Teringatku pada sebuah lirik lagu dari group funk band marjinal mengenai rumah sakit, dalam lirik itu bagaimana marjinal berteriak mengenai rumah sakit dimasa negeri yang korup dimana kemanusian tidak menjadi standar keselamatan. Menurut marjinal rumah sakit hari ini oreintasinya adalah uang belaka, tidak ada uang maka tidak ada pengobatan. Bahkan ada sebuah lelucon dan mungkin kini menjadi sebuah undang-undang yang harus dipatuhi bahwa orang miskin dilarang sakit. Mengapa ini semua terjadi siapa yang akan menjawabnya apakah Bapak Presiden Rebublik ini dapat menjawab pertanyaan penulis atau fakta sebenarnya tidak seperti apa yang digambarkan pada tulisan awal. Marilah kita sama-sama terus mengikuti huruf demi huruf ini berlanjut semoga saja ada sebuah kalimat yang bisa menjadi imformasi atau sebuah jawaban dari apa yang telah ditanyakan.
Sebelum masuk pada tahap mengapa dan apa, penulis
ingin menceritakan sesuatu tentang rumah sakit. Pada akhir tahun lalu ayah
penulis masuk dirumah sakit disalah satu kabupaten yang ada dikalimantan
tengah. Penyakit yang tidak diundang kedatanganya ini menyebabkan ayah penulis
harus terkulai lemah dan harus rawat inap dirumah sakit tersebut. Setelah
mendapat imformasi bahwa ayah penulis masuk rumah sakit penulispun akhirnya
meninggalkan kota palangkaraya untuk datang kerumah sakit dimana ayah penulis
dirawat. Sebelum masuk rumah sakit ayah penulis mendapat surat pengantar dari
kepala desa setempat yang menyatakan bahwa ayah penulis bisa masuk dalam
katagori program askes/askin (penulis lupa nama program) yang pada intinya
program kesehatan bagi keluarga yang tidak mampu secara ekonomi dan pembiayayan
ditangung oleh negara. Menyaksikan dimana tempat ayah penulis untuk memperoleh
kesehatan sungguh miris sekali untuk mendeskripkanya namun itulah yang terjadi,
satu ruangan dipenuhi dengan lima tempat tidur pasien. Ukuran ruagan sangat
sumpek dan hanya ada kipas angin ukuran kecil tergantung didinding. Ruangan sumpek
adalah sebuah masalah dimana seharusnya pasien yang sakit bisa menghirup udara
segar dan segala macamnya untuk membuat pasien merasa nyaman. Tidak itu saja,
jika ruangan sumpek menjadi suatu masalah maka permasalahan selanjutnya adalah
tidak tertibnya para pengunjung untuk menjenguk, entah mereka sadar atau tidak
para pengunjung seenaknya saja berbincang-bincang ngalor-ngidul dengan intonasi
nada mengubah suasana menjadi riuh dan riuh adalah pertentangan dari kata
ketenangan. Kalau tadi sudah ada dua masalah yang penulis ceritakan maka
masalah ketiga juga terjadi dimana obat untuk ayah penulis selalu
berganti-ganti ataukah ini memang sudah menjadi sebuah tradisi atau standar
penyelamatan bahwa obat harus berubah-ubah. Tidak cukup sampai disitu dengan
adanya obat yang berubah-ubah maka harus ditebus/dibeli namun kejanggalan itu
terjadi setiap obat yang ingin ditebus, apotik
rumah sakit tidak menyediakan (habis,stok kosong dll) yang jelas obat itu
ditebus bukan dari apotik rumah sakit namun dari apotik diluar rumah sakit,
lalu ada apakah ini ?. Dengan alasan bahwa ruangan sumpek, suasana yang riuh ditambah
obat selalu berganti dan memperolehnya dari apotik luar, inilah yang
menyebabkan ayah penulis harus keluar dari rumah sakit sebelum pada waktunya.
Suasana ini berbeda sekali dengan keadaan
didepan ruangan ayah penulis dimana ruangan itu satu ruangan untuk satu orang
pasien dan obat-obatanpun para suster yang menyediakanya, karena uang itu
kesimpulan penulis perlakukan terhadap para paseinpun berbeda.
Mengapa dan apa, mengapa ini bisa terjadi,
negara sebesar ini memberi pengobatan gratis kepada rakyatnya tidak mampu. Hal
yang menjadi suatu parodaksal dimana kekayaan alam indonesia sangat melimpah
ruah namun untuk membuat rumah sakit yang layak huni saja tidak bisa. Apa penyebabnya
marilah kita tengok berapa banyak uang
yang harus dikeluarkan oleh mahasiswa kedokteran/mahasiswa yang mengambil
jurusan dibidang kesehatan, setahu penulis ada perbedaan pembiayayan kuliah
dibandingkan mahasiswa yang lain. Catatan penulis disini lagi-lagi mengarah
pada uang dan uang bahkan konon katanya untuk mengambil gelar dokter spesialis
harus mempunyai uang segepok bila anda sepakat (anggukan kepala anda). Lalu apa
hubungannya dengan rumah sakit dan para mahasiswa yang mengambil bidang
kesehatan, jawabanya hubunganya baik-baik saja. Namun yang menjadi tidak baik
bahwa profesi dokter akhirnya dijadikan sebuah profesi untuk mengeruk uang
kepada orang-orang sedang mengalami musibah. Tidak perlu penulis tunjukan
contohnya dokter mana yang mata duitan istilah sederhananya, cukup (anggukan
kepala) jika anda setuju dengan pernyataan penulis. Apa yang kedua inilah
bentuk nyata daripada Kapitalisme tidak
hanya pada urusan biaya pendidikan tinggi namun semua biaya akan tinggi
termasuk biaya untuk mendapatkan kesehatan karena parameter kapitalis adalah
bagaimana menghisap orang lain dan menguntungkan dirinya sendiri dengan cara
apapun. Kapitalisme adalah sebuah sistem yang dibuat oleh negara-negara
imprealis untuk menghisap segela sesuatu yang dipunyai negara jajahan. Kesehatan
juga menjadi bahan hisapan dimana ada perputaran uang disana dan jika ingin
melihat peran impralisme pada dunia kesehatan, penulis sarankan untuk membaca
buku karya mantan menteri kesehatan Ibu Siti Fadilah Supari dengan judul cari
sendiri di toko buku kesayangan anda jika tidak ada hubungi mbah google segera.
Sebagai penutup saya ingin mengajak pembaca
untuk merenungi sebuah kata tentang lebih
baik mencengah daripada mengobati dan kesehatan
itu mahal, benarkah kata-kata tersebut atau sengaja dibenarkan karena
ketidak pecusan negara ini mengatur
negara ini dan benarkah rumah sakit bukan rumah untuk sembuh.
Bagi penulis kesehatan itu adalah hak asasi
manusia yang harus dijaga baik oleh diri sendiri dan negara ini. Semoga tulisan
ini menjadi berarti dan bermamfaat bagi mereka yang ingin merubah keadaan ini
menjadi lebih baik dan kalau anda setuju dengan tulisan ini kembali penulis
mengajak supaya anda menganggukan kepala sekali lagi.
Salam Berbagi, Terus Berkarya
@Sang Penggoda !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar