Selasa, 21 Februari 2012

Rumah Sakit Bukan Rumah untuk Sembuh Oleh : Aryo Nugroho.W


Teringatku pada sebuah lirik lagu dari group funk band marjinal mengenai rumah sakit, dalam lirik itu bagaimana marjinal berteriak mengenai rumah sakit dimasa negeri yang korup dimana kemanusian tidak menjadi standar keselamatan. Menurut marjinal rumah sakit hari ini oreintasinya adalah uang belaka, tidak ada uang maka tidak ada pengobatan. Bahkan ada sebuah lelucon dan mungkin kini menjadi sebuah undang-undang yang harus dipatuhi bahwa orang miskin dilarang sakit. Mengapa ini semua terjadi siapa yang akan menjawabnya apakah Bapak Presiden Rebublik ini dapat menjawab pertanyaan penulis atau fakta sebenarnya tidak seperti apa yang digambarkan pada tulisan awal.  Marilah kita sama-sama terus mengikuti huruf demi huruf ini berlanjut semoga saja ada sebuah kalimat yang bisa menjadi imformasi atau sebuah jawaban dari apa yang telah ditanyakan.
Sebelum masuk pada tahap mengapa dan apa, penulis ingin menceritakan sesuatu tentang rumah sakit. Pada akhir tahun lalu ayah penulis masuk dirumah sakit disalah satu kabupaten yang ada dikalimantan tengah. Penyakit yang tidak diundang kedatanganya ini menyebabkan ayah penulis harus terkulai lemah dan harus rawat inap dirumah sakit tersebut. Setelah mendapat imformasi bahwa ayah penulis masuk rumah sakit penulispun akhirnya meninggalkan kota palangkaraya untuk datang kerumah sakit dimana ayah penulis dirawat. Sebelum masuk rumah sakit ayah penulis mendapat surat pengantar dari kepala desa setempat yang menyatakan bahwa ayah penulis bisa masuk dalam katagori program askes/askin (penulis lupa nama program) yang pada intinya program kesehatan bagi keluarga yang tidak mampu secara ekonomi dan pembiayayan ditangung oleh negara. Menyaksikan dimana tempat ayah penulis untuk memperoleh kesehatan sungguh miris sekali untuk mendeskripkanya namun itulah yang terjadi, satu ruangan dipenuhi dengan lima tempat tidur pasien. Ukuran ruagan sangat sumpek dan hanya ada kipas angin ukuran kecil tergantung didinding. Ruangan sumpek adalah sebuah masalah dimana seharusnya pasien yang sakit bisa menghirup udara segar dan segala macamnya untuk membuat pasien merasa nyaman. Tidak itu saja, jika ruangan sumpek menjadi suatu masalah maka permasalahan selanjutnya adalah tidak tertibnya para pengunjung untuk menjenguk, entah mereka sadar atau tidak para pengunjung seenaknya saja berbincang-bincang ngalor-ngidul dengan intonasi nada mengubah suasana menjadi riuh dan riuh adalah pertentangan dari kata ketenangan. Kalau tadi sudah ada dua masalah yang penulis ceritakan maka masalah ketiga juga terjadi dimana obat untuk ayah penulis selalu berganti-ganti ataukah ini memang sudah menjadi sebuah tradisi atau standar penyelamatan bahwa obat harus berubah-ubah. Tidak cukup sampai disitu dengan adanya obat yang berubah-ubah maka harus ditebus/dibeli namun kejanggalan itu terjadi setiap obat yang ingin ditebus,  apotik rumah sakit tidak menyediakan (habis,stok kosong dll) yang jelas obat itu ditebus bukan dari apotik rumah sakit namun dari apotik diluar rumah sakit, lalu ada apakah ini ?. Dengan alasan bahwa ruangan sumpek, suasana yang riuh ditambah obat selalu berganti dan memperolehnya dari apotik luar, inilah yang menyebabkan ayah penulis harus keluar  dari rumah sakit sebelum pada waktunya.
Suasana ini berbeda sekali dengan keadaan didepan ruangan ayah penulis dimana ruangan itu satu ruangan untuk satu orang pasien dan obat-obatanpun para suster yang menyediakanya, karena uang itu kesimpulan penulis perlakukan terhadap para paseinpun berbeda.
Mengapa dan apa, mengapa ini bisa terjadi, negara sebesar ini memberi pengobatan gratis kepada rakyatnya tidak mampu. Hal yang menjadi suatu parodaksal dimana kekayaan alam indonesia sangat melimpah ruah namun untuk membuat rumah sakit yang layak huni saja tidak bisa. Apa penyebabnya marilah kita tengok berapa banyak  uang yang harus dikeluarkan oleh mahasiswa kedokteran/mahasiswa yang mengambil jurusan dibidang kesehatan, setahu penulis ada perbedaan pembiayayan kuliah dibandingkan mahasiswa yang lain. Catatan penulis disini lagi-lagi mengarah pada uang dan uang bahkan konon katanya untuk mengambil gelar dokter spesialis harus mempunyai uang segepok bila anda sepakat (anggukan kepala anda). Lalu apa hubungannya dengan rumah sakit dan para mahasiswa yang mengambil bidang kesehatan, jawabanya hubunganya baik-baik saja. Namun yang menjadi tidak baik bahwa profesi dokter akhirnya dijadikan sebuah profesi untuk mengeruk uang kepada orang-orang sedang mengalami musibah. Tidak perlu penulis tunjukan contohnya dokter mana yang mata duitan istilah sederhananya, cukup (anggukan kepala) jika anda setuju dengan pernyataan penulis. Apa yang kedua inilah bentuk nyata daripada Kapitalisme tidak hanya pada urusan biaya pendidikan tinggi namun semua biaya akan tinggi termasuk biaya untuk mendapatkan kesehatan karena parameter kapitalis adalah bagaimana menghisap orang lain dan menguntungkan dirinya sendiri dengan cara apapun. Kapitalisme adalah sebuah sistem yang dibuat oleh negara-negara imprealis untuk menghisap segela sesuatu yang dipunyai negara jajahan. Kesehatan juga menjadi bahan hisapan dimana ada perputaran uang disana dan jika ingin melihat peran impralisme pada dunia kesehatan, penulis sarankan untuk membaca buku karya mantan menteri kesehatan Ibu Siti Fadilah Supari dengan judul cari sendiri di toko buku kesayangan anda jika tidak ada hubungi mbah google segera.
Sebagai penutup saya ingin mengajak pembaca untuk merenungi sebuah kata tentang lebih baik mencengah daripada mengobati dan kesehatan itu mahal, benarkah kata-kata tersebut atau sengaja dibenarkan karena ketidak pecusan negara  ini mengatur negara ini dan benarkah rumah sakit bukan rumah untuk sembuh.
Bagi penulis kesehatan itu adalah hak asasi manusia yang harus dijaga baik oleh diri sendiri dan negara ini. Semoga tulisan ini menjadi berarti dan bermamfaat bagi mereka yang ingin merubah keadaan ini menjadi lebih baik dan kalau anda setuju dengan tulisan ini kembali penulis mengajak supaya anda menganggukan kepala sekali lagi.
Salam Berbagi, Terus Berkarya
@Sang Penggoda !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar