Sabtu, 17 Maret 2012

Orang hutan vs manusia in Land borneo


Paru-paru dunia itulah sebutanku tanah yang penuh akan jamrud khatulistiwa, permata hijau nan elok tak sekedar menyejukkan mata. Tanah borneo dipenuhi ragam budaya yang bersinergi dengan alam, alam adalah kawan dengan segala isinya.beratus-ratus tahun tanah ini dijaga selaras berirama dengan pacuan waktu. Sesuatu yang tumbuh dengan alami harus dilindungi sebagai rasa syukur atas karunia sang pencipta. Rimbunya dedaunan hutan serta penghuni didalamnya adalah warisan untuk anak cucu nanti bukan untuk dijamah ataupun dirusak namun dijaga kelestariannya. Pohon yang hidup bukan benda mati namun mereka adalah tempat roh-roh penjaga berdiam diri.
Ya sekulumit kisah mengenai identitas budaya warga Dayak kalimantan tengah mengenai alam dan sekitarnya. Namun semua itu kini tinggal sebuah cerita yang sebentar lagi akan menjadi sebuah dongeng karena hutan sudah tidak ada lagi walaupun ada bukan untuk masyarakat namun untuk orang hutan dan yang lainya. sesuatu yang ironi dan perlu adanya diskusi untuk beragumen tentang siapa yang harus dibela apakah manusia atau orang hutan dinegeri setengah jajahan dan setengah feodal ini.
Sekumpulan manusia yang disebut dengan masyarakat kini terancam akan martabatnya karena hak-hak untuk hidup kian dipasung sedemikian rupa. Masyarakat tidak saja kehilangan hutan namun juga kehilangan tanah-tanah mereka. Hutan yang indah kini berganti dengan satu tanaman komuditas, tanaman monokultul yang telah terbukti rakus dalam menyerap unsur hara (baca: unsur kesuburan tanah). Ditingkat internasional problema ini tidak dipandang sebagai suatu permasalahan melainkan hanya dipandang sebagai seleksi alam dimana yang lemah dalam adaptasi dengan alam akan punah.
Berbicara kerusakan hutan/lingkungan siapakah yang merusaknya apakah masyarakat atau perusahaan dengan dukungan pemerintah atas dasar investasi. Perlu melihat lebih dalam dan lebih jauh untuk menentukan siapakah yang perlu mendapatkan vonis sebagai perusak lingkungan. Jika masyarakat bersalah logika apa yang dibagun untuk mendukung logika ini, ataukah logika ini harus diluruskan bahwa sebenarnya masyarakat bukan perusak lingkungan malah sebaliknya sebagai penyelemat lingkungan dengan hasil karya mereka sendiri dikenal dengan inisiatif lokal. Lalu bagaimana dengan perusahaan apakah mereka yang merusak lingkungan, iya atau tidak mari melihat fakta yang ada, dimana ada perusahaan disitu ada ekploitasi dalam konteks lain bisa disebut dengan mengeruk hasil alam baik didalam tanah maupun diatas tanah. Ekploitasi ini secara fakta juga tidak ada yang dapat menerangkan tentang penyelamatan lingkungan, prinsip ekploitasi menghabiskan tanpa sisa apa yang ada dialam masalah dampak itu akan dipikirkan kemudian hari. Apabila kilah perusahaan serta pendukungnya selalu berujar mengenai bahwa semua ini ada karena untuk masyarakat dalam hal sejahtera. Sejahtera untuk siapa, sejahetra untuk perusahaan itu pasti, perusahaan mana yang mau rugi. Lalu kesejahteraan masyarakat dimana hanyalah ada di dalam impian semata dan semua itu tidak pernah terealisasi dalam dunia nyata. Konflik-konflik selalu terjadi di bumi borneo hampir diseluruh kabupaten dengan masalah yang sama bahwa keadilan tidak memihak masyarakat baik itu masyarakat adat dan masyarakat dengan katagori yang lain. Apakah konflik itu sebuah tanda kesejahteraan masyarakat mari kita sama-sama menulis tanda tanya besar kepada mereka yang mengiyakan logika seperti itu, masih waraskah mereka atau sudah kian gila pemikiranya karena segepok duit dan empuknya kursi kekuasaan.
Manusia dan orang hutan adalah sama-sama korban dari sistem setengah jajahan dan setengah feodal. Setengah jajahan secara sederhana dapat dipahami dimana sebuah negara yang tidak mempunyai sebuah kedaulatan dibidang apapun. Sedangkan setengah feodal adalah dimana penguasan tanah hanya dimiliki segelintir orang saja. Dibidang apa bangsa ini berdaulat politik, ekonomi dan budaya semuanya sudah tidak ada yang murni semuanya pesenan dari tuan pemodal dan untuk keuntungan tuan pemodal itu sendiri. Sedangkan ciri-ciri feodalisme adalah dimana tanah dimonopoli oleh satu orang saja. Tanah beribu-beribu hektar hanya dimiliki satu orang saja dengan membuat skema anak gruop perusahaan yang sejatinya satu pemilik saja. Lalu siapa yang kita bela orang hutan atau manusia tentu saja jika dia manusia akan membela manusia bukan orang hutan. Orang hutan begitu dimanjakan sedangkan manusianya dibiarkan mati kelaparan apakah logika ini yang dipakai oleh orang-orang pembela orang hutan. Orang hutan diselamatkan memang ia namun kita melihat juga skala perioritas dan juga melihat dampaknya, jika manusia diselamatkan dahulu maka manusia akan menyelematkan orang hutan. Pilihanya hanya apakah membiarkan manusia punah atau orang hutan yang punah.
Biasanya para penyayang hewan selalu mengarahkan pelestarian lingkungan melalui taman nasional. Dimana ditaman nasional itu masyarakat yang ingin mengumpulkan ranting-ranting saja ditembaki oleh aparat contoh kasus dipulau jawa pada waktu yang  lalu. Taman nasional juga memisahkan masyarakat dengan alamnya, dimana masyarakat secara alamiah selalu bergantung pada alam untuk mempertahankan hidup tanpa merusak alam. Perlu pemikiran jernih untuk menyikapi perihal ini dengan milahat siapa yang sebenarnya merusak dan perusak lingkungan itu. Daripada mengebu-gebu mengampanyekan taman alam mengapa tidak berkampanye anti perusahaan yang benar-benar telah banyak bukti kelakuanya merusak lingkungan. Apalagi ikut dalam kampanye perkebunan besar swasta berkelajutan, berkelanjutan yang seperti apa, apakah melanjutkan parampasan tanah masyarakat, melanjutkan menghilangkan budaya masyarakat adat, melanjutkan memenjarakan masyarakat, melanjutkan masyarakat menjadi buruh ditanahnya sendiri.
Memandang permasalahan dengan secara tepat maka akan mendapatkan solusi tepat guna juga. Solusinya adalah biarkan masyarakat merawat dan mengelola tanahnya sendiri tanpa harus meminta bantuan kepada perusahaan. alam diperuntukan untuk mempertahan kehidupan bukan untuk keserakahan.
Selamatkan dan perjuangan hak-hak dasar masyarakat dalam kehidupan ini maka alam dengan segala isinya termasuk orang hutan akan baik-baik saja.
Hati-hati mereka kapada mereka yang berkata  “ aku adalah  seorang pendukung keberlanjutan lingkungan agar tetap lestari namun berkerja sama dengan perusahaan besar yang telah terbukti merampas tanah rakyat”. Tentukan siapa kawan dan siapa lawan.... kawan !
Wasalam
@Aryo Sang Penggoda !
Front Marhenis Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar