Tulisan ini
dimulai dari sebuah perenungan tentang seseorang dalam ruang lingkup dimana
mereka berkumpul yang disebut dengan Organisasi dan mereka yang berkumpul dalam
dunia yang tidak nyata. Kebanyakan orang menyebut mereka aktivis, orang
pergerakan dan lain-lain, disebut aktivis karena mereka aktiv melakukan sebuah
kegiatan-kegiatan diluar masa pendidikannya di bangku kuliah alias diluar
kampus. Sedangkan mereka yang didunia tidak nyata karena terlalu apatis dengan
lingkungan sekitar hanya memikirkan diri sendiri.
Dikota
Palangkaraya pergerakan mahasiswanyapun tidak kalah mengembirakan dari
pergerakan mahasiswa diluar kota palangkaraya, walaupun stylenya tidak segarang
mahasiswa makasar, jawa dan lain-lain yang kian hari menitikkan pada sebuah
identitas “ Anarkis”. Sudut pandang yang berbeda juga mempengaruhi cara
prilaku, bagi kawan-kawan mengambil jalan ricuh karena mereka ingin didengar
sampai pada level nasional dan peristiwa ini sering diamini oleh para pemburu
berita, mahasiswa bentrok pasti akan menjadi fokus utama pemberitaan dan isu
yang mau disampaikannya pun terangkat. Sedangkan mereka yang memilih menyampaikan
jeritan dengan adem ayem pasti gaungnya hanya sebegitu saja mentok pada tanatan
lokal. Kedua cara tersebut mengalami kontroversi tersendiri baik mereka yang
aktiv dalam aktivitas gerakan sampai mereka yang biasanya hanya berbicara Mall,
playstation dan Game online ikut andil dalam komentar.
Lalu apa
yang harus dilakukan, benarkah para aktivis itu diperlukan dalam berbangsa dan
bernegara, lalu apa dampaknya pada dunia keakademikan itu sendiri. Aktivis harus
mengunakan logika yang benar dan yang berlogika bengkok maka perlu diluruskan.
Aktivis dikader sejak mahasiswa, dimana mereka ditempa dengan ideologi dari
masing-masing lembaga, baik secara ideologi agamawan, sosialis dan segala macam
jenis ragamnya dan kesemuaan itu bila saya tarik garis merahnya adalah menjadi
mahasiswa bersifat humanis, menjadikan manusia memanusiakan orang lain dengan
peka dan berbuat untuk merubah keadaan yang tidak menguntungkan kearah yang
lebih baik.
Bila ditanya
tentang peran mahasiswa terhadap berbangsa dan bernegara maka akan menjadi dua
katagori : pertama mereka yang
memandang pada massa kuliah harus bersikap kritis terhadap keadaan sosial baik
ditingkat kampus maupun diluar kampus. kedua
meraka yang bersikap apatis saat kuliah dan lebih menekankan kepada nilai
akademik dengan tujuan segera selesai dibangku kuliah dan segera mendapatkan
perkerjaan untuk keluarga dan bangsa. Dua kutup ini akan selalu hidup disetiap
generasi mahasiswa dan tidak jarang akan menjadi sebuah dikotomi atau adanya
pemisahan diantara mereka.
Tidak ada
yang sempurna dan sempurna kini telah menjadi sebuah lagu dari andra the
backbone, kedua pemikiran yang didasari oleh logika ini sama-sama mempunyai
celah, celah dalam arti tidak produktif untuk berbangsa dan bernegara. pandangan
pertama mengenai mahasiswa harus aktiv didalam organisasi juga mengalami
keterpurukan produktif dikarenakan aktivitas yang dijalankan sebagian besar
tidak bersumber kepada keilmiahan dan kondisi objektif. organisasi dijadikan
layaknya EO hanya untuk berhura-hura dan itu semua telah melenceng jauh
terhadap dunianya sendiri yaitu dunia keilmiahan. Bagi mereka dengan gerakan
kekiri-kirian pun juga terlalu sibuk pada dunia luar sedang didalam kampusnya
sendiri banyak terjadi ketidak benaran. Tidak jarang dalam gerakanya masalah kuliah
menjadi nomer yang mungkin tidak ada urutannya dan diangap remeh temeh,
menyepelakan keaktifan dalam kuliah, megerjakan tugas dan segala macamnya.
Sedangkan
mereka yang memilih study oriented pun masih diragukan tentang ilmu yang
didapat saat kuliah karena hanya selalu makan bahan teori tanpa harus
berpraktek dalam dunia nyata. Jika ditanya secara jujur mereka yang benar-benar
kuliah tentunya dapat dihitung dengan jari sedangkan yang lain hanya sekedarnya
saja, kuliah hanya sekedar mengisi absen, dosen tidak masuk menjadi kejutan
yang paling indah, jika dosen bertanya “ ada pertanyaan” semuanya membisu
dengan harapan agar cepat keluar dari dunia yang membosankan ini. Disusul
dengan harga diktat selangit akan tetap dibeli, arisan untuk mendapatkan nilai
bagus juga akan tetap dibayar.
Tidak bisa
di cemooh atau dianggap salah dari kesemua fakta-fakta itu karena pada
prinsipnya mahasiswa adalah golongan borjuasi sedang dalam prespektif teori
pendekatan klas. Watak borjuasi selalu bimbang dan lebih selalu mengarah kepada
mencari aman, berpikir yang penting tidak merugikan orang lain, yang penting
aku tidak terganggu dan lain-lain.
Disini perlu
adanya logika yang lurus berbanding tentang kebenaran, logikanya adalah kita harus
bersepakat bahwa mahasiswa itu tujuan menuntut ilmu bukan menuntut hiburan. Ada
seorang kawan yang pernah menasehati saya “ bahwa setiap kali kita meninggalkan
rumah, harus pulang membawa sesuatu yang bernilai” tentunya ini saya tambahi
dengan kata produktif. Masa muda adalah masa produktif, dimana masa yang bebas
dalam menentukan arah kehidupan kelak, dengan kata bebas maka harus dimaknai
dengan nilai produktif pula. Produktif dalam arti bernilai guna dan berdaya
guna, mempunyai daya saing antara pemuda yang satu dengan pemuda yang lainya.
Kampus dan
dunia diluar kampus harus berbanding lurus tidak dapat dipisahkan dan letak
pertemuan mereka disebut blance/berimbang. Aktif dikampus, aktif pula diluar
kampus dengan tampil diruang organisasi.
Jangan dijadikan alasan dunia kampus menghambat anda mengenal dunia
diluar kampus begitupun sebaliknya. Berbicara ideal adalah dimana teori yang
didapatkan dikampus harus dianti thesa pada praktek diluar kampus. Ilmu
tridarma perguruan tinggi ada dikampus dan prakteknya ada dinunia luar. Masa
dikampus adalah masa yang sangat singkat jadi pergunakanlah dengan baik dan
produktif, jangan menciptakan kemalasan pada belajar karena kita hidup diawali
dengan belajar.
Bangsa ini
memerlukan generasi penentu arah bangsa, peran mahasiswa adalah menyiapkan diri
untuk mengambil alih tampuk pimpinan pengambil kebijakan pada era ini, jika
peran mahasiswa saja tidak jelas alias tidak mengerti pasti dipastikan mereka
hanya mengejar mimpi untuk mereka sendiri, bukan mimpi orang-orang yang tidak
pernah bisa mengenyam dunia kemahasiswaan.
Jangan
sia-siakan masamu, teriakanmu tentang mereka yang tidak dapat kuliah, sedangkan
dirimu sendiri kuliah bermalas-malasan, berarti kita telah mengkhiati
masyarakat.
Sang Penggoda
!
Front Marhenis
Mantap Bang.....
BalasHapus