Sabtu, 28 Juli 2012

Siapa Sebenarnya Mahasiswa Lalu Apa Tugasnya?


Siapa sebenarnya mahasiswa ? pertanyaan yang harus kita ajukan sebagai refleksi tehadap kondisi objektif yang ada pada dunia kemahasiswaan khususnya di Kota Palangka Raya. Walau saya sudah tidak mahasiswa lagi namun keinginan untuk melanjutkan kestudy yang lebih lanjut itu masih saya simpan rapat pada harapan untuk masa depan. Setahu saya mahasiswa itu hanya ada di Indonesia dan dinegara lain mahasiswa disebut dengan student/ pelajar, tulisan ini tidak akan membicarakan tentang mengapa harus mahasiswa bukan pelajar, namun tulisan ini dimuat untuk bahan refleksi atas semua kejadian pengalaman yang telah terjadi selama saya menjadi seorang mahasiswa, terakhir kali setahun yang lalu. Seperti tulisan status facebook saya pada malam ini tentang Mengapa mahasiswa jauh dari rutinitasnya, diskusi ilmiah, penelitian ilmiah, engan masuk organisasi, kurang peka dengan keadaan sosial, terkesan mencari aman dari hal-hal yang sebenarnya tidak adil, apakah benar mahasiswa itu apatis, lebih banyak mengandrungi hedonisme”.

Mengajak untuk membuat mahasiswa sesuai dengan khitohnya/garis gerak, memang tidak mudah ditengah arus “kenyamanan” ini semakin masif. Bangsa ini mempunyai sejarah panjang mengenai mahasiswa serta peranya, kisah heroik-heroik ini mudah sekali untuk diakses atau dapat dibaca kembali naskahnya dari tahun yang satu ke tahun yang lain lewat bantuan google. Namun entah tidak menarik atau kurang tertarik dengan imbuhan berbagai macam alasan, sehingga kisah heroik itu hanya menjadi sejarah yang kian hampa tanpa makna. 

Kembali kekontek pertanyaan tulisan facebook saya, mengapa mahasiswa asing dengan dunia keilmiahanya karena dasar serta bangunan itu tidak ada, walau ada sangat rapuh sekali, mahasiswa sering diskusi ilmiah pada saat presentase makalahnya atau sekedar membuat saja atas nama tugas dari Dosen. Namun ruang lingkup diskusi ilmiah disini tidak dilaksanakan secara berkelanjutkan dan tanpa dilandasi dengan sikap kritis sebagai seorang mahasiswa. Kontek diskusi disini lebih dekat dengan kenyataan bahwa hanya sekedar untuk memenuhi  kewajiban tugas. Dari pengalaman pribadi dan hasil  diskusi yang pernah dilakukan sebagian besar tugas makalah, paper dan segala macamnya kebanyakan tidak didiskusikan dan ujung pena dosenlah yang akan menilai karya seorang mahasiswa itu layak atau tidak. Berarti tesisnya adalah sistem ajar kampus atau Universitas yang membuat mahasiswa asing dengan diskusi ilmiahnya.

Penelitian ilmiah adalah penyelidikan tentang kondisi objektif/realitas sosial dengan objek yang berbeda-beda untuk mendapatkan suatu deskripsi/gambaran umum dalam ranah sosial dan sedangkan dalam ranah ilmu esakta lebih mengarah kepada pengamatan terhadap gerak mekanik atau pengembangan dari ilmu tersebut. Objek penelitian ilmiah yaitu manusia dan alam yang ada disekitar, sedangkan tujuannya merubah keadaan kearah yang lebih maju/baik. Mahasiswa melakukan penelitian ilmiah hanya pada masa pembuatan tugas akhir dengan waktu ± 6 (enam) bulan. Setelah mahasiswa itu lulus hasil kajiannya pun terkadang hanya menjadi panjangan di lemari bedampingan dengan buku-buku yang tersusun rapi. Tentunya dari sini dapat dilihat bagaimana mahasiswa akan banyak melakukan penelitian ilmiah jika kesadaran itu hanya berupa paksaan dari pihak kampus untuk mendapatkan gelar sarjana. Namun apakah kesadaran menentukan keadaan atau keadaan menentukan kesadaran, maka seharusnya keandaan menentukan kesadaran dimana keadaan yang sedimikan rupa, yang saya nilai sebagai langkah kemunduran produktifnya mahasiswa disebabkan oleh keadaan yang ada internal diri mahasiswa itu sendiri dan keadaan eksternalnya. Bagi mereka yang sadar mempunyai tangung jawab tentang mereka yang belum sadar atas kondisi objektif yang ada sekarang, banyak sekali manfaat dari penelitian ilimiah tidak hanya sebagai sumbangan pemikiran untuk dunia pendidikan namun juga sebagai tangung jawab moral sebagai seorang yang memperlajari ilmu-ilmu yang ada di Universitas atau kampuas.  Tridarma perguruan tinggi hanya sebagai semboyan tanpa makna sehingga kesan intelektual itu menjadi buram. Seharusnya penelitian ilmiah bersumber dari semangat Tridarma Perguruan Tinggi, maka penelitian ilmiahpun diperuntukan untuk membantu masyarakat.

Engan masuk organisasi, hanya bisa dihitung dengan jari para mahasiswa yang aktif didalam organisasi,  sebagian besar sibuk dengan dunia teoritik ilmiahnya yaitu tugas kampus pada tatanan copy paste tekstual. Organisasi kampus baik ekstra maupun intra bukanya tidak ada namun prakteknya masih jauh dari kontek yang seharusnya. Sorotan tajam pada organisasi didalam kampus kita bisa melihat apa sifat keilmiahanya yang sudah dilakukan yaitu hanya pada tingkatan seminar, selain seminar kebanyakan aktivitas organiasi internal kampus lebih kearah berkaitan dengan penyaluran hobby (musik parkir, foot ball cup) dll. Kegiatan diskusi  memang diadakan secara rutin namun sering mengalami keterkendalaan karena tidak adanya persamaan misi atau tidak adanya kesabaran dalam hal menyadarkan mereka yang belum sadar akan penting diskusi ilmiah dalam organisasi. Organisasi intra kampus belum menjadi organisasi penyokong keilmiahan ilmu pengetahuan yang didapatkan para anggota organisasi tersebut. Diskusi seyogyanya lebih banyak membahas dunia kampus yaitu meliputi, prilaku mahasiswa yang ada dikampus, materi kuliah yang ada dikampus, masalah sistem ajar, masalah fasilitas kampus dan kesemuan itu tujuanya adalah mendekatkan mahasiswa dengan rutinitasnya.

Sedangkan organisasi diluar kampus lebih banyak menyoroti didunia luar kampus dari pada dalam kampusnya sendiri, aksi untuk hal problem diluar kampus sangat sering dilakukan namun untuk melakukan kegiatan aksi yang ada didalam kampus sendiri tidak pernah dilakukan. padahal organisasi ekstra kampus itu juga wadah mahasiswa, mengapa hanya menyoroti diluar tidak menyoroti rumah sendiri, ini menandakan mahasiswa mengasingkan dirinya sendiri dengan mahasiswa yang lain. Kesan organisasi mahasiswa ekstra kampus itu bersifat inklusif hanya untuk kader-kadernya saja, beda organisasi mereka adalah musuh dengan artian yang luas. Ketidaksatuan antara organisasi satu dengan organisasi yang lain membuat tubuh organisasi tersebut menjadi rapuh. Seharusnya gerakan mahasiswa ekstra kampus harus bersatu dengan organisasi internal kampus untuk memahasiswakan mahasiswa.

Mahasiswa tidak tertarik masuk kedalam organisasi dikarenakan beberapa faktor, secara umum : faktor  pertama karena tidak ada minat dan faktor  kedua karena melihat para kader organisasi yang tidak mencerminkan kebaikan dalam hal prilaku, kedisiplinan,  kepemimpinan, kekritisan dan lain-lainya, sehingga mereka engan untuk ikut diperparah dengan adanya streotip bahwa ikut kedalam organisasi serta aktif mengikutinya bisa mengakibatkan tergangunya perkuliahan. Masuk organisasi dapat menganggu kuliah bisa mejadi bahan diskusi untuk mengubah keadaan ini dan menghilangkan streotip itu.

Kurang peka dengan keadaan sosial, ada mahasiswa yang mengebu-gebu berteriak  mengenai penolakan bahan bakar minyak (BBM) yang akan  dinaikan, ada mahasiswa yang aktif dalam berkampanye menolak RUU penguruan tinggi yang sekarang telah disahkan menjadi sebuah unndang-udanng, namun ada mahasiswa yang tidak memusingkan hal itu semua bahkan mencemooh teman yang lain “ Untuk apa melakukan aksi penolakan padahal tidak akan didengar juga”. Kurang peka inilah yang menyebabkan tingkat pemikiran ditingkat mahasiswa pun terbagi. Pemikiran dipengaruhi oleh kesadaran maka kita akan mencek pola-pola penyadaran itu berlangsung ditatanan kampus. Penyadaran pada massa kampus masih minim sekali, penyadaran ini sering disebut propanganda. Faktanya mahasiswa secara keseluruhan tidak mengikuti aksi atas penolakan-penolakan yang ada diatas namun seharusnya mahasiswa yang bersangkutan harus tahu atau mengerti mengapa penolakan itu dilakukan. Kurang peka bahasa ini pun masih terbuka lebar untuk didiskusikan benarkah mahasiswa itu kurang peka atau sebenarnya mereka peka namun tindakan ekpresinya berbeda. Kesadaran itu tidak datang dari langit namun berasal dari proses, dan proses itu adalah praktek.

Terkesan mencari aman dari hal-hal yang sebenarnya tidak adil, ada kegiatan jual beli nilai, skripsi dapat dibikinkan oleh orang lain, penempatan KKN bisa di setting. Gambaran semacam itu membuat mahasiswa yang diam atau ikut dalam lingkaran tersebut sering sekali disebut dengan pengecut atau cari aman. Terlepas mereka cari aman dengan dalih mereka dapat membayarnya supaya nilai kuliahnya baik dengan artian lanjut kuliahpun tidak terbengkalai sesuai dengan target yang telah dituliskan. Namun jangan kira semua mahasiswa mengamini praktek-praktek semcam itu mahasiswa yang memborontakpun banyak walaupun lagi ekspresinya berbeda hanya pada tingkat ngedumel/mengerutu.

Apakah benar mahasiswa itu apatis, apatis adalah acuh tak acuh tidak perduli, masa bodoh dan lain-lainya. Tentunya bahasa ini tidak dapat dipakai bahkan dijadikan justifikasi bahwa mahasiswa itu apatis. Pertanyaan mendasar adalah apa yang membuat mereka apatis, sudahkah kita mengajak diskusi mereka, sudahkah kita melakukan penyadaran itu secara terus menurus tanpa kenal lelah. Asumsi sering sekali mengerogoti pemikiran para aktivis kampus mengangap bahwa mahasiswa itu benda mati seperti batu yang tidak bisa dirubah kondisinya. Bukankah batu sekalipun akan berlubang jika kena tetes air secara terus-menerus. Belajarlah menjadi murid terlebih dahulu sebelum menjadi guru, investigasi dulu mengapa mahasiswa terkesan apatis lalu menganilisisnya. Evaluasi pergerakan harus selalu dijalankan serta ivestigasi, karena tidak ada hak bicara tanpa investigasi/data.

Lebih banyak mengandrungi hedonisme, hedonisme adalah pandangan yang mengangap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama hidup. Label ini tentunya harus diuji lagi apakah benar mahasiswa itu lebih mengandrungi hedonisme, dengan kata lain tujuan kuliah hanya sekedar hanya untuk mencari materi (uang/PNS) dan masa bodoh dengan keadaan sekitar. Sebelum menunjuk, tunjuklah diri kita terlebih dahulu mengapa kita bisa aktif diorganisasi mereka tidak, apa bedanya anda, saya dan dia. Tidak ada yang tidak mungkin apalagi ini kita berbicara pada ranah kongrit yaitu makhluk yang disebut mahasiswa. Kata kuncinya adalah pola penyadaran itu sendiri, karena dengan kesadaranlah perbuatan kita berjalan tanpa paksaan.

Tulisan ini dipastikan tidak akan detail berbicara tentang dunia mahasiswa, tulisan ini sifatnya umum dan yang paling benar adalah kondisi yang pembaca rasakan disekiling anda sekarang. Mari menjadi seorang penggerak atau pelopor penyadaran dengan prinsip-prinsip yang relevan yaitu tidak boleh melampaui kesadaran massa, tidak boleh menyakiti hati massa dan tidak boleh membahayakan massa. Massa itu siapa yaitu kita, kita itu siapa yaitu mereka dan siapa mereka yaitu kita sendiri tergantung dari sudut mana anda melihatnya.

Menyadarkan, mengorganisasikan dan menggerakan adalah tugas pokok kita bagi yang sadar, bagi yang belum sadar harus disadarkan oleh yang sudah sadar. Praktek --- pengetahuan---praktek.

Selalu berbagi sahabatmu Aryo Sang Penggoda !
1;39, Minggu 29/07/2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar