Kamis, 05 Juli 2012

Megengan Marhaban ya Ramadhan Ala Suku Jawa


                                                            "Megengan"
Marhaban ya Ramadhan Ala Suku Jawa

Beberapa hari lagi puasa bagi umat islam seluruh dunia akan dimulai, dimana menurut beberapa sumber kalangan Muhammdiyah menyatakan bahwa satu ramadhan dimulai pada tanggal 20 Juli 2012. Ada beberapa hal menarik yang saya akan ceritakan disini sebagai seorang anak transmigrasi dari pulau Jawa ketanah Kalimantan, yaitu tentang  megengan.

Menurut informasi yang dihimpun oleh penulis bersumber dari keluarga bahwa masyarakat Desa Wargo Mulyo yang dulu dikenal dengan nama Tamban Lupak sebagian  warganya adalah transmigrasi dari pulau Jawa. Rata-rata daerah transmigrasi yang ada di Wargo Mulyo berasal dari Jawa Timur daerah Mojekerto dan Tulung Agung dan sebagian kecil dari Tuban. Tahun 1977 transmigrasi dimulai dan warga Desa Wargo Mulyo adalah warga pecahan kepala keluarga dari A-7 dan Desa Wargo Mulyo disebut A-4.

Tradisi megengan adalah tradisi dari pulau Jawa dan sudah dilakukan secara turun temurun, dimana megengan dapat diartikan sebagai kata meng-ageng, yang berarti mengagungkan bulan suci Ramadhan. Prosisi megengan biasaya dilakukan dengan membuat suatu berkat/ kumpulan dari berbagai pangan terdiri dari nasi putih, ikan, kue pasar/jajan pasar, kulupan, serundeng/ampas kelapa yang di goreng, pisang dan ada sebagian yang menaruh uang koin dibuat dalam satu wadah disebut dengan takir. Takir terbuat dari daun pisang yang telah dikering dan dibuat menyerupai mangkok besar untuk  tempat bahan makanan tadi.

Setelah takir dengan isinya telah siap maka biasanya para saibul hajat atau orang yang mempunyai hajat mengundang para tetangga dan biasanya dilakukan per/RT. Setelah para undangan datang maka tamu undangan akan disuguhi dengan minuman teh manis dan sejumlah rokok untuk perihal mengobrol sambil menunggu para undangan yang lain. Setelah semua para undangan telah lengkap dan disana ada pula seorang tokoh yang bisa dijadikan pemimpin dalam memimpin doa juga telah datang maka tuan rumah akan menyampaikan perihal undangan tersebut yaitu menyambut datangnya ramadhan dan sekaligus mengirim doa kepada para pendahulu/para leluhur. 

Didalam acara megengan juga terdapat beberapa suguhan yang lain sebagai prasyarat yang tidak boleh ditinggalkan adalah bubur merah dan bubur putih, kolak pisang dan kembang tujuh rupa yang nantinya akan didoa’i dan setelah di doa’i akan di taburkan kekuburan para sanak keluarga yang telah mendahului tuan rumah sebagai bentuk ziarah kubur.

Kebiasaanya acara ritual keagamaan dimulai dengan membaca surat yasin dan tahlil lalu diakhri dengan doa selamat. Takir yang ada belum bisa dimakan langsung karena kebiasaanya megengan dilakukan secara serentak dan sambung menyambung, jadi bisa dipastikan jika megengan telah berjalan maka takir-takir tersebut semakin banyak.

Memang secara islam sendiri tradisi ini tidak ada namun para pendahulu khususnya ajaran sunan Kali Jaga yang tidak menghilangkan nafas budha dan hindu dikalangan islam jawa, maka tradisi ini masih ada sampai sekarang. Dari segi sosial megengan dapat dimaknai bahwa hidup harus selalu bersama-sama, rukun dengan keluarga jauh ataupun keluarga dekat yang sering disebut dengan tetangga. Bukan seperti kehidupan kota yang selalu cuek dan acuh tak acuh terhadap tetangganya sendiri. Bangsa ini mempunyai sejarah panjang mengenai gotong-royong dan kebersamaan maka dengan adanya tradisi megengan ini diharapkan sikap itu tumbuh kembali dan selalu tumbuh sampai generasi nanti.

Pria Sejati tidak sungkan untuk berbagi, Sahabatmu Aryo Sang Penggoda !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar