Belajar Cara Memimpin Organisasi Massa Berkarakter Massa
(Tulisan dari Blog Seorang Kawan)
Metode Memimpin Organisasi Massa
Pengantar
Dari
keseluruhan aspek organisasi, ketepatan dalam menjalankan kepemimpinan pada
organisasi massa, akan membawa dampak yang menentukan bagi arah perkembangan
dan hari depan sebuah organisasi massa. Meski, aspek ini merupakan aspek yang
penting, akan tetapi dalam praktiknya, banyak dari kalangan pimpinan organisasi
massa seringkali justru bersikap abai dan kurang mau belajar atas kelemahan
serta kesalahannya, apalagi menjalankan kritik oto kritik guna
perbaikan-perbaikan pada aspek kepemimpinan lebih lanjut dari organisasi yang
bersangkutan. Ini sungguh petaka yang paling sempurna bagi organisasi massa
yang ada. Tentu saja, sikap abai dan tidak mau peduli tentang bagaimana
menjalankan kepemimpinan yang tepat dan benar dari kalangan pimpinan ini,
bukanlah sesuatu yang timbul secara kebetulan, namun karena memiliki akarnya
yang mendalam yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat kita, yaitu
masyarakat yang ber-klas. Oleh karenanya, berbagai kelemahan yang melekat pada
aspek kepemimpinan organisasi sesungguhnya merupakan cerminan dari masyarakat
yang ber-klas, masyarakat yang masih dicirikan adanya relasi penindasan dan
penghisapan pada keseluruhan lapangan kehidupan. Inilah, hal pertama dan utama
yang harus disadari dan dinsyafi oleh seluruh pimpinan organisasi massa. Tanpa
terlebih dahulu menyadari, memahami dan mengerti hubungan antara keduanya,
yaitu hubungan antara organisasi massa dan masyarakat yang ber-klas, berarti
pimpinan organisasi massa telah berlaku layaknya seorang pimpinan “sekte sesat”
yang mengajak murid-muridnya melakukan bunuh diri secara bersama-sama demi
tujuan yang abstrak, tahyul dan mistik. Dengan demikian, masih adanya klas-klas
dalam masyarakat kita, dimana ada klas bermilik (borjuasi) dan klas tidak
bermilik (buruh) merupakan sumber pemasok bahan-bahan terpenting bagi suburnya
penyakit yang menjangkiti pimpinan dan organisasi massa.
Dikarenakan,
masyarakat Indonesia masih merupakan masyarakat setengah jajahan dan setengah
feudal, dimana klas bermilik perseorangan, terutama klas bermilik kecil
perseorangan (borjuasi kecil) merupakan golongan terbesar, termasuk didalamnya
adalah kaum tani dengan ciri cara produksi individual, maka organisasi massa
tani akan dihadapkan pada tantangan dan problem-problem kepemimpinan yang
didominasi oleh karakter dari klas ini.
Secara
khusus, akibat karakter masyarakat yang demikian, alam berfikir dan cara
bekerja yang sepotong-potong akan merupakan segi yang dominan. Dalam menilai
dan menyimpulkan persoalan tidak mendasarkan penilaian secara komprehensif dan
menyeluruh. Oleh karenanya kecenderungan empirisisme ataupun dogmatisme akan
merupakan hal yang sangat mempengaruhi dalam langgam kepemimpinan dari
organisasi massa. Kepemimpinan yang semacam ini kurang menyadari bahwa hanya
dengan menyandarkan pada pengalamannya sendiri tanpa menjadikan pengalaman
kepemimpinan yang positif dari orang lain sebagai sumber inspirasi/pengetahuan
maka kepemimpinannya itu mengandung kelemahan. Demikian pula sebaliknya,
pimpinan yang hanya mendasarkan pengetahuan orang lain tanpa memadukannya
dengan pengalaman prateknya sendiri–sebagai sumber pengetahuan– juga akan
mengandung kelemahan. Sehingga, menjadi keharusan bagi pimpinan untuk
mengkombinasikan pengetahuan sendiri dan pengetahuan orang lain dalam
menyelenggarakan kepemimpinan organisasi massa. Dengan kalimat lain ingin
ditegaskan bahwa diperlukan kesatuan antara teori dan praktek. Dimana,
kedua-duanya pada dasarnya bersumber pada praktek secara kongkrit.
Terlebih,
dalam organisasi massa tani, dimana cara produksi individual merupakan cara
produksi yang dominan dan luas. Cara produksi demikian akan mempengaruhi
tumbuhnya kesadaran yang sulit menerima hal-hal baru, meski hal baru tersebut
dapat dikatakan hal yang positif. Sehingga, pada prakteknya akan cenderung
konservatif dan anti perubahan serta anti kemajuan. Namun sebaliknya akan tetap
mempertahankan hal-hal lama, meskipun hal-hal lama tersebut berdampak negative
dan merugikan organisasi. Inilah, sebagian tantangan yang patut untuk
diperhatikan oleh seluruh pimpinan organisasi massa di tengah karakter
masyarakat setengah jajahan dan setengah feudal. Selain itu, ketidak mauan dan
adanya kesulitan dalam membagi pekerjaan juga merupakan akibat lain dari
kesadasaran sempit yang timbul dalam karakter masyarakat demikian.
Masalah-Masalah
Dalam Kepemimpinan Organisasi Massa
Tidak
berkembangnya organisasi massa serta tidak terlaksananya pekerjaan-pekerjaan
organisasi, pertama-tama justru dikarenakan adanya hambatan dari pimpinan
organisasi. Masalah-masalah yang menghambat justru berasal dari kalangan
pimpinan organisasi. Sementara, massa dan anggota pada kenyataannya, sebenarnya
tidak memiliki hambatan dan masalah dengan pekerjaan organisasi.
Oleh
karenanya, jika terjadi kemacetan dan kemandegan pada sebagian atau seluruh
pekerjaan organisasi massa, yang pertama-tama harus diperiksa adalah pada level
pimpinan.
Macetnya
pekerjaan organisasi tersebut sangat mungkin terjadi, hal ini dikarenakan
sebagian besar pimpinan masih berfikir dan bertindak spontaniteit. Tanpa
penilaian dan perencanaan yang matang. Namun bertindak “sekedarnya” dalam
menjalankan seluruh pekerjaan organisasi. Dengan
demikian, perspektif atas pekerjaan yang dilakukan tidak memiliki arah dan
tujuan yang berguna bagi kemajuan organisasi.
Fikiran
dan tindakan spontaniteit yang demikian pasti akan merusak dan merugikan
organisasi dan perjuangannya. Karena sesungguhnya fikiran dan tindakan tersebut
merupakan cerminan kesadaran dari massa yang paling terbelakang.
Beberapa
masalah lainnya yang timbul dalam kepemimpinan organisasi massa diantaranya
adalah sebagai berikut :
- Pandangan dan tindakan
individualisme masih merupakan cara yang dominan dalam menilai masalah dan
menentukan sikap serta tindakan politik dan organisasi. Selain itu,
inisitaif dan prakarsa masih bersandar pada perseorangan dalam organisasi
massa.
- Sudah merasa cukup jika
soal-soal politik dan organisasi telah memiliki garis umum dan merasa cukup dengan hanya mengeluarkan
resolusi dan seruan-seruan politik dan organisasi. Tidak menyadari
bahwa garis umum (politik dan organisasi) dan resolusi hanyalah merupakan
tingkat permulaan dari tujuan dan target dari organisasi. Tanpa adanya
usaha untuk memperjuangkan garis umum, maka kesuksesan organisasi tidak
mungkin akan dapat diraih. Sehingga, yang esensial dari garis umum yang
telah ditetapkan tersebut adalah bagaimana menjalankannya dan
memperjuangkannya. Wujud kongkrit dari perjuangan atas garis umum adalah
dengan mengorganisasikan pekerjaan dan secara terus-menerus memeriksa
pekerjaan agar tetap sesuai dengan garis umum.
- Masih berkembangnya fikiran formalis dan birokratis
yang dipadukan dengan kesenangan akan rutinitas dalam memimpin organisasi
massa. Akibatnya, berbagai pekerjaan
politik dan organisasi terhambat dan mengalami penundaan. Tidak menyadari
bahwa kesuksesan tujuan politik dan organisasi hanya bisa diraih karena
adanya bantuan langsung dan dukungan dari massa dan anggota. Pimpinan dan kepemimpinan organisasi
yang demikian akan berlaku congkak/sombong, tidak menghargai massa dan
anggota, serta menjauhkan diri dari massa dan anggota. Merasa bahwa
tanpa bantuan dan dukungan massa dan anggota akan dapat menjalankan
pekerjaan sendiri. Pimpinan yang
semacam ini juga akan cenderung takut akan kritik oto kritik, kurang
memiliki tanggungjawab kerja, cenderung akan bersikap “komandoisme” dan
lebih senang dibelakang meja dan berlama-lama dalam rapat. Selain itu,
juga akan menyuburkan langgam kerja dan langgam organisasi jautuh dalam
system struktur-fungsional . Yang belakangan ini adalah langgam kerja dan
langgam organisasi borjuasi. Dimana akan memisahkan secara mutlak
fungsi-fungsi dalam organisasi dan tidak menempatkannya sebagai
satu-kesatuan yang utuh dan integral.
- Masih berkembangnya pikiran
untuk memisahkan antara kepemimpinan politik dan kepemimpinan
organisasional. Banyak dari kalangan pimpinan organisasi massa hanya mau
memenuhi dan meningkatkan kemampuan-kemampuan atau kapasitas teknis
organisasi dan mengabaikan kemampuan kepemimpinan politik dan sebaliknya
juga ada sementara pimpinan yang hanya mau memenuhi aspek
kepemimpinan politik dan mengabaikan aspek kepemimpinan organisasi. Hanya
menitik beratkan pada salah satu aspek, jelas sebuah kekeliruan. Oleh
karenanya, memadukan antara keduanya menjadi penting. Dan jauh lebih
penting adalah meningkatkan kepemimpinan organisasi menjadi kepemimpinan
politik. Dengan demikian, pemahaman secara jelas atas soal-soal politik
merupakan syarat sekaligus hal yang harus dikuasai secara baik agar tujuan
dan garis umum organisasi dapat diraih.
- Di dalam pengalaman banyak
organisasi massa, ada juga sebagian pimpinan yang sekedar membahas dan
membuat keputusan organisasi dan kemudian “menyimpannya secara rapat dalam
almari kantor”. Sering pula dijumpai, mereka seolah-olah
bersikap patuh dan disiplin pada keputusan-keputusan organisasi.
Pada contoh yang lain, sering dijumpai mereka-mereka ini juga suka membuat
laporan yang baik-baik dan seolah-olah tidak ada masalah ataupun kesulitan
kepada organisasi di atasnya. Dan kalaupun ditemukan kesulitan dalam
organisasinya seolah-olah mereka telah mampu mengatasinya. Namun dalam
praktiknya mereka ini tidak bekerja dan tidak menjalankan keputusan
organisasi. Bahkan, dalam kenyataannya, tidak ada perubahan-perubahan
serta kemajuan yang dapat diraih oleh organisasinya. Maka, tipe pimpinan
semacam ini sesungguhnya adalah tipe pimpinan yang hanya menerima
dalam kata-kata saja dan suka dengan bualan dan omong besar. Jelas tipe
pimpinan semacam ini merupakan penghambat kemajuan organisasi dan
pendukung yang paling nyata bagi berkembangnya liberalisme dalam tubuh
organisasi, sekaligus anti disiplin.
- Ada juga sementara pimpinan
organisasi massa yang dapat dikatakan sangat loyal dan setia pada
organisasi dan perjuangannya. Hanya saja mereka-mereka ini memiliki
keterbatasan dalam mengorganisasikan pekerjaan. Mereka-mereka ini tidak
mengerti dan tidak bisa menjalankan pekerjaan organisasi. Mulai dari
menilai masalah, merumuskan jalan keluar, mengatur dan membagi perjaan
hingga memilih dan menentukan personil yang tepat yang mampu menjalankan
pekerjaan organisasi. Tentu saja, loyalitas dan pengabdian saja tidak
cukup bagi organisasi massa. yang jauh lebih penting adalah bagaimana
garis politik dan pekerjaan organisasi dapat diperjuangkan dan
dilaksanakan.
Bagaimana
Cara Memimpin Organisasi Massa
Mengingat
pimpinan adalah perasan dan merupakan kualitas termaju dari massa. artinya,
pimpinan itu berasal dari massa, maka tentu saja pada seluruh pekerjaan dan
kehidupan organisasi, pimpinan juga merupakan cerminan dan sekaligus pedoman,
panduan dan penuntun bagi massa. pimpinan
harus bisa menjadi tauladan dalam keseluruhan kehidupan organisasi bagi massa.
Pimpinan
tidak akan berguna dan tidak bisa berbuat apa-apa tanpa massa. Dapat dipastikan
bahwa seluruh pekerjaan organisasi tidak akan bisa dijalankan tanpa massa,
tanpa keterlibatan aktif dari anggota organisasi. Namun juga sebaliknya, massa
dan anggota yang tanpa pimpinan sebagai penuntun, maka seluruh pekerjaan
organisasi akan berjalan tanpa arah, bahkan bisa berkembang pada hal-hal
yang merugikan massa dan hari depan perjuangan. Dua-duanya memiliki kedudukan
dan peranan yang saling bertautan dan saling menopang. Oleh karenanya, hubungan
diantara keduanya harus bertalian secara erat. Layaknya hubungan antara ide dan
materi, atau hubungan antara teori dan praktek. Tidak dibenarkan untuk
memisahkan, karena akan berakibat fatal bagi organisasi massa dan perjuanganya.
Dengan
demikian, penting bagi pimpinan untuk secara tepat menjalankan prinsip-prinsip
garis massa serta selalu mengembangkan dan mendorong kehidupan demokatis dalam
organisasi. Tentu saja kehidupan demokratis ini harus tetap diletakkan dalam
disiplin dan kepemimpinan organisasi. Karena bila tidak, demokrasi yang
dikembangkan bisa mengarah pada ultra demokrasi. Dan ini adalah demokrasinya
kaum borjuasi. Yaitu, demokrasi yang liberal tanpa batas, yang menempatkan
kebebasan individu di atas segala-galanya melampaui kepentingan organisasi.
Sehingga, organisasi massa yang tepat harus menghindari kekeliruan ini.
Selain
hal-hal tersebut di atas, agar tujuan organisasi massa dapat diraih dan tidak
menyimpang dari garis politik dan garis organisasi yang telah ditetapkan, maka
hal-hal tersebut di bawah ini patut diperhatikan dan harus secara
sungguh-sungguh diusahakan pelaksanaannya oleh pimpinan organisasi massa, yaitu
:
- Massa dan anggota menentukan
segalanya. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa pimpinan berasal dari
massa dimana seluruh pekerjaan dan kesuksesan organisasi pada dasarnya
karena adanya peranan dan kerja langsung dari massa.
- Pentingnya memadukan antara
seruan umum dengan hal-hal kongkrit dan praktis dari kepentingan massa.
- Setelah ada ketetapan garis
umum politik dan garis umum organisasi, selanjutnya menyusun pekerjaan dan
mengorganisasikan pekerjaan. Termasuk didalamnya menyusun target,
menentukan waktu, membagi pekerjaan serta memilih orang yang tepat
- Selalu berhubungan secara erat
dengan massa dalam berbagai pekerjaan organisasi dan kehidupan organisasi.
- Belajar dari pengalaman sendiri
dan memadukannya dengan pengalaman orang lain
- Memadukan tanggungjawab
kolektif dengan tanggungjawab perseorangan
- Secara terus-menerus melakukan
pemeriksaan atas pelaksanaan putusan politik dan organisasi. Memberikan
bimbingan kepada unsur maju dan anggota, meningkatkan taraf
pengetahuannya, membantu memecahkan kesulitan hidup kader dan anggota.
- Melakukan kritik dan oto kritik
dan mendidik diri serta mendidik massa dan angota dari kesalahan-kesalahan
yang dilakukannya. Hanya melalui belajar dari kesalahan, semua hal dapat
dikembangkan dan dimajukan.
- Memperhatikan unsur-unsur maju
ditengah massa dan berusaha menariknya dalam pekerjaan organisasi untuk
selanjutnya mempromosikan unsur-unsur maju tersebut dalam pekerjaan
organisasi lainnya sebagai latihan langsung untuk mempertinggi kualitas
unsur-unsur maju dan anggota.
- Selalu mendorong partisipasi
dan keterlibatan aktif dari massa dan anggota dalam seluruh pekerjaan
organisasi.
- Ulet dan tekun dalam belajar serta dalam mengatasi
kesulitan-kesulitan kerja organisasi dan kesulitan-kesulitan hidup.
Menghindarkan diri dari berbagai penyakit yang ditentang oleh massa kaum
tani dan rakyat tertindas lainnya, seperti merendahkan kaum perempuan dan
melakukan perbuatan-perbuatan asusila lainnya. Demikian pula harus secara
teguh memegang garis politik dan garis organisasi sekaligus menghindarkan
diri dari penyakit liberalisme organisasi dan oportunisme politik.
Tidak kalah penting adalah mempraktekkan cara hidup sederhana layaknya
kehidupan umum kaum tani dan rakyat tertindas lainnya.
*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar