Selasa, 27 September 2016

Mahasiswa dan Gila Kekuasaan

Gambar dua orang lengkap dengan almamaternya terpasang acak disetiap sudut dinding informasi kampus, disela tempelan undangan usam untuk beribadah. Dua orang gambar ini tentunya tidak sendirian namun juga ditemani oleh pasangan lainnya sebagai calon untuk menduduki kursi 1 di kampus terkemuka di kota yang tidak pernah terdengar namanya. Diantara orang-orang yang ada di gambar itu adalah temanku, teman satu diskusi dan teman satu organisasi. Organisasi yang membesarkan kami berdua. Dalam organisasi kami belum ada kata musyawarah dan melakukan penilaian apakah organisasi ini akan memandatkan kader terbaiknya untuk maju menjadi salah satu calon. Lalu kawan ini maju atas nama siapa?. 
 
Hari keberikutnya selaku seorang kawan, saya menemuinya dan menanyakan apa yang ingin kuketahui. Kawan ini yang lagi sibuk dengan beberapa mahasiswa baru sepertinnya tengah membicarakan konsulidasi dan mulai memetakan kantong-kantong suara. Selepas itu barulah kami bicara, kawan apa yang menjadi pijakan dasarmu maju dalam pemilihan kali ini dan apakah sudah dibicarakan dengan kawan-kawan kita satu organisasi. Dengan agak ragu dia mengatakan begini kawan, bahwa dengan merebut kekuasaan kita bisa berbuat lebih banyak. Kita bisa mengunakan kekuasaan ini merekrut mahasiswa baru untuk masuk kedalam organisasi kita, bukankah hal ini sesuatu kebaikan. Mengenai saya maju keproses pemilihan ini memang saya belum membicarakanya secara internal di organisasi yang membesarkan kita, nanti saya pasti akan menyampaikan hal itu, imbuhnya.
 
Dengan senyuman terbaik saya memulai pembicaraan, kawan engkau harus berhati-hati karena menurut pemikiran sendiri belum tentu baik bagi pemikiran yang lain. Soal engkau maju ini bukan hanya sekedar berbicara mengenai opertunisme semata dan mengunakan kekuasaan semata. Merebut kekuasaan secara politik itu merupakan sebuah jalan, namun yang menjadi persoalan adalah apakah kekuasaan ini engkau gunakan untuk merubah keadaan kearah yang lebih baik atau engkau malah melangengkan situasi yang ada sekarang. Situasi ini hanya dapat disimpulkan berdasarkan penilaian, penilaian berdasarkan hasil investigasi dan akhirnya mengkrucut menjadi satu istilah tidak ada hak bicara tanpa investigasi. Kawan jika hanya untuk merekrut mahasiswa baru saja kurasa kita tidak perlu harus menjadi ini dan itu di kampus karena organisasi kita sudah cukup lebih memberikan pedoman bagaimana melakukan rekrutmen. Sudah menjadi tugas kita masing-masing apalagi level kesedaraanya hasil pendidikan organisasi hari ini sudah lebih dari mahasiswa yang lain. Kawan engkau perlu ingat bahwa saat kita pertama kali direkrut oleh kawan kita yang lain, kawan ini bukan pejabat mahasiswa di kampus, ia mahasiswa biasa saja. Disamping ia aktif mengikuti dunia perkuliahan namun ia juga aktif membagun diskusi-diskusi kritis dan pada akhirnya kita berdua memilih organisasi ini. Organisasi kita yang mengajarkan banyak hal dari yang saya sangat ingat betul bahwa kita sama-sama gagu untuk menyampaikan sesuatu hingga kini engkau menjadi seorang singa dalam podium orasi. Dan ingat sekali lagi kawan, bahwa yang merekrut kita bukan pejabat mahasiswa kampus dan mengunakan kekuasaanya. 
 
Kawan inipun lalu menghidupkan lagi kepuluan asap revolusinya, dengan menatap mata saya dengan tajam kawan inipun menyampaikan bahwa, ini adalah pilihan kawan. Saya maju ini adalah pilihan saya dan juga atas dorongan beberapa kawan walaupun bukan dari organisasi kita. Seperti dalam kehidupan ini bahwa kita harus memilih dan menurutku aku memilih jalan ini adalah sesuatu yang tepat. Jika aku jadi seorang pemimpin di kampus maka aku akan mempunyai peluang yang lebar untuk menunjang karier politik kedepan. Aku mempunyai koneksi yang banyak setelah aku keluar dari kampus ini aku sudah mempunyai koneksi dan pengalaman. Ini syarat baik untuk melewati kehidupan yang keras ini. Aku berasal dari Desa kawan, aku mampu membuktikan bahwa aku mampu eksis di kota yang tidak pernah terdergar namanya ini. Aku tidak akan pernah lupa dengan organisasi yang membesarkanku dan aku akan berbuat dengan caraku sendiri dan pikiranku sendiri.
 
Atas dasar tidak mau kalah, akhirnya saya pun mengepulkan lagi asap pembakaran tembakau ini. Kawan betul memang itu adalah pilihan apalagi berbicara mengenai kehidupan ini. Namun yang perlu dirimu ingat bahwa dalam organisasi kita ada aturan organisasi, aturan organisasi kita melarang tentang pemikiran yang tidak didasarkan atas keputusan bersama. Kawan kita harus ingat bahwa keputusan yang tertinggi adalah keputusan bersama. Jika kita mempertahankan pemikiran sendiri-sendiri maka hancurlah organisasi ini. Kita mempunyai AD dan ART jika mempeturutkan pikiran sendiri maka hancurlah kitab suci ini. Bagaimana dirimu akan membangun organisasi dan dirimu menjadi pimpinan didalamnya jika organisasi yang membesarkanmu saja engkau tidak patuhi. Persoalan mahasiswa di kampus ternama di kota tidak ternama ini sangat banyak dan faktanya para kawan-kawan yang duduk sebagai pejabat mahasiswa kampus tidak bisa berbuat apa-apa. Bagaimana engkau akan mengubah keadaan ini jika engkau masuk dalam sistem itu. Mengubah keadaan dari dalam dimana sistem itu buruk maka yang terjadi berdasarkan sejarah hanya dua hal ikut dalam sistem itu atau keluar dari sistem itu. 
 
Ternyata kawan ini tidak mau menerima dengan apa yang telah ku sampaikan dengan alasan lain bahwa ini sudah kepalang basah dan ia menyatakan tidak mungkin untuk mengundurkan diri dari bursa pencalonan ini. Tidak mungkin ia mengecewakan pendukungnya walaupun organisasinya belum memberikan keputusan.
Terlalu dini saya menyebutnya bahwa kawan ini gila kekuasaan, namun satu kata yang ada dalam benak bahwa kawan ini sepertinya sudah mulai terjangkit penyakit itu. Akhirnya kawan ini terpilih menjadi pimpipinan di Kampus ternama di kota yang tidak terdengar namanya. Paska itu kawan ini sudah jarang mengikuti diskusi diorganisasi kami dengan alasan sibuk ingin melaksanakan lomba olahraga bola mahasiswa antar galaxi. Dia hanya meminta maaf karena tidak bisa bergabung. Mengenai ungkapan mengenai rekrutmen iapun membuat satu kata yang sering digunakan oleh pejabat bahwa ia adalah pimpinan dan yang ia pimpin adalah plural tidak saja organisasi kami namun banyak organisasi sehingga iapun harus netral.
 
Kawan, ini memang pilihan, namun pilihan untuk siapa, dirimu atau organisasi yang membesarkanmu. Kawan, ini memang pilihan, namun pilihan untuk siapa, untuk dirimu atau untuk para birokrat kampus yang mendukungmu atau mahasiswa yang selalu kau atas namakan namanya.
 
Kawanmu.....
 
6 April 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar