Adalah
kegiatan anjang sona secara massal yang dilakukan oleh masyarakat Baduy sebagai
saudara tertua kepada saudara mudanya di Banten, yakni yang diwakili oleh
penyelenggara negara atau mereka sebut dengan pamerentah, khususnya kepada
Bapak Gede untuk sebutan Bupati dan Gubernur.
Kegiatan ini
dipimpin oleh pu’un yang dalam hal ini dapat diwakili oleh Jaro adat atau Jaro
Tanggungan Dua Belas dan di ikuti oleh Baresan Kolot lainya serta beberapa
warga lainnya yang mewakili setiap kampung di Baduy khususnya kaum laki-laki
yang sudah dewasa.
Seba
biasanya dilaksanakan mulai tanggal 4 dibulan kapat dan mulai dari pusat
pemerintahan kabupaten Lebak di Rangkas Bitung, yakni kepada Bupati Lebak
kemudian dilanjutkan Gubernur Banten dan terakhir ke Bupati serang. Sebelum
Banten menjadi Propinsi kegiatan seba untuk Gubernur Propinsi Jawa Barat
diwakili oleh Kersidenan Banten di kota
Serang. Namun ketika Banten masih dipimpin oleh seorang raja, maka kegiatan
Seba dilakukan di Keraton kerajan Banten dan demikian pula jauh sebelum itu.
Seba
bukanlah upacara serah terima upeti sebagaimana informasi yang berkembang selama ini.
Inti
kegiatan seba adalah penyampaian berita atau pesan dari Pu’un untuk pemerintah
agar tetap menjaga kelestarian alam dan lingkungan sekitarnya, demi
kemaslahatan orang banyak dan menjaga keamanan dan ketertiban dalam
peyelengaraan bernegara demi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat seutuhnya.
Selain itu
pula disampaikan tentang keadaan lingkungan dan permasalahanya di Baduy dan
keadaan alam dan lingkungan dari beberapa lokasi yang dititipkan oleh
karuhunnya seperti Gunung Honje, Ujung Kulon, Gunung Madur, Gunung Pulosari,
Gunung Dang Panjang, Gunung Bangkok dan Gunung Kendeng saat itu.
Apabila
terjadi pengerusakan alam pada daerah-daerah tersebut diatas, maka mereka
memohon kepada pemerintah untuk lebih dapat menjaga dan melestarikannya, karena
diyakini oleh mereka bahwa daerah-daerah tersebut adalah daerah-daerah inti
yang perlu dijaga secara seksama agar tidak terjadi bencana alam seperti
Banjir, Gempa dan becana lainya yang akan merugikan masyarakat di sekitarnya
khususnya dan masyarakat dunia pada umumnya.
Tidak luput
pula dalam kegiatan seba ini mereka memohon kepada pemerintah untuk membantu
berbagai permasalahan penyerobotan tanah yang dilakukan oleh warga sekitar
perbatasan atas tanah ulayat mereka dengan cara musyawarah dan kekeluargaan.
Setelah
semua hal disampaikan, maka selanjutnya mereka berdoa yang dipimpin oleh yang
mewakili Pu’un. Do’a yang mereka sampaikan adalah permohonan mereka kepada
Tuhan Yang Maha Esa agar segala perbuatan salah, baik yang disengaja maupun
yang tidak sengaja yang telah dilakukan oleh warganya di Baduy dan juga
masyarakat di Banten dapat di ampuni dan
senantiasa diberikan kekuatan untuk merubah segala sikap yang tidak baik serta
terciptanya kedamaian dan ketertiban yang abadi dalam kehidupannya dihari esok.
Adalah
sesuatu kebiasaan mereka ketika mereka hendak Seba membawa oleh-oleh seperti gula, madu, pisang
dan buah-buahan lainya yang diserah kepada Bapak Gede.
Buah-buahan
yang mereka bawa bukanlah upeti untuk sang penguasa, namun sekedar oleh-oleh
dari kampung halamanya sebagai rizky dari Tuhan Nya yang telah memberikan
kesuburan atas tanahnya sehingga mereka dapat memetik hasilnya yang berlimpah
dan dapat membagikannya untuk saudara-saudara mudanya.
Warga Baduy
Dalam yang mengikuti cara Seba, berjalan kaki bersama-sama dari kampung
halamannya menuju Bupati Lebak, kemudian dilanjutkan ke Bupati Pandeglang,
kemudian ke Gubernur Banten dan Bupati Serang, sedangkan yang dari Baduy Luar
diangkut dengan kendaraan roda empat bersama hasil buah-buahan yang dibawanya.
Saat-saat
menjelang upacara Seba, Bares Kolot mengadakan musyawarah terlebih dahulu di
Cibeo untuk menetapkan waktu pemberangkatan dan membahas tentang hasil bumi
yang akan dibawanya dirumah Jaro Pamerentah untuk mempercepat waktu
pengangkutanya karena jaraknya yang sangat dekat dengan terminal terminal
Ciboleger.
Walaupun
penulis tidak dapat mengikuti upacara Seba namun penulis sangat bersyukur bisa
bertemu dengan warga Baduy, baik Baduy dalam maupun Baduy luar.
Ucapan
terimakasih buat Jaro Daenah yang telah menyambut kami, terima kasih buat kang
marsidi dan terkusus kepada kang saidam yang telah bersedia mengantar kami
kewarga Baduy Dalam didesa Cibeo.
Aryo Nugroho
Waluyo
Dibawah
Langit, 18/04/2012. 1:27 Wib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar