Selasa, 17 April 2012

SEBA (sebuah Oasis ditenggah perusakan alam secara terstruktur dan terencana)


 
Adalah kegiatan anjang sona secara massal yang dilakukan oleh masyarakat Baduy sebagai saudara tertua kepada saudara mudanya di Banten, yakni yang diwakili oleh penyelenggara negara atau mereka sebut dengan pamerentah, khususnya kepada Bapak Gede untuk sebutan Bupati dan Gubernur.
Kegiatan ini dipimpin oleh pu’un yang dalam hal ini dapat diwakili oleh Jaro adat atau Jaro Tanggungan Dua Belas dan di ikuti oleh Baresan Kolot lainya serta beberapa warga lainnya yang mewakili setiap kampung di Baduy khususnya kaum laki-laki yang sudah dewasa.
Seba biasanya dilaksanakan mulai tanggal 4 dibulan kapat dan mulai dari pusat pemerintahan kabupaten Lebak di Rangkas Bitung, yakni kepada Bupati Lebak kemudian dilanjutkan Gubernur Banten dan terakhir ke Bupati serang. Sebelum Banten menjadi Propinsi kegiatan seba untuk Gubernur Propinsi Jawa Barat diwakili oleh  Kersidenan Banten di kota Serang. Namun ketika Banten masih dipimpin oleh seorang raja, maka kegiatan Seba dilakukan di Keraton kerajan Banten dan demikian pula jauh sebelum itu.
Seba bukanlah upacara serah terima upeti sebagaimana informasi  yang berkembang selama ini.
Inti kegiatan seba adalah penyampaian berita atau pesan dari Pu’un untuk pemerintah agar tetap menjaga kelestarian alam dan lingkungan sekitarnya, demi kemaslahatan orang banyak dan menjaga keamanan dan ketertiban dalam peyelengaraan bernegara demi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat seutuhnya.
Selain itu pula disampaikan tentang keadaan lingkungan dan permasalahanya di Baduy dan keadaan alam dan lingkungan dari beberapa lokasi yang dititipkan oleh karuhunnya seperti Gunung Honje, Ujung Kulon, Gunung Madur, Gunung Pulosari, Gunung Dang Panjang, Gunung Bangkok dan Gunung Kendeng saat itu.
Apabila terjadi pengerusakan alam pada daerah-daerah tersebut diatas, maka mereka memohon kepada pemerintah untuk lebih dapat menjaga dan melestarikannya, karena diyakini oleh mereka bahwa daerah-daerah tersebut adalah daerah-daerah inti yang perlu dijaga secara seksama agar tidak terjadi bencana alam seperti Banjir, Gempa dan becana lainya yang akan merugikan masyarakat di sekitarnya khususnya dan masyarakat dunia pada umumnya.
Tidak luput pula dalam kegiatan seba ini mereka memohon kepada pemerintah untuk membantu berbagai permasalahan penyerobotan tanah yang dilakukan oleh warga sekitar perbatasan atas tanah ulayat mereka dengan cara musyawarah dan kekeluargaan.
Setelah semua hal disampaikan, maka selanjutnya mereka berdoa yang dipimpin oleh yang mewakili Pu’un. Do’a yang mereka sampaikan adalah permohonan mereka kepada Tuhan Yang Maha Esa agar segala perbuatan salah, baik yang disengaja maupun yang tidak sengaja yang telah dilakukan oleh warganya di Baduy dan juga masyarakat di  Banten dapat di ampuni dan senantiasa diberikan kekuatan untuk merubah segala sikap yang tidak baik serta terciptanya kedamaian dan ketertiban yang abadi dalam kehidupannya dihari esok.
Adalah sesuatu kebiasaan mereka ketika mereka hendak Seba  membawa oleh-oleh seperti gula, madu, pisang dan buah-buahan lainya yang diserah kepada Bapak Gede.
Buah-buahan yang mereka bawa bukanlah upeti untuk sang penguasa, namun sekedar oleh-oleh dari kampung halamanya sebagai rizky dari Tuhan Nya yang telah memberikan kesuburan atas tanahnya sehingga mereka dapat memetik hasilnya yang berlimpah dan dapat membagikannya untuk saudara-saudara mudanya.
Warga Baduy Dalam yang mengikuti cara Seba, berjalan kaki bersama-sama dari kampung halamannya menuju Bupati Lebak, kemudian dilanjutkan ke Bupati Pandeglang, kemudian ke Gubernur Banten dan Bupati Serang, sedangkan yang dari Baduy Luar diangkut dengan kendaraan roda empat bersama hasil buah-buahan yang dibawanya.
Saat-saat menjelang upacara Seba, Bares Kolot mengadakan musyawarah terlebih dahulu di Cibeo untuk menetapkan waktu pemberangkatan dan membahas tentang hasil bumi yang akan dibawanya dirumah Jaro Pamerentah untuk mempercepat waktu pengangkutanya karena jaraknya yang sangat dekat dengan terminal terminal Ciboleger.
Walaupun penulis tidak dapat mengikuti upacara Seba namun penulis sangat bersyukur bisa bertemu dengan warga Baduy, baik Baduy dalam maupun Baduy luar.
Ucapan terimakasih buat Jaro Daenah yang telah menyambut kami, terima kasih buat kang marsidi dan terkusus kepada kang saidam yang telah bersedia mengantar kami kewarga Baduy Dalam didesa Cibeo.

Aryo Nugroho Waluyo
Dibawah Langit, 18/04/2012. 1:27 Wib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar