidak hanya sebagai sumbangan
pemikiran untuk dunia pendidikan namun juga sebagai tangung jawab moral sebagai
seorang yang memperlajari ilmu-ilmu yang ada di Universitas atau kampuas. Tridarma perguruan tinggi hanya sebagai
semboyan tanpa makna sehingga kesan intelektual itu menjadi buram. Seharusnya
penelitian ilmiah bersumber dari semangat Tridarma Perguruan Tinggi, maka
penelitian ilmiahpun diperuntukan untuk membantu masyarakat.
Engan
masuk organisasi, hanya bisa dihitung dengan jari para mahasiswa yang aktif
didalam organisasi, sebagian besar sibuk
dengan dunia teoritik ilmiahnya yaitu tugas kampus pada tatanan copy paste
tekstual. Organisasi kampus baik ekstra maupun intra bukanya tidak ada namun
prakteknya masih jauh dari kontek yang seharusnya. Sorotan tajam pada
organisasi didalam kampus kita bisa melihat apa sifat keilmiahanya yang sudah
dilakukan yaitu hanya pada tingkatan seminar, selain seminar kebanyakan
aktivitas organiasi internal kampus lebih kearah berkaitan dengan penyaluran
hobby (musik parkir, foot ball cup) dll. Kegiatan diskusi memang diadakan secara rutin namun sering
mengalami keterkendalaan karena tidak adanya persamaan misi atau tidak adanya
kesabaran dalam hal menyadarkan mereka yang belum sadar akan penting diskusi
ilmiah dalam organisasi. Organisasi intra kampus belum menjadi organisasi
penyokong keilmiahan ilmu pengetahuan yang didapatkan para anggota organisasi
tersebut. Diskusi seyogyanya lebih banyak membahas dunia kampus yaitu meliputi,
prilaku mahasiswa yang ada dikampus, materi kuliah yang ada dikampus, masalah
sistem ajar, masalah fasilitas kampus dan kesemuan itu tujuanya adalah
mendekatkan mahasiswa dengan rutinitasnya.
Sedangkan
organisasi diluar kampus lebih banyak menyoroti didunia luar kampus dari pada
dalam kampusnya sendiri, aksi untuk hal problem diluar kampus sangat sering
dilakukan namun untuk melakukan kegiatan aksi yang ada didalam kampus sendiri
tidak pernah dilakukan. padahal organisasi ekstra kampus itu juga wadah
mahasiswa, mengapa hanya menyoroti diluar tidak menyoroti rumah sendiri, ini
menandakan mahasiswa mengasingkan dirinya sendiri dengan mahasiswa yang lain. Kesan
organisasi mahasiswa ekstra kampus itu bersifat inklusif hanya untuk
kader-kadernya saja, beda organisasi mereka adalah musuh dengan artian yang
luas. Ketidaksatuan antara organisasi satu dengan organisasi yang lain membuat tubuh
organisasi tersebut menjadi rapuh. Seharusnya gerakan mahasiswa ekstra kampus
harus bersatu dengan organisasi internal kampus untuk memahasiswakan mahasiswa.
Mahasiswa
tidak tertarik masuk kedalam organisasi dikarenakan beberapa faktor, secara
umum : faktor pertama karena tidak ada
minat dan faktor kedua karena melihat
para kader organisasi yang tidak mencerminkan kebaikan dalam hal prilaku,
kedisiplinan, kepemimpinan, kekritisan
dan lain-lainya, sehingga mereka engan untuk ikut diperparah dengan adanya streotip bahwa ikut kedalam organisasi
serta aktif mengikutinya bisa mengakibatkan tergangunya perkuliahan. Masuk
organisasi dapat menganggu kuliah bisa mejadi bahan diskusi untuk mengubah
keadaan ini dan menghilangkan streotip itu.
Kurang
peka dengan keadaan sosial, ada mahasiswa yang mengebu-gebu berteriak mengenai penolakan bahan bakar minyak (BBM)
yang akan dinaikan, ada mahasiswa yang
aktif dalam berkampanye menolak RUU penguruan tinggi yang sekarang telah
disahkan menjadi sebuah unndang-udanng, namun ada mahasiswa yang tidak
memusingkan hal itu semua bahkan mencemooh teman yang lain “ Untuk apa
melakukan aksi penolakan padahal tidak akan didengar juga”. Kurang peka inilah
yang menyebabkan tingkat pemikiran ditingkat mahasiswa pun terbagi. Pemikiran
dipengaruhi oleh kesadaran maka kita akan mencek pola-pola penyadaran itu
berlangsung ditatanan kampus. Penyadaran pada massa kampus masih minim sekali,
penyadaran ini sering disebut propanganda. Faktanya mahasiswa secara
keseluruhan tidak mengikuti aksi atas penolakan-penolakan yang ada diatas namun
seharusnya mahasiswa yang bersangkutan harus tahu atau mengerti mengapa
penolakan itu dilakukan. Kurang peka bahasa ini pun masih terbuka lebar untuk
didiskusikan benarkah mahasiswa itu kurang peka atau sebenarnya mereka peka
namun tindakan ekpresinya berbeda. Kesadaran itu tidak datang dari langit namun
berasal dari proses, dan proses itu adalah praktek.
Terkesan
mencari aman dari hal-hal yang sebenarnya tidak adil, ada kegiatan jual beli
nilai, skripsi dapat dibikinkan oleh orang lain, penempatan KKN bisa di setting. Gambaran semacam itu membuat
mahasiswa yang diam atau ikut dalam lingkaran tersebut sering sekali disebut
dengan pengecut atau cari aman. Terlepas mereka cari aman dengan dalih mereka
dapat membayarnya supaya nilai kuliahnya baik dengan artian lanjut kuliahpun
tidak terbengkalai sesuai dengan target yang telah dituliskan. Namun jangan
kira semua mahasiswa mengamini praktek-praktek semcam itu mahasiswa yang memborontakpun
banyak walaupun lagi ekspresinya berbeda hanya pada tingkat ngedumel/mengerutu.
Apakah
benar mahasiswa itu apatis, apatis adalah acuh tak acuh tidak perduli, masa
bodoh dan lain-lainya. Tentunya bahasa ini tidak dapat dipakai bahkan dijadikan
justifikasi bahwa mahasiswa itu apatis. Pertanyaan mendasar adalah apa yang
membuat mereka apatis, sudahkah kita mengajak diskusi mereka, sudahkah kita
melakukan penyadaran itu secara terus menurus tanpa kenal lelah. Asumsi sering
sekali mengerogoti pemikiran para aktivis kampus mengangap bahwa mahasiswa itu
benda mati seperti batu yang tidak bisa dirubah kondisinya. Bukankah batu
sekalipun akan berlubang jika kena tetes air secara terus-menerus. Belajarlah
menjadi murid terlebih dahulu sebelum menjadi guru, investigasi dulu mengapa
mahasiswa terkesan apatis lalu menganilisisnya. Evaluasi pergerakan harus
selalu dijalankan serta ivestigasi, karena tidak ada hak bicara tanpa
investigasi/data.
Lebih
banyak mengandrungi hedonisme, hedonisme adalah pandangan yang mengangap
kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama hidup. Label ini tentunya
harus diuji lagi apakah benar mahasiswa itu lebih mengandrungi hedonisme,
dengan kata lain tujuan kuliah hanya sekedar hanya untuk mencari materi (uang/PNS)
dan masa bodoh dengan keadaan sekitar. Sebelum menunjuk, tunjuklah diri kita
terlebih dahulu mengapa kita bisa aktif diorganisasi mereka tidak, apa bedanya
anda, saya dan dia. Tidak ada yang tidak mungkin apalagi ini kita berbicara
pada ranah kongrit yaitu makhluk yang disebut mahasiswa. Kata kuncinya adalah
pola penyadaran itu sendiri, karena dengan kesadaranlah perbuatan kita berjalan
tanpa paksaan.
Tulisan
ini dipastikan tidak akan detail berbicara tentang dunia mahasiswa, tulisan ini
sifatnya umum dan yang paling benar adalah kondisi yang pembaca rasakan
disekiling anda sekarang. Mari menjadi seorang penggerak atau pelopor
penyadaran dengan prinsip-prinsip yang relevan yaitu tidak boleh melampaui
kesadaran massa, tidak boleh menyakiti hati massa dan tidak boleh membahayakan
massa. Massa itu siapa yaitu kita, kita itu siapa yaitu mereka dan siapa mereka
yaitu kita sendiri tergantung dari sudut mana anda melihatnya.
Menyadarkan,
mengorganisasikan dan menggerakan adalah tugas pokok kita bagi yang sadar, bagi
yang belum sadar harus disadarkan oleh yang sudah sadar. Praktek ---
pengetahuan---praktek.
Selalu
berbagi sahabatmu Aryo Sang Penggoda !
1;39,
Minggu 29/07/2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar