CARA
BERPIKIR DAN CARA BEKERJA YANG BENAR
(Tulisan dari Blog Seorang Kawan)
Mengapa
penting bagi kita untuk memiliki dan mempraktekkan cara berpikir dan cara
bekerja yang benar ? Cara berpikir yang benar akan menjadikan kita mampu untuk
mengerti dan memahami kebenaran dari kenyataan. Demikian pula cara berpikir
yang benar akan membuat kita mampu memiliki panduan bekerja yang tepat sehingga
pada akhirnya dapat bekerja dengan benar. Karena cara berpikir kita yang salah
selama ini, seringkali kita tidak dapat memahami secara sebenar-benarnya
kenyataan dari persoalan yang dihadapi. Misalnya, cara berpikir yang banyak
menghinggapi kalangan kaum tani bahwa penderitaan dan kemiskinan mereka selama
ini sudah merupakan nasib atau takdir yang tidak dapat dirubah. Cara berpikir
ini telah membuat kaum tani tidak dapat melihat dengan sebenar-benarnya bahwa
ada sebab-sebab konkret yang mengakibatkan penderitaan dan kemiskinan mereka
yaitu penindasan imperialisme dan feodalisme. Sehingga pada prakteknya sebagian
besar kaum tani belum terdorong untuk bergerak dan mengorganisasikan diri guna
menghancurkan sebab-sebab penderitaan dan kemiskinan mereka.
Cara
berpikir yang benar juga akan menjadikan kita mampu untuk membongkar realitas
atau kenyataan yang sesungguhnya. Di kalangan klas buruh banyak terdapat
pemikiran bahwa pengusaha atau pemilik pabrik lah yang memiliki peranan lebih
penting dan menentukan karena merekalah yang memiliki modal dan mesin-mesin
produksi. Sehingga dengan demikian menjadi wajar kalau pengusaha mendapat
bagian keuntungan yang jauh lebih besar daripada apa yang didapat oleh buruh
dalam bentuk gaji atau upah. Oleh karenanya, buruh juga tidak boleh untuk
menuntut macam-macam seperti kenaikan upah buruh atau kebebasan berorganisasi.
Cara berpikir seperti ini telah membuat sebagian besar buruh tidak memiliki
kesadaran bahwa tenaga kerja merekalah yang sebenarnya memiliki peranan
menentukan bagi gerak roda produksi di pabrik. Tanpa tenaga kerja buruh, maka
pabrik akan berhenti berproduksi. Dan sebenarnya, pemilikan alat produksi
secara perseorangan oleh pengusaha lah yang menjadi sumber penindasan terhadap
buruh.
Apa
tujuan utama kita berpikir dengan benar ? Apakah
cukup untuk dapat memahami dan mengerti tentang kenyataan sosial yang ada di
sekeliling kita, sehingga kita dapat menerangkan apa yang terjadi ? Tentu saja
hal tersebut tidaklah cukup. Berpikir benar memang akan membuat kita mengetahui
dan mengerti keadaan atau kenyataan sosial. Tetapi lebih penting dari itu
adalah agar kita memiliki panduan bergerak, panduan bekerja untuk merubah
keadaan sosial tersebut ke arah yang lebih baik dan maju. Kita tidak hanya
cukup mengerti tentang adanya penindasan kaum tani oleh praktek tengkulakisme
di desa. Pada saat yang bersamaan kita juga harus mendidik kaum tani tentang
penindasan yang mereka alami dari para tengkulak, dan kemudian mendorong
terbentuknya koperasi-koperasi kaum tani baik koperasi produksi, konsumsi
maupun simpan pinjam. Sehingga dengan demikian kaum tani secara bertahap dapat
dilepaskan dari penindasan tengkulak.
Lalu
apakah yang menentukan kesadaran sosial seseorang? Kesadaran sosial seseorang
ditentukan oleh keadaan sosialnya. Seorang pengusaha atau kapitalis akan selalu
berpikir bagaimana memperbesar keuntungannya karena keadaan sosialnya sebagai
pemilik modal dan alat produksi. Demikian juga seorang tuan tanah akan berpikir
bagaimana mempertahankan kepemilikan tanahnya yang luas dan mendapatkan
keuntungan dari situ, sekalipun harus dengan menindas kaum tani. Kaum tani pada
umumnya memiliki keadaan sosial yang berbeda dengan buruh. Keadaan sosial kaum
tani adalah bekerja secara perseorangan atau individual. Asalkan ada tanah yang
dapat digarap entah yang dimiliki sendiri atau melalui sistem sewa dan dengan
alat kerja sederhana seperti cangkul dan arit, seorang petani sudah dapat
bekerja dan berproduksi. Hal ini berakibat pada kesadaran sosial kaum tani
tentang pentingnya berorganisasi sangat rendah, karena mereka terdidik untuk
bekerja sendiri atau secara perseorangan. Sementara buruh harus bekerja secara
kolektif dan tidak dapat bekerja sendiri-sendiri. Dalam sebuah perusahaan yang
terdiri dari banyak bagian, seperti bagian produksi, bagian pengepakan dan
bagian distribusi atau pemasaran, jika ada sebuah bagian yang tidak berjalan
maka akan mengganggu aktivitas perusahaan.
Sehingga
mau tidak mau antar bagian dan antar buruh haruslah bekerja sama. Keadaan
sosial tersebutlah yang mendidik buruh untuk bekerja secara kolektif . Sehingga
tidak mengherankan kalau dalam banyak praktek, kesadaran berorganisasi buruh
lebih tinggi di banding kaum tani.
Dari
mana kemudian datangnya pikiran yang benar ? Pikiran yang benar tidak datang secara tiba-tiba
atau jatuh dari langit. Tidak mungkin seseorang duduk bertapa atau menyendiri
di sebuah tempat yang sepi dan tiba-tiba mendapat pikiran yang benar. Demikian
juga pikiran yang benar tidaklah tersimpan dari dahulu kala di dalam otak.
Hanya orang-orang yang menganut pikiran idealis lah yang berpikiran seperti
itu. Pikiran yang benar hanya berasal dari praktek sosial manusia yaitu praktek
produksi, praktek perjuangan klas dan percobaan ilmiah. Seorang petani
memperoleh pikiran yang benar tentang produksi pertanian yang maju, hanya
setelah dia melakukan praktek selama beberapa waktu tentang pengolahan tanah,
pembenihan, perawatan tanaman dan pemanenan. Dari praktek tersebutlah, ia dapat
semakin memperbaiki teknik pertaniannya sehingga mendapatkan hasil produksi
yang lebih baik dan besar. Demikian juga kita tidak akan mendapatkan pikiran
yang benar tentang bagaimana perjuangan kaum tani dilancarkan tanpa terlibat
langsung di dalamnya. Tanpa terlibat langsung dalam perjuangan kaum tani, maka
kita tidak akan dapat mengerti tentang persoalan kaum tani, siapa
musuh-musuhnya dan bagaimana menghancurkannya. Dari pengalaman dan praktek
tersebut lah , kita akan dapat mengerti tentang kelemahan-kelemahan yang ada
dan berupaya untuk terus-menerus menyempurnakannya dari waktu ke waktu.
Bagaimana
juga dengan pengetahuan?
Pengetahuan manusia juga berasal
dari praktek sosial. Prakteklah yang menciptakan atau melahirkan pengetahuan.
Dan praktek juga yang kemudian akan menguji apakah pengetahuan yang kita miliki
adalah benar dan ilmiah. Oleh karenanya, praktek menempati posisi atau
kedudukan yang primer. Sehingga pengetahuan teoritik yang kita miliki juga
harus ditujukan untuk melayani praktek. Pengetahuan ada dua tingkat. Tingkat
yang pertama adalah pengetahuan sensasional. Pengetahuan sensasional
adalah pengetahuan tentang sesuatu yang sifatnya baru di permukaan, bentuk atau
gejala. Tingkat yang kedua adalah pengetahuan rasional.
Pengetahuan rasional sudah bersifat dalam, mengenai isinya dan hakekatnya.
Misalnya ketika kita baru datang ke sebuah desa, kita melihat sebagian besar
penduduk desa adalah petani yang kondisi tempat tinggalnya sangat jelek dan
sebagian besar anak-anaknya tidak bersekolah. Pemahaman kita tersebut baru
merupakan pengetahuan yang sifatnya permukaan karena lebih didasarkan apa yang
dapat kita lihat, dengar dan rasakan. Setelah kita tinggal lebih lama di desa
tersebut dan melakukan penyelidikan sosial, maka kita dapat mengetahui lebih
mendalam bahwa kemiskinan kaum tani desa tersebut dikarenakan sebagian besar
dari mereka tidak memiliki tanah atau terlibat dalam sistem sewa dan bagi hasil
yang kurang adil serta terjerat utang oleh rentenir dan ditindas tengkulak.
Pengetahuan yang lebih mendalam tersebutlah yang dinamakan sebagai pengetahuan
rasional. Tapi untuk sampai pada pengetahuan yang rasional, seseorang harus
melewati dulu tahapan pengetahuan sensasional dan tidak bisa meloncat langsung
memperoleh pengetahuan rasional. Demikian juga kita tidak boleh hanya berhenti
pada pengetahuan sensasional, tetapi harus ditingkatkan menjadi pengetahuan
rasional. Tapi proses pengetahuan juga tidak berhenti hanya setelah sampai pada
tercapainya pengetahuan rasional. Karena kemudian masih harus diuji
kebenarannya di dalam praktek konkret. Setelah mengetahui bahwa kemiskinan kaum
tani di desa tersebut disebabkan oleh sistem bagi hasil yang kurang adil, maka
kita berusaha mendorong praktek bagi hasil yang adil. Dan dari situ kita akan
melihat apakah ada manfaatnya bagi peningkatan kesejahteraan petani.
Jadi,
apakah yang dimaksud dengan cara berpikir yang benar ? Cara berpikir yang benar adalah cara berpikir yang sesuai
dengan kenyataan konkret. Tidak berpikir sesuai dengan keinginan atau pikiran
kita sendiri yang sifatnya subyektif. Karena pada dasarnya ide atau pikiran
berasal dari materi atau kenyataan. Ada beberapa prinsip yang penting dan
menjadi dasar dalam berpikir secara benar, yaitu :
- Antara satu hal dengan hal yang
lainnya memiliki saling hubungan yang konkret. Untuk dapat memahami dan mengerti tentang sesuatu hal
tidak bisa dipisahkan dari saling hubungannya dengan hal-hal lain di
sekitarnya. Agar dapat memahami persoalan kaum tani dengan sebaik-baiknya,
maka kita harus melihat saling hubungannya dengan kebijakan negara, saling
hubungannya dengan imperialisme, saling hubungannya dengan keberadaan tuan
tanah, saling hubungannya dengan persoalan buruh dan sebagainya.
- Segala sesuatu selalu dalam keadaan
berubah dan berkembang dari waktu ke waktu. Hal ini berarti bahwa segala sesuatu tidak dalam
keadaan yang selalu sama dan tetap. Seperti misalnya diri kita juga
senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan dari mulai lahir, masa
kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, masa berkeluarga, masa tua dan pada
akhirnya mati. Demikian pula organisasi tani yang saat ini kecil dan lemah
tentunya akan berkembang menjadi kuat dan besar.
- Perubahan atau perkembangan
bergerak ke arah yang lebih maju dan bersegi hari depan. Perkembangan tidak pernah bergerak mundur tetapi maju
dan berpihak pada yang bersegi hari depan. Sistem yang menindas kaum tani
yaitu imperialisme dan feodalisme adalah sistem yang sudah usang dan
sekarat. Karena sistem tersebut mengakibatkan penindasan dan kemiskinan,
dan kaum tani sudah tidak menghendakinya serta selalu bangkit melakukan
perlawanan. Hal ini tentunya bertentangan dengan pikiran musuh-musuh
rakyat bahwa segala sesuatu adalah tetap dan tidak berubah sehingga sistem
yang menindas rakyat akan terus bertahan dan tetap.
- Perubahan atau perkembangan segala
sesuatu ditentukan oleh faktor dalam atau kekuatan internal. Hal ini bertentangan dengan pikiran metafisis bahwa
perubahan lebih ditentukan oleh faktor luar. Sebuah telor berubah menjadi
anak ayam lebih ditentukan oleh pergerakan unsur-unsur kehidupan yang ada
di dalam putih dan kuning telor. Sementara suhu atau panas luar baik
berupa panas alami dari tubuh induk ayam maupun panas buatan seperti
listrik lebih bersifat mempengaruhi atau membantu menetasnya anak ayam.
Kebenaran kesimpulan tersebut dibuktikan ketika sebuah batu dierami oleh
induk ayam atau diberi panas buatan, maka tidak dpat menetas menjadi anak
ayam. Demikan juga perjuangan kaum tani lebih ditentukan oleh kekuatan
internal kaum tani sendiri. Jika kaum tani tidak mau untuk bangkit, bergerak
dan berorganisasi, maka perjuangan kaum tani akan lemah dan kecil.
Kehadiran faktor luar seperti aktivis mahasiswa, pemuda dan buruh lebih
merupakan faktor yang mendukung pembangunan kekuatan kaum tani.
Bagaimanakah
agar kita dapat memiliki cara berpikir yang benar ? Untuk dapat memiliki cara berpikir yang benar, maka kita
dapat melakukan hal-hal sebagai berikut :
- Terlibat langsung dalam praktek
sosial. Jika kita ingin memiliki
pikiran yang benar tentang persoalan kaum tani, maka kita harus terlibat
langsung dalam kehidupan dan perjuangan kaum tani. Karena tanpa itu, maka
kita tidak akan dapat merasakan sungguh-sungguh suka duka dan persoalan
kaum tani. Demikian juga jika kita ingin memiliki pikiran yang benar
tentang perjuangan kaum tani, maka kita juga harus terlibat langsung dalam
perjuangan kaum tani.
- Membangun tradisi penyelidikan
sosial. Jika kita ingin memiliki
pikiran yang benar tentang kenyataan maka kita harus mau untuk menyelidiki
keadaan sosial yang ada. Jangan sampai kita mengeluarkan banyak pernyataan
dan pikiran tanpa terlebih dulu mengetahui kenyataan yang sesungguhnya.
Untuk mengetahui bagaimana perkembangan organisasi tani di pedesaan, maka
kita tidak boleh segan-segan ke desa melakukan penyelidikan sosial tentang
organisasi tani.
- Membiasakan diri untuk berpikir
hati-hati dan dari banyak segi tentang segala sesuatu. Pepatah lama mengatakan sekali kening berkerut,
timbullah kebijaksanaan. Jika kita ingin mengetahui sesuatu dengan benar
dan tepat, maka harus memikirkan dengan hati-hati dan tidak dengan serba
terburu-buru. Kita harus mampu untuk menganalisis sebuah persoalan secara
mendalam dari banyak segi dan saling hubungannya dengan persoalan lain.
Dengan demikian kita dapat secara persis mengetahui sebab-sebab mendasar
dari persoalan tersebut dan merumuskan jalan keluarnya.
Bagaimanakah
juga agar kita dapat bekerja dengan benar ? Segala
keputusan dan pekerjaan kita haruslah didasarkan pada kondisi konkret. Tanpa
itu, maka apa yang kita pustuskan dan kita lakukan akan menemui kegagalan.
Keberhasilan melakukan pekerjaan banyak ditentukan sejauh mana saling
hubungannya dengan kondisi konkret atau nyata. Misalnya, perjuangan mendapatkan
lahan garapan bagi kaum tani di pinggiran hutan akan ditentukan oleh sejauh
mana tingkat kesadaran kaum tani dan kekuatan organisasi massa taninya. Apabila
dalam keadaan kesadaran kaum tani yang masih rendah dan kekuatan organisasi
massa tani yang kecil dan lemah, dengan terburu-buru kita melancarakan
perjuangan penguasaan dan penggarapan lahan hutan milik Perhutani, maka dapat
dipastikan perjuangan tersebut akan sulit bahkan gagal dilaksanakan. Baik
karena kurang mendapatkan respon dan dukungan yang antusias dari kaum tani
sendiri atau disebabkan oleh tekanan dan serangan dari pihak Perhutani. Berbeda
kondisinya, ketika kesadaran dan kekuatan organisasi massa tani sudah tinggi
dan kuat, maka perjuangan penguasaan lahan Perhutani akan mendapatkan dukungan
luas dari kaum tani dan tahan banting menghadapi pukulan dari pihak musuh.
Demikian
juga peranan keteladanan dalam melakukan pekerjaan sangat dibutuhkan agar
mencapai keberhasilan. Dalam perjuangan mendapatkan lahan garapan hutan, maka
keteladanan sebuah desa yang kaum taninya telah tinggi kesadarannya, dan
organisasi massanya kuat, untuk membuka lahan dan menggarapnya akan
mempengaruhi dan menyebabkan desa-desa lain di sekitarnya mengikuti atau
menirunya. Keteladanan akan menumbuhkan keberanian, mengusir rasa takut dan
ragu-ragu, serta memberikan contoh konkret yang dapat dilihat hasilnya secara
konkret juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar