Di
pertemukan dalam kegiataan kemahasiswaan islam, mentoring kegiatan tahunan
penyambutan mahasiswa baru atas adanya kerja sama LDK JS UNPAR dengan
kordinator mata kuliah umum agama islam. Tak terasa empat tahun silam ditahun
2006. Kegiataan mentoring yang berbasiskan islam ini menemukan ku dengan
sahabat yang bernama alma ma arif anak mate-matika berasal dari kota sampit. Manusia
yang sangat luar biasa dan menjadi cerita saat aku pulang, saat aku kumpul
dengan keluarga.
Kami
bertemu dan akhirnya menjadi sahabat saat program mentoring selesai dengan
melanjutkan kegaiatan pengajian seminggu sekali dikenal dengan halaqoh. Kami
menjadi Daris bersama beberapa orang
lainnya, akhi Ridho / Julianson Etue (mate-matika) , akhi Fajrin (fisika), akhi
Zuhri Maulana ( mate-matika) dan akhi Dwi (kimia) dan aku dari fakultas hukum Universitas
Palangka Raya. mereka mempunyai karakter masing - masing yang membuat ku banyak
mengalami dinamika. namun semua itu, hanya Alma Arif yang membuat
ku selalu teringat sosoknya yang kuat serta mempunyai istiqomah sangat luar
biasa. Dia kuliah tanpa di biayayai oleh keluarganya dan secara otomatis dia
harus menghidupi dirinya sendiri, tempat tinggalnya berpindah ( padahal dia
bukan suku nomaden ), dari musolha yang satu kemusulha yang lain bahkan
setahuku dia pernah tinggal dibawah tribun stadion mini Unpar.
Alma
Arif adalah sosok yang sangat humanisme walaupun dia hanya punya uang sedikit
dan untuk keperluanya sendiri namun jika ada temannya yang mau hutang sama dia
pasti dikasihnya walau dia tak makan saat itu juga. Dengan berbekal semangat
yang sangat tinggi sesuai bacaan buku yang selalu dia beli tentang
enteprieunersip dan leadersip dia mampu menerjemahkan tulisan dibuku itu
dikehidupan nyata. Ulet dan apa adanya, demi bertahan hidup sampai - sampai dia
tidak perduli dengan penampilannya, yang penting syar'i ucapnya bukan masalah
keren atau apa.
Pada
suatu hari aku kebingungan untuk mencari pekerjaan karena aku juga dari
golongan yang kurang mampu dari segi finansial, lalu aku bertanya kepada alma,
rif sapaan akrabku ada gawian ngak, setelah halaqoh shaskiyah islam selesai
dimesjid shalahudin unpar. “Bujuran ikam mau” katanya, “ada aja namun ikam liat
dulu kerjaannya menjaga fotocopy di jalan mendawai namun handak pindah didekat
universitas muhamdiyah”, “terus ikam kayapa” kataku, akh tenang saja kalau kamu
memang perlu aku ada tawaran lain yaitu kerja ikut jualan sate warung tenda
dijalan yos sudarso.
Akhirnya
aku pun kerja di fotocopian yg dimaksud walau tak lama, namun kawan ku satu ini
harus kerja ekstra keras, dia harus berkerja dari mulai habis magrib sampai
larut malam sedangkan besok pagi dia harus kuliah, mate-matika pula. Ada
kejadian yang harus ku mengelus dada saat aku lewat mau kekampus kulihat
dia sedang tertidur sambil duduk. Aku bisa membanyangkan dari larut malam
berkerja dan setahuku dia setelah pulang kerja langsung adzan subuh dan paginya
harus masuk kuliah dan itu diulang-ulang setiap hari. namun semua itu tidak
membuatnya mengeluh, selama aku berteman dengan dia tidak pernah satu katapun
dia mengeluh masalah apapun itu termasuk masalah asmara.
Pada
suatu saat menurut teman - teman Arif naksir dengan seorang akhwat aktivis
KAMMI, lalu dengan semangatnya dia ingin memberi perhatian dengan sang pujaan
hati itu, dia membeli boneka dan menyerahkanya langsung dikampus, namun apa
yang terjadi pemberian sahabatku ini tak diterima alias langsung ditolak waktu
itu juga, sekali lagi memang inilah suatu kisah yang sahabatku harus dialami. Sudah
payah mengumpulkan uang untuk menyenangkan pujaan hatinya namun itu berujung
pada bak sampah. Namun itu tak membuatnya putus asa, hidup harus tetap dijalani
dan membuat yakin pada pindirian untuk karirnya tanpa mengenal kata cinta.
Pada
suatu saat aku dia sama - sama mencari pekerjaan dengan alasan kerjaan yang
didapat belum mencukupi keperluan masing-masing, si Arif mendapatkan job
menabas rumput diperkarangan pak Hasibuan (ALM) kaum musulha Almabarokah dan
kami pun menyanggupi walau belum melihat tempat yang mau ditabas, dengan alasan
mendesak kami pun berniat berhutang kepada pak hasibuan walaupun kerjaan belum
dikerjakan namun alhamdulilah pak hasibuan mau berbaik hati kepada kami. Kerjaan
belum selesai namun uang sudah habis namun sebagai orang bertanggung jawab kami
berdua harus menyelesaikan pekerjaan kami walau hanya bisa sabtu minggu. Dengan
bermodal bensin satu liter dan motor astrea yang sok belakangnya ini mati kami
berangkat dengan membawa bekal air dibotol aqua. Terik matahari tak membuat
kami lelah, tangan yang melepuh karena parang yang tidak ada gagangnya,
gagangnya hanya berbalut karet bekas sepeda motor kami harus tetap bekerja,
sambil bercerita dan bercanda, jauh dari keramaian karena masuk kedalam jauh
dari jalan raya.
Ternyata
temanku ini waktu itu lagi menjabat ketua FUSI (Forum Ukuwah study islam)
difakultas FKIP UNPAR dan sedang menjalankan program kerja bedah buku, masih
kuingat judul bukunnya yaitu Demokrasi
Tersandra karya Anis Matla tapi alhamdulilah kegiatan itu sukses dan
pengarang buku bisa datang kekota Palangka Raya. Namun ada kisah yang menarik
saat pengarang bukumau balik kejakarta tiket pesawat bermasalah karena nama
yang tertulis disitu bukan nama sang pengarang buku namun nama kawanku ini alma
ma Arif, aku tidak melihat kejadian itu namun dari tutur kawan - kawanku
kejadian itu membuat Arif terduduk lemas dan matanya berkaca - kaca dan aku
tahu mengapa terjadi seperti itu oleh tidak ada dana lagi, organisasi Arif tak
seperti organisasi yang lain yang bisa meminta bantuan dari para alumnus yang
sudah sukses, hanya bermodal ketulusan niat saja. Namun setelah adanya nego
dengan pihak bandara akhirnya nama itu tidak menjadi soal dan akhirnya
sipengarang bukupun bisa pulang kejakarta.
Ini
kisahku walau tata bahasanya tidak teratur, namun hanya ingin berbagi atas
kisah ini, mungkin sebagian kawan - kawan pasti mengenal siapa dia, Arif sahabatku
saat duka dan bahagia.....sukses Rif.
Sahabatmu
@Sang Penggoda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar