Selasa, 16 Oktober 2012

Mengenal Desa Mantangai Hulu “ Catatan Survey Lapangan Pemetaan Penggunaan Tanah” oleh : Dwi Jatmiko dan Norhadie Karben



1.       Sejarah Desa
Pada awal Mantangai merupakan salah satu kampong yang masyarakatnya hidup di sebuah sungai yang sampai saat ini disebut sungai mantangai, menurut informasi dari beberapa sumber kampong mantangai diperkirakan telah ada sejak tahun 1817, pada saat itu tergabung menjadi satu kesatuan adminstratife dengan kampong Pulau Kaladan  dan Kalumpang, yang dipimpin oleh seorang kepala kampong bernama ………..dan wakilnya bernama Tulis dengan gelar “Singa”.  Kemudian sekitar tahun 1932-1945 terjadi pemisahan wilayah untuk membentuk desa-desa baru, Desa itu meliputi Desa Mantangai Hulu, Desa Mantangai Hilir dan Desa Mantangai Tengah dan beberapa desa lainnya.

Pemisahan dipimpin oleh Enus Dehen dengan masa jabatan sampai tahun 1993, kemudian diganti oleh Batutu Haryuni pada tahun 1994, di tahun 1996 Proyek PLG Sejuta Hektar dilaksanakan, proyek ini sendiri bertujuan menjadikan Kalimantan Tengah sebagai sumber penghasil beras namun proyek ini gagal, salah satu kegiatan proyek PLG Sejuta Hektar adalah dengan melakukan pembukaan lahan, pembutan saluran-saluran besar (cannal) dan melakukan pembabatan hutan. Seiring dengan proyek PLG tersebut mulai bermunculan investor dari luar bertujuan membeli kayu, maka didirikanlah bansaw, sirkel dan sawmill seperti PT. Sumber Alam dan PT. Sumber Usaha pada tahun 1997 untuk mengolah kayu-kayu hasil limbah tersebut.

Dampak terhadap lingkungan sangat menyedihkan, dimana terjadinya perambahan besar-besaran terhadap hutan dan beberapa jenis komoditi kayu yang memiliki nilai ekonomis tinggi, seperti ramin.meranti,jelotong dan beberapa jenis kayu lainya dapat dibilang tingkat perekonomian masyarakat dapat dikategorikan sejahtera pada saat itu.namun semenjak dikeluarkannya peraturan pemerintah tentang penertiban illegal logging oleh pemerintah pusat pada tahun 2000 masyarakat spontan berhenti melakukan pekerjaan sebagai pencari kayu, melihat situasi dan kondisi pada saat itu masyarakat Desa diwilayah Kecamatan Mantangai pada umumnya dan khususnya Desa Mantangai Hulu banyak kembali beralih profesi ke semula kebidang pertanian dan perkebunan. Dari situlah berawal banyak masyarakat Desa Mantangai Hulu kembali berusaha bertani berladang dan menyadap karet serta mencari ikan untuk menutupi kebutuhan sehari-hari keluarga.

2.      Fisiografi

………………………………………………
………………………………………………………………
……………………………………………………………………….
…………………………………….

3.      Wilayah Adminitrasi
Keberada  Desa Mantangai Hulu dipinggir daerah aliran sungai Kapuas, kemudian pusat wilayah desa Berjarak 2 km dari kecamatan mantangai, 92 km dari wilayah Kabupaten Kapuas serta 139 km dari kota provinsi Kalimantan Tengah. Untuk mencapai desa ini dapat dilakukan melalui jalur sungai dan jalur darat. Untuk melalui jalur sungai dapat menggunakan transportasi reguler yang setiap hari melintasi desa ini seperti klotok.longboat, jika melalui jalur darat dapat dicapai dengan sepeda motor maupun mobil bila kondisi jalan kering atau biasanya pada musim kemarau.

Meskipun demikian jalur sungai masih lebih banyak dipakai oleh masyarakat desa Mantangai Hulu baik untuk angkutan orang maupun barang. Keberadaan desa sendiri adalah suatu desa dibagian dari pembagian wilayah ibu kota kecamatan diantaranya desa Mantangai Tengah, desa Mantangai Hilir. Desa Mantangai Hulu memiliki luas wilayah kurang lebih 21.100 km2, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

􀀹 Sebelah Timur : Desa Mantangai Tengah
􀀹 Sebelah Barat : Kecamatan Kahayan Hilir
􀀹 Sebelah Utara : Desa Kalumpang
􀀹 Sebelah Selatan : Desa Mantangai Tengah


4.      Demografi.

Jumlah penduduk Desa Mantangai Hulu hingga bulan Juli tahun 2012 sebanyak 2.482 jiwa, terdiri dari penduduk laki – laki 1.247 jiwa atau berkisar (50,6%) dan perempuan 1.235 jiwa atau berkisar (49,4%) dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 563 KK dan tersebar di 4 RT, dibanding dengan luas wilahnya maka tingkat kepadatan penduduk relatif masih jarang yaitu antara 6 – 7 jiwa perkilo meter kuadrat dan dari 2.482 jiwa penduduk. Suku pendatang ini terutama terjadi pada saat Desa Mantangai Hulu masih ramai dengan usaha perkayuan seperti perusahan mengakatip jaya group, jayanti jaya group pada tahun 1985 – 1990. Dari segi kesejahteraan penduduk desa Mantangai Hulu tergolong belum sejahtera, hal ini terindikasi dari data kemiskinan pada tahun 2011 jumlah keluarga pra sejahtera dan sejahtera satu tercata sebanyak 183 KK atau berkisar 30,6 persen sedangkan ditahun 2010, kondisi kesejahteraan keluarga masih tetap sama sebagai mana tercatat dari jumlah penerima program raskin yang mencapai 183 KK atau sekitar 30,6 persen dari jumlah kepala keluarga yang ada.


5.      Keadaan Sosial dan Budaya

a.       Upacara Adat
Kepercayaan masyrakat Desa Mantangai Hulu masih sangat kental dengan budaya nenek moyang mereka, itu sering kita temukan kalau setiap akhir tahun masyarakat masih melakukan
1. Acara Balian (membayar hajatan)
2. Mamapas Lewu (membersihkan perkampungan dari kuasa roh jahat)
3. Mampakanan Sahut Lewu (memberikan sesajen kepada roh yg dianggap bisa memberikan rejeki)
4. Manyanggar (membersikan perkampunan dari kuasa roh jahat)
5. Mamanggul (melaksanakan acara adat sebelum melakukan pesta penikahan).

b.      Kerjasama dan Solidaritas
Dikehidupan lingkungan masyarakat Desa Mantangai Hulu sifat gotong royong sangatlah masih kuat itu terlihat setiap ada kegiatan yang beberbentu seperti :
1. Melakukan penanaman padi ( handep hapakat manugal tana )
2. Membersihkan lingkungan desa (handep hapakat mamparasi lewu)
3. Membersikan sungai tempat bertani (handep hapakat mamparasi sungei kaleka satiar malan)
4.  Memadamkan apibila terjadi kebakaran lahan dan rumah warga (handep hapakat mambeleb apui).
5.  Membantu keluarga yang melakukan acara hajatan (Handep Hapakat pakanan sahut).
6. Membantu warga yang kena musibah ( handep hapakat maharaggu pampatei).
7. Melakukan pertemuan Kampung (handep hapakat mamumpung arep)

c.       Perselisiahan
Desa Mantangai Hulu jarang terjadi konflik walaupun ada itu hanya terjadi konflik rumah tangga dan kenakalan remaja.sedangkan konflik lain, seperti konflik sumber daya alam, agama, dan suku tidak ada terjadi hal ini disebabkan oleh :
1. Hubungan antar masyarakat masih kuat.
2. Masyarakat menghargai perbedaan agama
3. Masyarakat menghargai perbedaan suku
4. Sebagian besar masyarakatnya masih memiliki hubungan keluarga


6.      Keadaan Ekonomi

a. Mata Pencaharian Masyarakat
        Sebagaimana di desa – desa lainnya di daerah Mantangai, pada mulanya kegiatan perekonomian masyarakat di desa Mantangai Hulu didominasi oleh usaha dibidang perkayuan. Banyak masyarakat menggantungkan sumber penghasilan dari mencari kayu hutan. Kondisi tersebut juga telah menumbuhkan usaha industri kayu gergajian (bansaw/sirkel) milik masyarakat dari Desa Mantangai Tengah, serta mampu menyerap tenaga kerja / karyawan yang cukup banyak. Sehingga sebelum tahun 2000 hampir 80 % masyarakat menggantungkan hidupnya dari usaha perkayuan ini. Namun sejak ketatnya penertiban illegal logging oleh pemerintah mulai tahun 2005, maka usaha perkayuan tersebut sudah tidak dapat diandalkan lagi.

        Kini, masyarakat kembali pada usaha pokok semula yaitu berladang dan menyadap karet, serta melakukan pekerjaan sampingan untuk menambah pendapatan. Sehingga sejak saat ini pertanian kembali menjadi usaha pokok sebagian besar masyarakat Desa Mantangai Hulu. Pekerjaan berladang merupakan pekerjaan yang banyak dilakukan Masyarakat Desa Mantangai Hulu. Usaha perladangan di daerah ini merupakan perladangan menetap. Pada saat proyek PLG dilakukan tahun 2005, Desa Mantangai Hulu merupakan salah satu kawasan yang termasuk untuk percetakan sawah baru              ( dibagian atas / belakang desa ). Sehingga sekarang masyarakat sudah sangat sulit untuk mencari lahan baru kalau dengan sistem ladang berpindah. Rata rata lahan yang dikelola masyarakat seluas 2 Ha dengan Frekwensi 1 kali tanam setahun, mereka biasanya memperoleh hasil panen rata rata 1,5 – 2,0 ton / Ha. Untuk memenuhi kebutuhan hidup lainnya sebagian besar masyarakat Desa Mantangai Hulu bergantung pada usaha menyadap karet.

        Terdapat sekitar 198 KK memiliki kebun karet dan 62 % kebun karet tersebut sudah dapat disadap. Potensi hasil karet di Desa Mantangai Hulu sangat rendah, yaitu 1- 1,5 ton/ Ha dengan produtivitas 20 – 25 kg perhari / Ha. Apabila dihitung dalam nilai rupiah dengan harga karet ditahun 2011 - 2012 sebesar Rp.6,000/kg maka penghasilan masyarakat dari kebun karet tersebut antara Rp.120.000 – Rp. 150.000 itu pun penyadapannya hanya dilakukan pada saat musim kemarau            yaitu pada Bulan Juli dan Agustus.

        Selain kebun karet, masyarakat Desa Mantangai Hulu juga memiliki kebun rotan. Kebun rotan yang terdapat Desa Mantangai Hulu ada beberapa jenis rotan seperti rotan sigi. Potensi rotan di Desa Mantangai Hulu tidak diketahui tidak ada data , namun biasanya dipanen 1 kali dalam 3 tahun dan hampir 40 % rotan tersebut dimanfaatkan untuk membuat kerajinan anyaman rotan seperti tikar,tas,topi dan beberapa jenis lainnya, sedangkan 60 % rotan dijual dalam bentuk rotan basah kepada pengumpul dari luar desa. Pekerjaaan sampingan lain yang dilakukan oleh masyarakat Desa Mantangai Hulu adalah mencari ikan , pekerjaan ini biasanya dilakukan msasih mengunakan alat sederhana seperti buwu, tampirai, pangilar, rengge, banjur. Bila hasil tangkapan cukup banyak biasanya mereka jual dipasar dengan harga Rp.15.000 – Rp. 25.000 / kg dan ikan asinnya Rp.20.000 – Rp 40.000 / kg.

        Bagi masyarakat yang tidak memiliki lahan dan kebun serta usaha menetap lainnya, banyak memilih bekerja diluar Desa. Umumnya mereka bekerja sebagai karyawan dan buruh pada perusahaan perkebunan sawit yang ada di daerah Kabupaten Kapuas, Pulang Pisau, Pangkalan Bun. Sementara itu pekerjaan sebagai buruh di industri kayu bansaw sudah mulai menurun, karena bansaw banyak yang tutup akibat kesulitan bahan baku (kayu). Bagi masyarakat pendatang pada umumnya di Desa Mantangai Hulu lebih banyak melakukan usaha dibidang perdagangan (warung/kios) karena mereka ini memiliki modal dan memiliki jiwa bisnis serta ketrampilan yang memadai.

b. Pengelolaan Sumber Alam
Masyarakat Mantangai Hulu masih menggantungkan hidupnya dari sumber daya alam. Karena dari sumber daya alam itulah, masyarakat memperoleh pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Sumber daya alam tersebut berupa kulit gemor, damar, rotan, biji jelutung,binatang buruan sungai/rawa dll. Ada beberapa pengelolaan SDA desa Mantangai Hulu yaitu :

·         Pengelolaan dan Pemanfaatan Hutan
Luasan Kawasan hutan di Desa Mantangai Hulu di wilayah blok E berkurang, hal ini disebabkan pembukaan lahan pada waktu proyek eks PLG diwilayah A. Kawasan hutan yang ada sekarang adalah kawasan hutan sekunder atau hutan kerangas dengan kayu – kayu yang tidak besar. Lahan pertanian merupakan sumber daya alam yang sangat potensial, menurut pengalaman masyarakat berbagai jenis tanaman dan ternak dapat tumbuh / hidup baik didaerah ini. Bahkan dari hasil lahan pertanian inilah masyarakat memperoleh pendapatan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Sejak masyarakat Desa Mantangai Hulu meninggalkan pekerjaan usaha kayu, mereka kembali mengelola lahan untuk mengembangkan usaha pertanian lahan untuk kegiatan ini biasanya hanya terdapat disepanjang 1-7 km dari daerah pemukiman masyarakat.

·         Pengelolaan Lahan Ladang
Usaha perladangan yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Mantangai Hulu adalah ladang menetap. Lahan yang digunakan untuk ladang tersebut merupakan lahan hutan sekunder, umumnya mereka banyak memilih berladang di kawasan sekitar pemukiman (1-7 km dari kawasan pemukiman masyarakat) karena kondisi lahan relatif subur dan jangkauan juga relative dekat. Sebelum adanya proyek PLG , sistem perladangan masih berupa ladang berpindah karena masih cukup tersedianya lahan untuk membuka lahan baru. Kegiatan pertanian padi gunung (berladang) di Desa Mantangai Hulu dilakukan secara berkelompok, pembagian kelompok didasari oleh lokasi atau tempat bertani yang dibatasi terusan atau handel dan sungai. Setiap handel atau sungai mempunyai kepala handel yang bertanggung jawab mengatur anggotanya.Pada saat musim tanam tiba masyarakat serentak melakukan penyiapan lahan padi lokal. Pembukaan lahan masih dilakukan dengan sistem tebas bakar yang dilakukan pada musim kemarau (Agustus – September), selama kurang lebih 1 bulan mereka bekerja menebas rumput yang ada dilahan dengan peralatan sederhana seperti parang, kemampuan masyarakat mengelola lahan hanya 1 – 2 Ha / kepala keluarga. Pada saat penyiapan lahan peranan kepala handel sangat besar yaitu dalam penentuan jadwal pembakaran lahan, jadwal pembakaran lahan yang sudah disepakati kemudian diumumkan , serta aturan yang mengharuskan semua anggota untuk membayar denda jika api menjalar dan membakar kebun atau lahan milik orang lain. Membakar lahan (manusul) dilakukan secara gotong royong (handep hapakat) untuk menghindari api tidak menjalar dan untuk itu pula mereka melakukan penjagaan terhadap api dan membuat sekat bakar (tatas/parit). Penggunaan api bagi masyarakat Desa Mantangai Hulu dalam kegiatan berladang masih sangat penting. Menurut masyarakat dengan membakar maka pekerjaan persiapan lahan menjadi mudah dan hemat serta tanah menjadi subur tanpa ada diberikan pupuk lagi. Tata cara penyiapan lahan pertanian yang diwariskan dari leluhur menebas (mandirik), mengeringkan hasil tebasan (mangekei), membakar (manusul), penanaman (manugal) penyiangan (mambawau), menyemprot hama dan penyakit (manyamprot), panen / mengetam (manggetem). Penanaman biasanya dilakukan menjelang awal penghujan ( Oktober – Nopember ) dengan cara sistem tugal dan jenis padi yang ditanam berupa jenis padi lokal seperti manyahi, garagai, tambangan, kawung, hamuntai, kalanis, munday, dan pulut. Pekerjaan manugal dilakukan secara gotong royong ( handep ) oleh masyarakat peladang di desa Mantangai Hulu secara bergiliran. Sejak penanaman hingga menjelang panen, tanaman tanaman padi dibiarkan tumbuh secara alami tanpa ada pemberian pupuk akan tetapi hanya dilakukan penyemprotan dengan menggunakan pestisida alami bila tanaman diserang hama dan penyakit, masyarakat juga melakukan penyiangan rumput – rumputan yang tumbuh disekitar tanaman dengan menggunakan parang atau cangkul. Dengan perlakuan pengelolaan yang dilakukan demikian, tampaknya hasil panen padi masyarakat masih belum optimal, pada tahun 2011 produktivitas padi di Desa Mantangai Hulu hanya 1 – 1,5 ton / Ha. Jika dibandingkan dengan potensi hasil untuk padi sawah yang bisa mencapai 3 – 4 ton / Ha bila dikelola dengan sistem pertanian modern.

·         Pengelolaan Kebun Karet
Usaha yang dominan terdapat di Desa Mantangai Hulu adalah perkebunan karet dengan potensi 1 – 1,5 ton / hari, tanaman karet di Desa Mantangai Hulu seluruhnya adalah karet lokal. Kebun jenis karet lokal sudah sejak lama diusahakan bahkan turun temurun sehingga rata – rata umur kebun karet jenis lokal ini mencapai 20 – 25 tahun. Kondisi kebun pun secara umum relative kurang terpelihara karena jarak tanam yang tidak teratur dan rapat. Getah hasil sadapan dibekukan dengan menggunakan cuka menjadi slab ( tampang gita ) setiap bulan membutuhkan 1 – 1,5 liter cuka. Hasil kebun karet biasanya dijual kepada tengkulak lokal atau luar.

·         Pengelolaan Kebun Rotan.
Rotan hanya sebagian dari hasil hutan dan ada juga hasil perkebunan.jenis rotan hasil perkebunan sering disebut dengan nama rotan taman.luas kebun rotan tidak diketahui secara pasti, namun rotan yang ada hanya tinggal sedikit karena sering terbakar. Hasil perkebunan rotan masyarakat biasanya dijual dalam bentuk basah dengan harga Rp 1.300.000 - Rp 1.800.000 per / ton. Masyarakat kurang berminat untuk mengembangkan usaha kebun rotan, karena hasilnya dianggap kurang menguntungkan.

·         Pemanfaatan Sungai.
Sungai merupakan merupakan sumberdaya yang perannya sangat penting bagi kehidupan masyarakat setempat, banyak manfaat penting yang dirasakan meliputi ;

-          Sebagai sarana transportasi
Masyarakat Desa Mantangai Hulu sekarang ini dapat setiap hari melakukan perjalanan baik ke ibukota kecamatan ( Mantangai ) ataupun ke kabupaten ( Kuala Kapuas ), bahkan ke ibukota provinsi ( Palangka Raya). Hal ini karena tersedianya jasa transportasi yang setiap hari melewati desa ini hingga ke Mandomai dan ke Kuala Kapuas. Jasa transportasi yang ada berupa Longboat, kemudian disamping itu juga sungai sebagai sarana untuk pergi kekebun dan ladang.

-          Sumber air dan MCK
Lingkungan pemukiman penduduk masyarakat Desa Mantangai Hulu berada diJalur Sungai Kapuas, terutama sekali kebutuhan air yang perlu digunakan sebagai kebutuhan hidup sehari - hari seperti; untuk air minum, MCK, serta mencari ikan, namun sayang airnya sekarang keadaannya sudah banyak tercemar oleh kadar mercory dan detergen yang semakin banyak dan merambat ke seluruh jalur disepanjang sungai Kapuas karena penambang emas dari Kapuas Tengah & Hulu.

-          Tempat mencari ikan
Selain sebagai sarana transportasi, sungai atau handel juga tempat menangkap ikan dengan menggunakan alat tradisional seperti rengge, buwu, tampirai, pangilar, dan banjur. Kegiatan mencari ikan merupakan kegiatan.

7.      Transportasi
·         Kendaraan Umum
Masyarakat Desa Mantangai Hulu sekarang ini dapat setiap hari melakukan perjalanan baik ke ibukota kecamatan (Mantangai) ataupun ke kabupaten (Kuala Kapuas), bahkan ke ibukota provinsi (Palangka Raya). Hal ini karena tersedianya jasa transportasi yang setiap hari melewati desa ini hingga ke Mandomai dan ke Kuala Kapuas jasa transportasi yang ada berupa : Longboat, Angkutan Mobil Roda Empat. Longboat dan seedboat yang secara reguler / rutin 1 kali sehari melintasi Desa Mantangai Hulu umumnya banyak digunakan oleh masyarakat untuk berpergian kekuala kapuas sebagai daerah transit dengan biaya Rp.35,000,00 per orang masyarakat dengan mudah melanjutkan perjalanan baik tujuan palangka raya maupun banjarmasin.Bepergian dengan menggunakan mobil roda empat (taxi), dapat Dengan dengan waktu tempuh kurang lebih 4 jam ke Kabupaten Kapuas, 7 s/d 8  jam ke Kota Provinsi Palangka Raya dan 5 jam ke banjarmasin.tiap hari digunakan apabila kondisi jalan Mantangai-Kapuas dalam keadaan kering (umumnya pada musim kemarau).

·         Kenderaan Pribadi
bagi masyrakat yang mempunyai kederaan roda dua (sepeda motor), juga menjadi sarana trasportasi yang efektif untuk mencapai wilayah kabupaten dengan waktu tempuh kurang lebih menggunakan kenderaan umum.

Serikat Tani “ Manggantang Tarung”

Nama Serikat                                 :   “Manggatang Tarung”
Latar Belakang                             :   serikat tani manggatang tarung dibentuk pada tanggal….desember 2010 dengan maksud tulus murni untuk berperan aktif dalam pembangunan pedesaan serta khusus dibidang pemberdayaan, menyadari bahwa lingkungan yang lestari menjadi tanggung jawab segenap lapisan masyarakat disekitarnya. Maka, serikat tani maggatang tarung menyatakan diri sebagai satu perkumpulan kelompok yang mewadahi pern serta masyarakat diwilayah kecamatan mantangai dalam upaya meningkatkan kesejahteraan melalui kegiatan dibidang pertanian, perkebunan yang berkelanjutan serta meningkatkan tanggungjawab dan peran serta masyarakat dalam menjaga /memelihara yang rusak akibat eks proyek pengembangan lahan gambut 1 juta hektar (PLG) yang mengakibatkan kebakaran dengan upaya mengoptimalisasikan lahan secara berkelanjutan.
Pengurus dan keanggotaan  :   serikat tani manggatang tarung terdiri dari pengurus dan anggota dari anggota kelompok binaan dari warga masyarakat mantangai yang memiliki lahan garapan dengan suka rela bersedia menjadi anggota serikat tani.

Visi                                                      :   meningkatkan ekonomi masyarakat dengan memanfaatkan lahan melalui pengetahuan local dan kapasitas kelompok.
Misi                                                    :   1. meningkatkan hasil produksi dan membangun jaringan
                                                                  2. pengelolaan lahan secara berkelanjutan
                                                                  3. peningkatan pengetahuan anggota kelompok
Tujuan                                              : untuk melakukan budidaya dibidang pertanian meliputi tanaman pangan dan holtikultur serta dibidang perkebunan melalui pengembangan karet secara berkelanjutan, sehingga menjadi sumber penghasilan dalam pemenuhan kebutuhan.

Salam Buat bang Norhadie, Pak Sarianto, Pak Basri, Bro Dirman Nidji, Ibu Siti semoga tetap berkarya dengan tas rotannya. Tetap pada garis massa menuju Perubahan dengan kekuatan kolektif. Dari sahabat Aryo NW.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar