Kamis, 19 April 2012

Pelurusan Logika (Pengalaman Temaram)


Tulisan ini dimulai dari sebuah perenungan tentang seseorang dalam ruang lingkup dimana mereka berkumpul yang disebut dengan Organisasi dan mereka yang berkumpul dalam dunia yang tidak nyata. Kebanyakan orang menyebut mereka aktivis, orang pergerakan dan lain-lain, disebut aktivis karena mereka aktiv melakukan sebuah kegiatan-kegiatan diluar masa pendidikannya di bangku kuliah alias diluar kampus. Sedangkan mereka yang didunia tidak nyata karena terlalu apatis dengan lingkungan sekitar hanya memikirkan diri sendiri.

Dikota Palangkaraya pergerakan mahasiswanyapun tidak kalah mengembirakan dari pergerakan mahasiswa diluar kota palangkaraya, walaupun stylenya tidak segarang mahasiswa makasar, jawa dan lain-lain yang kian hari menitikkan pada sebuah identitas “ Anarkis”. Sudut pandang yang berbeda juga mempengaruhi cara prilaku, bagi kawan-kawan mengambil jalan ricuh karena mereka ingin didengar sampai pada level nasional dan peristiwa ini sering diamini oleh para pemburu berita, mahasiswa bentrok pasti akan menjadi fokus utama pemberitaan dan isu yang mau disampaikannya pun terangkat. Sedangkan mereka yang memilih menyampaikan jeritan dengan adem ayem pasti gaungnya hanya sebegitu saja mentok pada tanatan lokal. Kedua cara tersebut mengalami kontroversi tersendiri baik mereka yang aktiv dalam aktivitas gerakan sampai mereka yang biasanya hanya berbicara Mall, playstation dan  Game online  ikut andil dalam komentar.

Lalu apa yang harus dilakukan, benarkah para aktivis itu diperlukan dalam berbangsa dan bernegara, lalu apa dampaknya pada dunia keakademikan itu sendiri. Aktivis harus mengunakan logika yang benar dan yang berlogika bengkok maka perlu diluruskan. Aktivis dikader sejak mahasiswa, dimana mereka ditempa dengan ideologi dari masing-masing lembaga, baik secara ideologi agamawan, sosialis dan segala macam jenis ragamnya dan kesemuaan itu bila saya tarik garis merahnya adalah menjadi mahasiswa bersifat humanis, menjadikan manusia memanusiakan orang lain dengan peka dan berbuat untuk merubah keadaan yang tidak menguntungkan kearah yang lebih baik.

Bila ditanya tentang peran mahasiswa terhadap berbangsa dan bernegara maka akan menjadi dua katagori : pertama mereka yang memandang pada massa kuliah harus  bersikap kritis terhadap keadaan sosial baik ditingkat kampus maupun diluar kampus. kedua meraka yang bersikap apatis saat kuliah dan lebih menekankan kepada nilai akademik dengan tujuan segera selesai dibangku kuliah dan segera mendapatkan perkerjaan untuk keluarga dan bangsa. Dua kutup ini akan selalu hidup disetiap generasi mahasiswa dan tidak jarang akan menjadi sebuah dikotomi atau adanya pemisahan diantara mereka.

Tidak ada yang sempurna dan sempurna kini telah menjadi sebuah lagu dari andra the backbone, kedua pemikiran yang didasari oleh logika ini sama-sama mempunyai celah, celah dalam arti tidak produktif untuk berbangsa dan bernegara. pandangan pertama mengenai mahasiswa harus aktiv didalam organisasi juga mengalami keterpurukan produktif dikarenakan aktivitas yang dijalankan sebagian besar tidak bersumber kepada keilmiahan dan kondisi objektif. organisasi dijadikan layaknya EO hanya untuk berhura-hura dan itu semua telah melenceng jauh terhadap dunianya sendiri yaitu dunia keilmiahan. Bagi mereka dengan gerakan kekiri-kirian pun juga terlalu sibuk pada dunia luar sedang didalam kampusnya sendiri banyak terjadi ketidak benaran.  Tidak jarang dalam gerakanya masalah kuliah menjadi nomer yang mungkin tidak ada urutannya dan diangap remeh temeh, menyepelakan keaktifan dalam kuliah, megerjakan tugas dan segala macamnya.

Sedangkan mereka yang memilih study oriented pun masih diragukan tentang ilmu yang didapat saat kuliah karena hanya selalu makan bahan teori tanpa harus berpraktek dalam dunia nyata. Jika ditanya secara jujur mereka yang benar-benar kuliah tentunya dapat dihitung dengan jari sedangkan yang lain hanya sekedarnya saja, kuliah hanya sekedar mengisi absen, dosen tidak masuk menjadi kejutan yang paling indah, jika dosen bertanya “ ada pertanyaan” semuanya membisu dengan harapan agar cepat keluar dari dunia yang membosankan ini. Disusul dengan harga diktat selangit akan tetap dibeli, arisan untuk mendapatkan nilai bagus juga akan tetap dibayar.

Tidak bisa di cemooh atau dianggap salah dari kesemua fakta-fakta itu karena pada prinsipnya mahasiswa adalah golongan borjuasi sedang dalam prespektif teori pendekatan klas. Watak borjuasi selalu bimbang dan lebih selalu mengarah kepada mencari aman, berpikir yang penting tidak merugikan orang lain, yang penting aku tidak terganggu dan lain-lain. 

Disini perlu adanya logika yang lurus berbanding tentang kebenaran, logikanya adalah kita harus bersepakat bahwa mahasiswa itu tujuan menuntut ilmu bukan menuntut hiburan. Ada seorang kawan yang pernah menasehati saya “ bahwa setiap kali kita meninggalkan rumah, harus pulang membawa sesuatu yang bernilai” tentunya ini saya tambahi dengan kata produktif. Masa muda adalah masa produktif, dimana masa yang bebas dalam menentukan arah kehidupan kelak, dengan kata bebas maka harus dimaknai dengan nilai produktif pula. Produktif dalam arti bernilai guna dan berdaya guna, mempunyai daya saing antara pemuda yang satu dengan pemuda yang lainya. 

Kampus dan dunia diluar kampus harus berbanding lurus tidak dapat dipisahkan dan letak pertemuan mereka disebut blance/berimbang. Aktif dikampus, aktif pula diluar kampus dengan tampil diruang organisasi.  Jangan dijadikan alasan dunia kampus menghambat anda mengenal dunia diluar kampus begitupun sebaliknya. Berbicara ideal adalah dimana teori yang didapatkan dikampus harus dianti thesa pada praktek diluar kampus. Ilmu tridarma perguruan tinggi ada dikampus dan prakteknya ada dinunia luar. Masa dikampus adalah masa yang sangat singkat jadi pergunakanlah dengan baik dan produktif, jangan menciptakan kemalasan pada belajar karena kita hidup diawali dengan belajar. 

Bangsa ini memerlukan generasi penentu arah bangsa, peran mahasiswa adalah menyiapkan diri untuk mengambil alih tampuk pimpinan pengambil kebijakan pada era ini, jika peran mahasiswa saja tidak jelas alias tidak mengerti pasti dipastikan mereka hanya mengejar mimpi untuk mereka sendiri, bukan mimpi orang-orang yang tidak pernah bisa mengenyam dunia kemahasiswaan.

Jangan sia-siakan masamu, teriakanmu tentang mereka yang tidak dapat kuliah, sedangkan dirimu sendiri kuliah bermalas-malasan, berarti kita telah mengkhiati masyarakat.

Sang Penggoda !
Front Marhenis

1 komentar: