Sabtu, 05 November 2016

Catatan Seorang Petani: Menjaga Sumber Daya Alam dengan Kearifan Lokal



Norhadie Karben

Tulisan ini bersumber dari tulisan seorang teman yang sering “mengupdate”aktivitas hariannya dalam mengelola sumber daya alam. Beliau adalah Bapak Norhadie, warga asal Desa Mantangai Kab.Kapuas. Beliau sering menginformasikan aktivitasnya melewati media sosial dalam hal ini facebook. Bapak Norhadie dalam catatan hariannya ingin memberikan kita tentang satu gambaran perjuangan mengelola tanah. Catatan harian sendiri Menurut Alice D. Domar, menulis buku harian adalah sebuah langkah untuk mengungkapkan emosi dan perasaan kita dan membantu kita untuk merawat pikiran kita. Juga dengan berkembangnya teknologi, buku harian sekarang tidak hanya ditulis pada secarik kertas namun juga bisa berupa data di komputer atau notebook bahkan ada yang berupa fasilitas daring untuk menulis buku harian di Internet.[1]

Suatu ketika, Bapak Norhadie mengupdate statusnya di Facebook banyak komentar yang bermunculan salah satunya mengenai harapan bahwa status-status beliau dapat dituliskan secara lengkap. Karena menurut mereka bahwa status Bapak Norhadie cukup penting untuk bahan pelajaran khususnya mengenai budaya dayak dalam mengelola tanah. Dari sanalah terbesit ide untuk menuliskan ulang apa yang sudah ditulis oleh Bapak Norhadie dengan gaya catatan harian. Dalam penulisan ini saya sudah meminta ijin kepada yang bersangkutan dan saya memohon maaf jika tulisan ini tidak mengambarkan ataupun mewakili ilmu pengetahuan keseluruhan dari Bapak Norhadie.

Tentunya tulisan ini tidak menuliskan ulang secara keseluruhan apa yang telah ditulis dalam status facebook Bapak Norhadie. Pembatasan tulisan ini hanya pada bagian cerita mengenai pengelolaan tanah bersama kaum tani yang berwadah dalam serikat tani mangantang tarung.

Semoga tulisan ini menjadi inspirasi bagi kita semua dan pelajaran penting yang harus dipraktekkan.

Larangan Membakar Bagi Petani 

5 Agustus · 
Dapat kabar dari kampung halaman bahwa ada tamu dari jakarta bersilaturahmi hanya untuk berdiskusi dan melihat lahan pertanian yang kami kelola dengan sistem pengolahan lahan tanpa bakar musim tanam Asep, heemm.... upaya dalam rangka merubah sistem pengolahan tanah bergambut dalam budidaya padi dari berladang masih akan saya lakukan bersama kaum taniku di Serikat Tani Manggatang Tarung pada musim tanam Okmar tahun ini.
Suatu kebanggaan bagi kami bila pengolahan lahan pertanian tanpa bakar yang kami lakukan dapat merubah pola pikir masyarakat yang ada disekitar kami dan menjadi percontohan demi untuk menghilangkan citra buruk selama ini dikambing hitamkan sebagai penyebab kebakaran hutan.
#Tetap bersemangat kawan-kawan taniku @pencemaran nama baik petani Description: https://www.facebook.com/images/emoji.php/v5/f51/1/16/1f603.png:D !!! ...

7 Agustus · 
Nyata terjadi hari ini, entahlah.... apakah betul kebakaran/terbakar/dibakar hingga merambat kw hutan itu akibat sengketa lahan antar warga karena adanya kehadiran perusahan perkebunan sawit yang sudah mengantongi izin kosensi.

12 Agustus · 
Ingat... pemerintah melakukan pelarangan membakar lahan harus ada pengecualian untuk petani ladang, tetapi dengan prasyarat tertentu sebab jika pemerintah cuma bisa memasang spanduk bertulis pelarangan membakar dengan sangsi denda dan ancaman penjara 15 tahun justru membuat masalah kebakaran kembali terjadi tak terkendali.
Setakut-takut masyarakat dengan teror ancaman spanduk serta patroli oleh alat negara bersenjata tak akan mengatasi masalah kebakaran sebab masyarakat petani bila tidak ada pembinaan/perhatian dari pemerintah maka sangat mungkin masyarakat "petani ladang" dengan karifan lokalnya menjaga api supaya terkendali tidak mejalar kemana mana akan menjadi Petani Burung (istilah saya) yang melakukan pembakaran dimana mana tanpa dikendalikan (Manyeha) mendapatkan lahan tempat siap tanam padi hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok pangan keluarga.

14 Agustus · 
Ini adalah sumur yang kami buat di kawasan hutan rimba bergambut untuk memenuhi kebutuhan air yang kami perlukan buat minum dan memasak serta keperluaan lainnya, saya pun tidak heran dengan kondisi hutan gambut yang masih baik dapat menyediakan air walau saat musim kemarau karena hutan sudah sering berada dalam hutan saat musim kemarau.
Jadi ingat sekitar tahun 1987 disaat orang tua saya mengajak berusaha masuk kedalam hutan untuk bekerja mencari kulit kayu gemur saat musim kemarau, kala itu untuk mencari kulit kayu gemor masuk kedalam hutan berjalan kaki hanya menyurusi jalan rintisin kecil dan diaerah jalan yang bergambut dalam serta berair maka ditebanglah pohon sebesar paha untuk membuat semacam titian atau sering disebut oleh kami dalam kesehari-harian adalah TABENGAN.
Suatu ketika saya dan ayah mendapat pohon gemor yang sangat besar sehingga membutuhkan berhari-hari untuk mendapatkan kulit kayu gemor melalui beberapa tahapan dan proses hingga pengasapan atau pengeringan dan siap angkut, dihutan memang sarang nyamuk dan saya sejak kecil alergi terhadap gigitan nyamuk karena setiap kena gigitan kulit akan mengalami korengan/mambuhit maka saya pun setiap hari selalu menghidupkan api di tanah bergambut itu untuk mendapatkan asap buat mengusir nyamuk. Tetapi api tidak menjalar padahal saat itu musim kemarau dan saya baru sadar bahwa didalam hutan gambut yang masih baik masih bisa menyinpan air setelah melihat sumur yang dibuat oleh orang tuaku dekat tempat bekerja untuk memasak air membikin teh dan memasak nasi ketika istirahat siang hari.
Dalam hatiku kala itu pantas api yang kuhidupkan diatas tanah hutan gambut tidak bisa terbakar atau menjalar luas bila air didalam masih tetap ada.

15 Agustus · 
Pelarangan membakar lahan untuk berladang tanpa solusi mencerminkan hari mendung hitam bukan kemerdekaan sejati, kilauan mata pisau regulasi pejabat menakutkan rakyatnya sendiri bukan untuk korporasi investasi asing.
17 agustus nanti berada di hutan lebih MERDEKA !!! ...

Larangan pembakaran lahan bukan hutan seharusnya ada pengecualian bagi petani dgn prasyarat dan ketentuan selayaknya dapat dipenuhi oleh masyarakat kecil, misalnya dgn memberikan solusi dapat melakukan pembakaran lahan garapan terbatas (bukan membuka lahan baru) bagi petani ladang agar masih dapat melakukan bercocok tanam padi untuk kebutuhan hidupnya.
Jika tidak maka pemerintah harus mendata jumlah KK dan Jiwa petani yang ada disetiap desa atau kampung dan siap memberikan beras untuk kebutuhan 1 tahun kedepan atau mempasilitasi percetakan sawah serta kelengkapan saranan produksi.
Masyarakat petani ladang itu seolah dianak tirikan oleh pemerintah sebab selama ini orang orang pendatang seperti di transmigrasi saja yang dibina dan dibimbing.
Masyarakat petani lokal sangat penting dan mendesak untuk diberdayakan bukan untuk diperdaya dengan aturan aturan pelarangan tanpa solusi, bangkitlah pemuda pemudi pribumi !! ...
#itu obrolan kami dengan ketua serikat tani dan kades kalumpang siang ini#

Tatantangan demi tantangan silih berganti untuk bisa mempertahankan secuil tanah buat menyambung hidup dari perampasan lahan kaum taniku oleh pihak perusahaan perkebunan kelapa sawit hingga kebijakan pemerintah yang memberikan izin kosensi mengalih fungsikan kawasan pertanian kaum tani ke perkebunan kelapa sawit,
Kini harus kembali menerima tantangan kebijakan pemerintah tentang "Dilarang Membakar Hutan dan Lahan" yang dikeluarkan tanpa solusi, kami fokus pada larangan membakar lahan sebab kami masyarakat petani tidak pernah membakar hutan.
Penegakan hukum hanya tajam kepada wong cilik bermodal keringat dan tumpul pada pada investasi bermodal besar !?
Petani ladang menjadi sasaran empuk untuk dikambing hitamkan sebagai pelaku pembakaran yang menjadi sumber bencana bencana asap demi melegalkan perbuatan penyelewengan terhadap pemberian izin dan perbuatan pihak lain yang merusak hutan.
Ditahun 2016 ini, alam menjadi saksi bisu dan sang maha pencipta yang mengetahui segala perbuatan baik maupun buruk oleh semua insan manusia memberikan sedikit pencitraan bagi kaum petani yang tetap beraktivitas berladang dan tak ada asap tahun ini melanda.
Tantangan untuk berpikir keras dan bekerja keras hanya untuk sesuap nasi harus dijalankan demi keluarga dan membiayai kebutuhan masa depan anak - anak yang masih menempuh sekolah, perjuangan untuk suatu perubahan masa depan tak akan terhenti menghadapi tantangan sebelum kepala paku berbunyi dipukul kepala palu.
Kaum taniku bersatulah..... Untuk tetap berlawan dengan berbagai tantangan, menjalani perjuangan bukan berarti harus bersimbah darah tapi penjajahan gaya baru harus dihentikan.
#Hentikan perizinan perkebunan skala besar dikawasan gambut #Hentikan alih fungsi lahan pertanian #Hentikan perampasan lahan # hentikan intimidasi menggunakan aparat negara yang seharus mengayomi dan menjadi panutan rakyat !! ..

Kaum Tani Ku

19 Agustus · 
Hutan dan rotan alam menyatu jadi satu dan rotan memberi manfaat yang menghasilkan hasil hutan non kayu.
Nanti dehh... ku catat tentang rotan dan hutan bagi masyarakat dibagian hulu sungai kapuas ini, satwa juga punya peran penting tentang sebaran tanaman ini tumbuh didalam hutan.

20 Agustus · 
Senang rasa pagi hari ini mendapat kabar dari kawan - kawan kaum taniku dari kampung halaman bahwa tanaman pangan dan holtikultura yang kami tanam dengan cara pengolahan lahan tanpa bakar dalam kondisi baik dan subur, heemm... padi dan sayur yang kami tanam pun sepertinya akan mencukupi untuk kebutuhan keluarga kami jika dilihat dari photo yang dikirim kepadaku hari ini.
Tetap sangat kaum taniku, uji coba pengolahan lahan gambut tanpa bakar ini adalah awal yang baik bagi kelestarian lahan gambut dan alam disekitar kita.
#kita pasti bisa #tanpa ancaman dan tudungan senjata untuk suatu perubahan
22 Agustus · 
Lahan gambut yang dengan tangan ku sendiri mencakulnya selebar 60 meter dan panjang 70 meter lalu ku tanam padi dan sayur dibulan april 5 bulan lalu sepertinya sangat subur kalau dilihat dari photo yang baru saja keluargaku kirim hari ini untuk ku, tidak sia sia keringatku sebesar biji jagung berkucuran membasahi badanku untuk melakukan uji coba pengolahan lahan gambut tanpa bakar ini.
Semoga ini dapat memberi semangat bagi kaum taniku untuk terus berjuang demi masa depan yang lebih untuk kehidupan dan lingkungan.

Kelompok tani yang ku bina sejak tahun 1999 mendapat bantuan traktor tangan roda-2 model Quick G 1000 dari APBN 2016 (Provinsi) Ditjen Prasarana dan Prasarana Pertanian Kementerian Pertaniaan.
heemm... akhirnya mimpi untuk memilikinya sudah tercapai dan ini pertanda baik bagi kaum tani dalam menggapai cita - cita mengelola lahan pertanian tanah gambut ramah lingkungan dapat keringananan dalam mengolah tanah agar tidak mengunakan api lagi, kini dibutuhkan tekad dan semangat untuk dapat melaksanakan pratek dilapangan dari hasil teori yang ku dapat selama 3 tahun di Sekolah Menengah Teknologi Pertanian (SMT-Pertanian) Kuala Kapuas bidang studi tanaman pangan dan Holtikultura tempo dulu.

Garagai dan Nampoi
Terdapat 2 varietas padi yang ku tanam sebagai uji coba penanaman di musim tanam April-September (Asep) dilahan pertanian tanah gambut melalui sistem pengolahan lahan tanpa bakar ini, ada varietas padi unggul sawah jenis padi ketan hitam berasal dari jogja dan ada varietas padi gunung jenis unggul lokal Garagai serta Nampoi (Campuran).
heemm.... hasil pekerjaan yang kulakukan dapat kuamati sebagai bahan penelitian ku sendiri selama ini dengan hasil dapat tumbuh sama-sama subur ditanah gambut dan keistimewaan dari jenis unggul lokal padi gunung garagai dan nampoi ini dapat dibudidayakan degan cara tanam layaknya padi sawah.
Jika dikatakan uji coba ini sudah berhasil kami lakukan sebab target capaian kami untuk kali ini hanya ingin membuktikan bahwa tanah gambut dapat dikelola dgn sistem pengolahan lahan tanpa bakar dan padi sawah serta padi gunung pun dapat tumbuh dengan baik, karena hanya sedikit lahan yang digarap sehingga serangan hama tak luput dari ancaman menurunnya hasil produksi.
andai saja musim tanam serentak, kemungkinan serangan hama pun terbagi dan tidak seperti sekarang bahwa hama seperti burung pun datang berkelompok untuk memakan buah padi yang sedang mulai berisi.

Perempuan Tangguh
Sebelum berangkat kepondok lahan pertanianku, tadi sore menyempatkan diri terlibat dalam obrolan kaum perempuan tangguh ini dirumahku.
Heemm.... Ternyata mereka punya rencana buka usaha bercocok tanam sayur secara kolektif, tapi mereka bingung lahannya dimana.
Karena mendengar perencanaan yang bagus dan sangat luar biasa itu, lalu ku tawarkan lahanku seluas 50 x 50 meter yang sudah ku bersihkan dan siap membantu mengolah lahan dgn menggunakan traktor tangan yang ada itu.
Mereka hanya ku minta menyiapkan bibit saja dan menanam serta merawatnya dengan baik, lalu mengatakan mari bersaing dengan ku untuk bercocok tanam sayur (Perkataanku bermaksud untuk memberikan semangat buat mereka dan menciptakan kebersamaan mereka kaum perempuan lebih erat lagi dikampung halaman).o

Aku membajak lahan buat ibu-ibu ini untuk bercocok tanam sayur secara kolektif dan mereka pun sibuk mengcangkul membuat bedengan serta menanam sesuai ajuran istriku yang secara kebetulan ikut bekerja bersama ibu-ibu ini memanfaatkan ilmu pengetahuannya yang didapat dari SMT-Pertanian kala itu.
sedikit sih .... bedengan dan tanaman hasil pekerjaan mereka hari ini, tapi bagiku cukup membanggakan.

Ketrampilan menjahit yang didapat istriku 8 tahun silam dari pelatihan yang diselenggara SP3 saat Hendra Gunawan yang bertugas di Desa Mantangai Hulu, untuk mendapat bantuan berupa 1 unit mesin Obras dan 2 Unit mesin jahit serta seperangkat alat pendukung pengrajin rotan itu kami berdua bersusah payah serta tak menyerah oleh hujan kedinginan dan saat panas kami kepanasan dijalan untuk berurusan ke kota palangka raya dengan jarak 236 kilo meter dari kampung halaman.
Menyusuri jalan setapak yang rusak becek dikala hujan dan pernah terjungkal mengendarai motor dengan muatan rotan yang penuh diboncengi dibelakang, taburan debu berterbangan kami hirup saat jalan kering dan kala itu terasa mengganggu pernapasan juga jarak pandang baik malam hari maupun disaat siang hari.
Entahlah ..... Kemana alat-alat yang diserahkan kePemdes kala itu, tidak tahu dimana rimbanya alat-alat itu dan tak pernah mendengar kaum perempuan yang dilatih mengunakan alat itu.
Dengan mesin jahit jadulnya ini, istriku sudah banyak membantu anak-anak mulai dari sekolah TK dan SD hingga SMP untuk menjahit pakaian sekolah dikala musim tahun ajaran baru serta menjahit pakaian lain dengan biaya murah dan awet tahan lama.
#Perempuan memang harus diberdayakan bukan untuk diperdayakan#

Sebuah kebanggaan besar memiliki kaum tani perempuan yang juga mau berpikir keras dan bekerja keras bersama kaum petani laki-laki melakukan suatu perubahan demi masa depan yang lebih baik, nampak ditengah lahan ladang sana kaum petani laki-laki sedang mengumpul kayu yang berserakan (Manyimpuk) dan mencangkul sebagian gundukan tanah yang tinggi untuk menutup lobang bekas dimakan api saat masih menggunakan sistem tebas bakar.
Deru mesin traktor pun masih terdengar oleh kaum tani ku membajak lahannya yang sudah bersih dari kayu kayu beserakan itu, terkadang naik turun suaranya jika mata bajak menyangkut tunggak pohon yang masih tersisa dilahan ladang itu.
#Tetap semangat saudara kaum taniku menyelamat Gambuh dan menjaga Gambut #perlahan kita pasti bisa !! ..

Penyuluh Pertanian
Sebelum aku melakukan pekerjaan pembajakan lahan saat berkumpul dalam pertemuan ada banyak kaum taniku khususnya bapak-bapak yang berkata "Kapan kita mengundang Penyuluh Pertanian datang untuk melatih dan memperkenakan cara pemakaian traktor tangan itu" dan waktu itu aku hanya bilang " Sepengetahuaanku PPL kita didesa selama ini tidak pernah datang kekampung kita memberikan penyuluhan, PPL yang biasa datang kedesa adalah PPL desa lain yang selalu meminta tanda tangan dengan ketua kelompok tani buat mengisi laporan pertanggungjawaban perjalanan dinas mereka serta menanda tangani form lain berkaitan dengan aktivitas kelompok dan saya kurang tahu persis kenapa PPL dari desa lainnya datang sementara PPL yang seharus bekerja didesa kita sekalipun tidak pernah melihat batang hidungnya" jawabku.
lalu sebagian dari kaum taniku berkata "percuma pemerintah menggajih PPL itu kalau tidak melaksanakan tugasnya" katanya.
kemudian kujawab "Jangan terlalu berharap dari orang lain, jika ada kesempatan nanti aku akan bagi pengalaman" kataku.
"memangnya kamu bisa" dapat pengalaman dari mana dan belajar dari siapa" ada yang menjawab begitu.
aku bilang lagi " Urusan pengalaman dari mana dan belajar dari mana itu jangan dipikirkan. sekarang perlu kita lakukan bagaimana traktor tangan itu dibawa menyeberangkan sungai kali kapuas supaya bisa disampai kelahan". kataku.
Besok kita bongkar satu persatu alat traktor itu menjadi beberapa bagian lalu dirakit dilahan, bila tidak begitu maka tidak ada alat transportasi air yang muat buat membawa keseberang" jawab mereka.
singkat cerita, alat traktor pun sudah terkumpul dilahan serta dirakit. lalu karena tidak ada yang mau memulai melakukan pembajakan lahan maka disela membersihkan lahan dari semak dan rumput liar serta mengumpulkan sisa kayu yang berserakan ku coba mengoperasikan traktor tangan itu.
berselang satu hari kemudian, ada kawan tani yang datang kepondokku untuk meminjam kunci busi pemotong rumput berserta kikir untuk mengasah mata pisaunya dan heran menyaksikan lahan dekat dibelakang pondok sudah ditraktor lalu ia berkata "siapa yang mentraktor itu lahanmu" ujarnya
jawabku singkat kala itu "Aku sendiri" terus lanjutnya "nanti sore aku mengajak kawan lain kesini untuk melihat kamu mengerjakannya".
"Boleh", jawabku. lalu ia pergi dan diriku pun pergi dari pondok melanjutkan pekerjaan menebas rumput liar dilahanku. ketika sudah sore nampak ku lihat sekitar 5 orang yang datang kepondokku. lalu aku pun pulang kepondok menemui mereka.
setelah mendekati mereka, lalu diantara mereka berkata "ayoo..... piar hindai ramu te (ayoo.. jalankan lagi alat itu) sambil menunjuk traktor tangan itu.
ku jawab "Kareh helu gawi hindai misi minyak ah te nah mang (nanti dulu karena belum mengisi minyak itu paman" kataku.
setelah mengisi bbm ditangki, maka mesin pun ku hidupkan dan melakukan pembajakan lahan disekitar pondok yang sudah ku bersihkan. beberapa kali berputar dengan jarak sekitar 70 meter dari tempat star semula dan terdengar teriakan serta tanda isyarat dari tangan yang diberikan agar berhenti dan mematikan mesin.
"Hampeya tege waktum tau majar ikei nah pa yetno (kapan ada waktumu melatih kami pa yetno/panggilan sehari-hari ku karena sudah berkeluarga dan punya nama anak tertua adalah yetno)" kata mereka.
"terserserah mau kumpul banyak orangnya atau siapa saja yang mau datang kesini setiap saat pasti ku bagi pengetahuanku" jawabku.
"Kalau begitu hari senin depan kami datang kesini lagi dengan seluruh anggota lain biar bisa belajar teori dan sekaligus paraktek" kata mereka
"Boleh, kapan saja kalian mau aku siap" ujarku.
beberapa hari ini memang banyak yang datang dan meminta untuk dilatih dan rupanya mereka berniat jika lahan mereka sudah bersih dari sisa kayu yang berserakan dilahan maka mereka pun ingin memiliki lahan seperti yang ku olah tanpa bakar itu.
semoga apa yang ku lakukan selama ini dan nanti serta seterusnya hingga akhir hayatku dapat memberi manfaat bagi kaum taniku ini, kelak bila mereka sudah memiliki keahlian dan pengetahuan yang memadai dalam mengelola lahan secara berkelanjutan mungkin kehidupan pun akan meningkat dengan hasil produksi yang membanggakan sebagai petani "Wanatani".
#Butuh kesabaran untuk mencapai mimpiku selama ini #Semoga tuhan selalu memberkati dan memberikan jalan terbaik bagi kami dalam beraktivitas sehari-hari demi hari ini dan masa depan generasi kami selanjutnya nanti#

Hangas
Dikala senja bergulir beralih malam, angin ribut berhembus kencang dari selatan disertai petir menyambar-nyambar diiringi hujan lebat dan gemuruh suara guntur dibagian timur.
Heemm.... ini pertanda musim "Hagas" ikan mulai dari yang kecil sampai yang besar dan masyarakat seperti tahun-tahun sebelumnya akan ramai menjadi nelayan musiman dengan berbondong-bondong menggunakan perahu kecil masuk ke Sungai Mantangai didaerah Hutan Pukung Pahewan Bakung hingga Danau Pulau Bagantung memasang perangkap ikan tradisional di TATAS seperti bowo, hantai, tampirai, pasuran, rengge hingga memancing dan menjala dan lain sebagainya untuk menangkap ikan dan aktivitas ini sudah menjadi tradisi sejak nenek moyang kami dikampung halaman dan kampung sekitarnya.
#Musim panen ikan hasil hutan non kayu #Aktivitas masyarakat menyelamat Gambuh dan menjaga Gambut#


Banjir
Kemarau yang tidak lama mungkin kurang mengeringkan tanah hutan gambut di blok E yang kondisi masih baik terletak di Kawasan Hutan Keramat Pukung Pahewan Danau Pulau Bagantung serta kawasan Gambut Eks PLG di blok A yang rusak berat hingga kini menganga lebar galian kanal-kanal raksasa memutus gubah gambut dalam diantara dua Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu Sungai Kali Kapuas dan Sungai Kali Barito, resapannya pohon dan tanah gambut pasti tidak mampu menahan dan menampung debit air hujan yang sudah nampak hampir terjadi setiap hari.
Bersiaplah .... Kampung - kampung rawan bencana banjir di sekitar Aliran Sungai Barito seperti Desa Sei Jaya, Mahajandau, Tambak Bajai, Talekung Punei dan lainnya menerima kiriman air dari Hulu Sungai Mantangai melalui jalur kanal- kanal eks Proyek Pengembangan Lahan Gambut 1 juta hektar jaman orde baru itu masih meninggalkan penderitaan dan sensara khususnya bagi masyarakat yang hidup disekitarnya bahkan bagi masyarakat umum dibelahan dunia bila musim asap akan terjadi lagi.


PLG 1 Juta Hektar
Dulu sebelum PLG 1 juta hektar yang merusak hutan gambut pada tahun 1996 dan kehadiran perusahaan perkebunan kelapa sawit yang menambah kanalisasi bertujuan untuk mengeringkan gambut bahwasannya masyarakat berladang ditanah gambut tipis tanpa sumur bor, tanpa sekat/tabat, tanpa embung, tanpa cangkul, tanpa traktor dan tanpa pupuk dan hanya ada sekat bakar dan supaya api tidak menjalar kemana-mana.
Kini masyarakat dituntut dengan berbagai tantangan tersebut diatas dan dibebankan dengan ketakutan terhadap "Dilarang membakar hutan dan lahan" tanpa diberi solusi. Namun kami di Gapoktan Serikat Tani Manggatang Tarung lebih fokus pada larangan membakar larangan membakar lahan karena petani tidak pernah membakar hutan dan merusaka tanah gambut dalam (Gubah gambut).
Tetapi gambar diatas merupakan upaya yang diterapkan oleh Gapoktan agar mendukung upaya pemerintah dalam melakukan REDD + yang sudah dilaksanakan dan Restorasi Gambut masa yang akan datang, selebihnya kami digapoktan berinisiatif untuk merubah pola pengolahan lahan tebas bakar menjadi pengolahan lahan tanpan bakar secara perlahan dengan harapan kegiatan ini masih tetap "Menyelemat Gambuh dan Menjaga Gambut" demi masa depan yang lebih baik tanpa menyenderai kepentingan sepihak.
Berpikir keras dan bekerja keras secara mandiri adalah solusi tepat yang dapat kami lakukan tanpa dukungan berarti dari berbagai pihak walau kami memiliki berbagai keterbatasan, semoga langkah kecil yqng kami lakukan dapat memberi dampak berarti bagi kehidupan hari ini dan dimasa yang akan datang !!!



Manugal
Proses pemerataan tanah dengan menggunakan tenaga manual dan alat berupa cangkul dilakukan untuk menutup lobang dan tanah yang bergelombang, heemm.... banyak anggota kaum taniku tidak dapat melakukan proses manugal/menanam padi gunung dilahan ladangnya karena luapan air kiriman dari hulu dan air hujan serta air pasang mengakibatkan lahan terendam sepanjang hari.
Hanya memberi saran kepada mereka agar mengikuti jejak kami yang sudah melakukan penyemaian benih buat bibit supaya lahan masih bisa ditanami walau menanam tidak dengan cara tradisional "manugal" seperti biasa dilakukan setiap tahunnya. Meskipun merubah cara menanam layaknya padi di lahan sawah seperti uji coba yang pernah dilakukan sebelumnya.
Pengalaman uji coba masa tanam april september yang lalu dapat diterapkan agar lahan yang sudah dibersihkan tidak sia-sia.
#Mitigasi dan Adaptasi #Akibat perubahan iklim#

Menikmati secangkir kopi dalam kesendirianku dipondok taniku ini setelah mendapat via telpon dari PPL bahwa besok harus turun kekampung dan mengambil bantuan berupa alat manual untuk menanam "Tundang" bantuan dari dinas pertanian di trans lamunti, heemm... jadi ingat kemaren sore ada 3 orang kaum taniku datang ke pondok taniku, mereka berkeluh kesah tentang lahan ladangnya yang tergenang sepanjang hari sehingga tidak dapat Manugal/Menanam padi.
Mereka menyempatkan diri berjalan diatas lahan seluas 6 hektar sebagai tempat uji coba pengolahan lahan tanpa bakar, pertanyaan demi pertanyaan mereka lontarkan berkaitan proses pengolahan lahan serta bertanya kenapa ada bibit yang sudah tumbuh.
Satu persatu pertanyaan mereka ku jawab hingga tentang bibit yang tumbuh itu merupakan tanaman yang dipersiapkan untuk antisipasi perubahan cuaca yang tidak menentu seperti sekarang perlu mitigasi dan adaptasi.
Ku jelaskan semuanya agar mereka sedikit mengetahui tentang perubahan iklim, memberi saran kepada mereka agar segera menyemai benih didataran tanah yang tidak terendam buat bibit untuk menanam lahan ladang mereka sudah dibersihkan tidak sia - sia walau sedikit mengalami keterlambatan dalam menanam tanpa menghilangkan kebiasaan atau tradisi manugal seperti yang sudah kami lakukan setiap tahunnya.
Menurut mereka bahwa larangan membakar lahan yang membuat terlambat membersihkan dan membakar lahan meski dikendali serta dibantu sarana dan prasarana seperti tabat, sumur bor, sekat bakar, beje bahkan alat pemadam berupa mesin pompa tapi masih takut ditangkap oleh polisi.
#kasihan nasib petani ladang#
----------------------------------------------------------------------------------------------------

Mantangai Hulu
31 Oktober  · 
Mantangai Hulu merupakan desa yang berada di wilayah kerapatan Adat Kedamangan Mantangai, Wilayah ini sebagian besar merupakan wilayah Gambut dab dalam mengelola wilayah, masyarakat setempat selama bertahun-tahun menggunakan Tata Kelola Adat secara kearifan lokal yang diwariskan oleh leluhur nenek moyang turun-temurun.
Pada umumnya konsep tata kelola merupakan pembagian peruntukan dan pemanfaatan kawasan seperti kawasan mana yang boleh dijamah, tempat apa yang boleh dijadikan ladang, hutan apa yang dinilai sakral dan tanah apa saja yang menjadi cadangan untuk kehidupan dimasa yang akan datang. Konsep tersebut terbagi menjadi dua, pertama adalah konsep pengaturan peruntukan kawasan hutan dan kedua adalah konsep pengaturan mengenai peruntukan pemanfaatan tanah bergambut atau tanah mineral bagi masyarakat dan pengaturan Peruntukan dan pemanfaatannya sebagai berikut :
Hutan Pukung Pahewan adalah kawasan tanah adat dayak ngaju yang dikelola secara turun temurun serta diwariskan kepada anak cucu sehingga kawasan tersebut dikembangkan atau dilestarikan menjadi hutan lindung yang dianggap tempat leluhur serta dikeramatkan sebagai tempat orang halus (nyaring dan jin), siapapun tidak boleh menjamah tempat ini, tanpa permisi dan seijin dengan penghuni kawasan hutan tersebut. Kawasan hutan adat dayak ngaju ini juga dijadikan sebagai tempat ritual adat secara khusus.
Hutan Sahepan merupakan kawasan tanah adat dayak ngaju dikelola dan dikembangkan menjadi hutan produksi tempat masyarakat setempat berburu. Di dalam kawasan hutan tersebut banyak binatang buruan yang boleh diburu ataupun dimanfaatkan dan sumber daya alam dari kawasan tersebut seperti kayu, gemor, getah pantung, rotan, obat-obatan tradisional dan lain-lain.
Kaleka adalah kawasan tanah adat yang bersejarah yang juga pernah dikelola secara kearifan lokal oleh nenek moyang pada jaman dulu dan dijadikan tempat mendokoh (tempat pemukiman kecil), tempat berladang, dan juga ada peninggalan berupa kuburan, sanding dan tanaman keras, karena terlalu lama ditinggal sehingga ditumbuhi semak belukar dan sewaktu-waktu kaleka dapat kembali dijadikan sebagai tempat berladang (Seperti dalam vidio merupakan wilayah kelola masyarakat dalam kawasan pengelolaan ANDEL/sungai buatan secara manual dan kini di rehab dengan menggunakan alat eksavator bantuan dari balai pengairan danau dan rawa region kalimantan berkantor di Kabupaten Kapuas).
Tajahan merupakan kawasan tanah adat mencakup beberapa nama yang jauh dari DAS (sungai besar), Akan tetapi dibagian ujung anak sungai kecil wilayah tersebut banyak beje (sejenis kolam), baruh/loto (kolam alami) dan sekelilingnya ditumbuhi kayu yang besar dan tempat ikan berkembang biak. Masyarakat setempat dapat memanfaatkan kawasan tersebut pada musim kemarau dengan menggunakan alat tradisional berupa tangguk, siap (penjaring) dan lain-lain untuk menangkap ikan.
Bahu adalah kawasan tanah adat dayak ngaju yang setiap tahunnya dikelola atau digarap serta digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sebagai sandang pangan (seperti lahan ladang yang kami kelola hingga saat ini).


[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Buku_harian

1 komentar:

  1. Play at the most exciting UK casino site!
    Play at the most exciting UK casino site! Play at the most exciting UK casino site! Play at the luckyclub most exciting UK casino site! Play at the most exciting UK casino site! Play at the most exciting

    BalasHapus