Seperti kebiasaan pada umumnya,
kekagamuman pada seorang hawa atas dasar insting adam dibawah arus lawan
jenis. Keadaan mempersempit ruang, sehingga mata harus menatap
menguatkan hati atas insting titipan Ilahi. Namun waktu tidak memilih
cepat, waktu memformulasikan pada kata lama untuk berjalan dan
menjalani. Kekaguman ini pernah tersibak pada rumput ilalang dan hilang
diterpa semilirnya angin.
Pahatan atma dihantarkan
lewat mesin-mesin, saat centhini menciptakan nasibnya ditangan sendiri.
Bait-bait nan tak bermakna mengalir bagai rintik hujan yang kadang tidak
pernah direstui oleh kemarahan simbolik. Hari selanjutnya hanya menjadi diam dan membatu lalu menjadi sekumpulan ingatan.
Namun cerita hanya sebuah cerita dan kembali kepada rimba yang tak bertuan.
Bila tidak pernah memiliki, maka tidak pernah kehilangan.........maka milikilah dirimu sendiri.