"Megengan"
Marhaban ya
Ramadhan Ala Suku Jawa
Beberapa
hari lagi puasa bagi umat islam seluruh dunia akan dimulai, dimana menurut
beberapa sumber kalangan Muhammdiyah menyatakan bahwa satu ramadhan dimulai
pada tanggal 20 Juli 2012. Ada beberapa hal menarik yang saya akan ceritakan
disini sebagai seorang anak transmigrasi dari pulau Jawa ketanah Kalimantan,
yaitu tentang megengan.
Menurut
informasi yang dihimpun oleh penulis bersumber dari keluarga bahwa masyarakat
Desa Wargo Mulyo yang dulu dikenal dengan nama Tamban Lupak sebagian warganya adalah transmigrasi dari pulau Jawa.
Rata-rata daerah transmigrasi yang ada di Wargo Mulyo berasal dari Jawa Timur
daerah Mojekerto dan Tulung Agung dan sebagian kecil dari Tuban. Tahun 1977
transmigrasi dimulai dan warga Desa Wargo Mulyo adalah warga pecahan kepala
keluarga dari A-7 dan Desa Wargo Mulyo disebut A-4.
Tradisi megengan adalah tradisi dari pulau Jawa
dan sudah dilakukan secara turun temurun, dimana megengan dapat diartikan sebagai kata
meng-ageng, yang
berarti mengagungkan bulan suci Ramadhan. Prosisi megengan biasaya dilakukan dengan membuat suatu berkat/ kumpulan dari berbagai pangan
terdiri dari nasi putih, ikan, kue pasar/jajan pasar, kulupan, serundeng/ampas
kelapa yang di goreng, pisang dan ada sebagian yang menaruh uang koin dibuat
dalam satu wadah disebut dengan takir.
Takir terbuat dari daun pisang yang
telah dikering dan dibuat menyerupai mangkok besar untuk tempat bahan makanan tadi.
Setelah takir dengan isinya telah siap maka
biasanya para saibul hajat atau orang yang mempunyai hajat mengundang para
tetangga dan biasanya dilakukan per/RT. Setelah para undangan datang maka tamu
undangan akan disuguhi dengan minuman teh manis dan sejumlah rokok untuk
perihal mengobrol sambil menunggu para undangan yang lain. Setelah semua para
undangan telah lengkap dan disana ada pula seorang tokoh yang bisa dijadikan
pemimpin dalam memimpin doa juga telah datang maka tuan rumah akan menyampaikan
perihal undangan tersebut yaitu menyambut datangnya ramadhan dan sekaligus
mengirim doa kepada para pendahulu/para leluhur.
Didalam
acara megengan juga terdapat beberapa
suguhan yang lain sebagai prasyarat yang tidak boleh ditinggalkan adalah bubur
merah dan bubur putih, kolak pisang dan kembang tujuh rupa yang nantinya akan
didoa’i dan setelah di doa’i akan di taburkan kekuburan para sanak keluarga
yang telah mendahului tuan rumah sebagai bentuk ziarah kubur.
Kebiasaanya
acara ritual keagamaan dimulai dengan membaca surat yasin dan tahlil lalu
diakhri dengan doa selamat. Takir yang
ada belum bisa dimakan langsung karena kebiasaanya megengan dilakukan secara serentak dan sambung menyambung, jadi
bisa dipastikan jika megengan telah
berjalan maka takir-takir tersebut
semakin banyak.
Memang
secara islam sendiri tradisi ini tidak ada namun para pendahulu khususnya
ajaran sunan Kali Jaga yang tidak menghilangkan nafas budha dan hindu
dikalangan islam jawa, maka tradisi ini masih ada sampai sekarang. Dari segi sosial
megengan dapat dimaknai bahwa hidup
harus selalu bersama-sama, rukun dengan keluarga jauh ataupun keluarga dekat
yang sering disebut dengan tetangga. Bukan seperti kehidupan kota yang selalu
cuek dan acuh tak acuh terhadap tetangganya sendiri. Bangsa ini mempunyai
sejarah panjang mengenai gotong-royong dan kebersamaan maka dengan adanya
tradisi megengan ini diharapkan sikap
itu tumbuh kembali dan selalu tumbuh sampai generasi nanti.
Pria Sejati
tidak sungkan untuk berbagi, Sahabatmu Aryo Sang Penggoda !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar