Tidak mengerti tentang definisi
yang sebenarnya apa itu politik belah bambu, apakah sama dengan adu domba atau
yang lebih populer dikenal dengan divide
in vera. Bila kemaren malam, top topik tulisan difb adalah apa itu politik
dengan berbagai macam pandangan, ada yang mengatakan bahwa politik itu adalah
pembodohan, politik itu adalah sebuah alat dan sedangkan yang kutulis bahwa
politik dalam pengertian sederhananya adalah cara. Apa sebenarnya politik itu
sehingga banyak penafsiran-penafsiran itu muncul kepermukaan, ada baiknya kita
baca dulu apa itu politik menurut beberaba sumber :
Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain
berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda
mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.
Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang
berbeda, yaitu antara lain:
- politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles)
- politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara
- politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat
- politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.
Dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa
kunci, antara lain: kekuasaan politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi
politik, proses politik, dan juga tidak kalah pentingnya untuk mengetahui
seluk beluk tentang partai
politik.
Sudah sedikit ada muatan materi
di syaraf memori otak kita apa itu politik, lalu kita akan kembali mengupas apa
itu politik belah bambu dan tentunya versi penulis sendiri. Politik belah bambu
sejatinya adalah politik pecah belah, sebuah strategi dimana musuh akan menjadi
lemah karena akan memusuhi kelompoknya sendiri jika politik belah bambu itu
dilancarkan kepada kelompok tertentu. Mengapa ada perpecahan disuatu kelompok
tentunya tidak hanya melihat daripada perbedaan pandangan mengenai sesuatu
namun ada faktor lain yang menyebabkan perbedaan itu menjadi bumerang bagi kelompok
itu sendiri. Suatu kelompok pasti sudah mempunyai visi dan misi untuk
langkah-langkah kedepan dan jika kita kontekskan pada kelompok gerakan rakyat
yang ingin mendapatkan haknya kembali maka gerakan kelompok rakyatpun akan
membuahkan langkah-langkah itu dengan rapi dan tersistematis. Namun pada hari
ini saya banyak mendengar bahwa bentrok antar kelompok masyarakat kian masiv
(sering terjadi) dengan alasan yang sangat simple sekali “gara-gara sms” , “gara-gara
adanya perkelahian antar kedua pemuda yang mabuk” dan kebutulan kedua pemuda
tersebut dari desa yang berbeda. Bila kita melihat dari pendekatan kebudayaan
orang indonesia pada umumnya, bukankah orang indonesia suka bergotong royong,
mempunyai adat sopan santun yang tinggi, toleransi dan lain-lain. Namun sekali
lagi mengapa bentrokan itu tetap terjadi dan yang menjadi soal adalah bagi
mereka yang tidak tahu apa-apa harus menanggung getahnya rumah dibakar terpaksa
mengunggsi dan lain-lain.
Ada apa dengan semua ini apakah
benar ungkapan bahwa orang indonesia sudah meninggalkan budaya kebhenika
tunggal ikanya atau ada faktor lain yang tidak menginginkan orang indonesia
bersatu. Sekali lagi penulis akan menampilkan faktor politik disini, politik
untuk mempertahankan keksistensian seseorang atau kelompok tertentu dalam
mendapatkan kekuasaan/mempertahankan kekuasaan. Begitu mudah chaos/kerusuhan
terjadi jika ada salah satu calon yang kebetulan kalah dan mengunakan massa
simpatisannya untuk bersikap anarki fakta buram mengenai PILKADA indonesia
diluar kelemahan penegakan supremasi hukum di Negeri ini. Hemat penulis
bukankah yang didukung juga belum tentu setelah terpilih dan mempunyai
kekuasaan akan mensejahterakan masa pendukung itu sendiri. Kembali kevisi
bersama yaitu kesejahteraan maka kita akan paham bahwa kalah atau menang itu
bagian yang harus diterima terpenting kesejajteraan itu harus diwujudkan dalam
bentuk kongkret.
“ Musuh
terberat adalah memusuhi saudara kita sendiri” salah satu ungkapan Bung Karno,
walau kadang kalanya permusuhan itu sesuatu yang pasti. Bagi penulis sendiri
politik belah bambu adalah politik kotor dan sangat busuk mengunakan
tangan-tangan yang tidak berdosa untuk berbuat dosa. Ruang diskusi memang harus
menjadi pedoman bersama dimana keterwakilan keinginan harus saling dihormati. Ada
yang menuntut perubahan akan kondisi hari ini dan ada pula yang akan tetap
mempertahankannya yaitu mereka disebut dengan kaum reaksioner. Musuh kita
adalah kaum penindas (imprealis),
maka bagi mereka yang tidak ikut merasa mengalami ketertindasan seharusnya peka
dan mendukung pergerakan ini. Kita harus inggat siapa musuh kita sebenarnya
yang mengakibatkan ketertindasan itu tetap terjadi, jangan sampai salah sasaran
yang dimusuhi ternyata bukan musuh sejati. Sangat ironi memang kita memusuhi
orang-orang yang tidak berdosa sedangkan para pendosanya dibiarkan tertawa puas
karena melihat tingkah polah kebodohan kita sendiri. Persatuan itu sangat
penting jika tanpa persatuan tentunya bangsa indonesia ini pasti tidak akan
bisa berdiri walau sekarang hanya sekedar nama. Berhati-hatilah dalam menjaga
tiap gerakan karena dimungkinkan saja akan ada penyusup yang akan masuk dengan
membawa misi politik belah bambu. Sesuatu yang alamiah jika musuh rakyat yaitu
para penindas tidak akan menghendaki persatuan rakyat. Teringgatku pada
falsafah lama bahwa suara rakyat adalah suara Tuhan (Vox populi,
vox dei ) dan itu bisa
terjadi jika rakyat bersatu.
Dibawah
Langgit, Sang Penggoda, 29/1/2011;{11:39} WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar